Masih dengan emosi, Melanie ke luar dari ruangan Elvaro. Wanita elegan itu bertemu di lobi dengan Dion, suami Mellisa. Pria dengan kemeja biru laut itu begitu senang melihat Melanie.“Sepertinya ada yang sedang kesal, kita bicara di kafe depan. Kali saja aku bisa mencari solusi seperti waktu itu,” ujar Dion. Melanie melirik ke sekitar, ia melihat tidak ada yang curiga dengan keduanya. Wanita itu menunduk, lalu mengikuti Dion yang sudah berjalan lebih dahulu. Sepeti biasa, tidak ketinggalan kaca mata dan masker untuk menutupi dirinya yang sebagai aktris terkenal. Tidak jauh dari tempat keduanya duduk, David yang tidak sengaja melihat Melanie dan Dion pun berpikir untuk tetap di tempatnya. Padahal pria itu segera inginkan kembali ke ruangannya. Namun, jarak mereka jauh dari jangkauan telinga David. Pria itu hanya bisa melihat tanpa mendengarnya.Melanie pun mencoba memperhatikan sekitarnya. Sementara, Dion sudah memesan minuman. Pria itu langsung mengajak bicara Melanie untuk me
“Kita bicarakan nanti. Aku mau mandi lebih dulu,” ujar Tuan El.Pria itu bangkit lalu melangkah menuju kamarnya. Sementara, Bella menatap Bu Siti, ia merasa bersalah karena salah bicara pada Tuan El. Harusnya, tidak ada pertanyaan sepeti itu pikir Bella. Namun, semua sudah terjadi, tapi ia meyakinkan dirinya jika sejatinya pertanyaan itu memang harus di pertanyakan.Bella pun merapikan bekas minum sang tuan. Sedikit berpikir, ia memilih tidak bertanya hal itu lagi. Bella menarik napas panjang, lalu duduk kembali setelah mencuci piring. “Kamu kecewa?” tanya Bu Siti. “Entah, aku merasa takdir pernikahan tidak berpihak padaku. Menikah dengan Edo, malah di jual. Sekarang, seperti tergantung. Bahkan, sampai sekarang aku tidak pernah bertemu Edo.”“Untuk apa berharap bertemu dia?” “Hanya memastikan, apa dia berpikir saat menjualku.”“Setelah itu, apa lagi yang akan Nona lakukan?” tanya Bu Siti.“Entah.”Perasaan Bella tidak menentu, ia pun memilih untuk menikmati udara malam di
Setelah pembicaraannya dengan sang istri, Ferdinan akhirnya menemui Elvaro di ruangan kerjanya pagi dini hari. Elvaro bingung dengan kehadiran sang ayah yang tidak memberikan kabar.Elvaro mempersilahkan masuk Ferdinan. Pria dengan dasi hitam dan jas senada itu pun duduk di sofa ruangan itu. Sepertinya ia tidak ingin basa basi dan langsung ingin membahas masalah pernikahan kedua sang anak.“Bisa aku tebak kedatangan Papa ke sini untuk membahas pekerjaan atau pernikahan aku dan Bella,” tebak Elvaro.“Papa tahu kamu bisa menduga kedatangan Papa kali ini akan membahas apa. Papa tidak suka basa basi, apa kamu sudah pertimbangkan dengan baik dengan pernikahan itu?”Elvaro menarik napas, benar dugaannya sang ayah akan membahas masalah Bella. Sudah berulang kali ia tak ingin berdebat dengan masalah ini, tapi Ferdinan terus saja memaksa untuk membahasnya. “Aku sudah memikirkan dengan baik, apa salahnya menikah dengan Bella? Toh sama saja dengan Melanie. Perselingkuhan yang membuat semua
Bu Siti langsung menghadang Edo yang hendak mendekati Bella. Ia tidak suka melihat calon istri Tuannya di dekati pria lain apalagi orang yang membuat takdir Bella berubah.“Jangan pernah muncul di hadapan Nona Bella lagi.”“Jangan ikut campur! Bel, lebih baik kita pergi, kita perbaiki semuanya!” Edo meraih tangan Bella, kembali di tepis olehnya. “Cukup Edo, kita sudah selesai, tidak ada yang harus di perbaiki. Aku sudah menjadi istri Tuna El, jangan pernah mengganggu aku. Ayo Bu,” ujar Bella.Bella pun gegas membayar belanjaannya, sedangkan Edo hanya bisa memandang dari kejauhan karena ada satpam yang di minta menjaga Bella saat ia mengantri. Hati Bella tidak karuan, harusnya ia berterima kasih pada Tuhan karena kembali mempertemukan dengan Edo. Namun, semua pertanyaan yang ada di benaknya sudah tidak ingin ia tanyakan karena sudah jelas perbuatan itu begitu jahat. Ia tidak butuh alasan untuk tahu kenapa dan bagaimana bisa ia tega menjual dirinya pada Tuan El.Bella dan Bu Sit
“Jadi Mama mengharapkan aku miskin dan gila?” Sebuah pertanyaan yang terlontar dari bibir Melanie membuat sang ibu tertawa tipis. Tidak ada yang mengatakan jika menginginkan sang anak seperti itu. Marta hanya tidak ingin Melanie terus menerus memikirkan Elvaro yang mungkin sudah bahagia dengan pilihannya. “Terserah kamu, pikir saja sendiri.”Marta pun ke luar dari kamar, terlalu lama si tempat itu membuat ia semakin kacau. Bahkan, ia saja mulai cemas dengan banyaknya tagihan yang datang ke rumah karena belum di bayar oleh Melanie.Jika terus menerus seperti itu, karier yang dibangunnya akan hancur dan Marta berpikir Melanie tidak akan kuat dengan kemiskinan.Sementara, Melanie terduduk lemas sembari membaca beberapa pesan masuk dari Dion. Pria itu yang selalu mengabarkan kondisi suaminya Elvaro. Bahkan, pernikahan itu pun ia tahu dari mulut ipar Elvaro.“Argh, sialan kamu Bella!” Ronald menghubunginya, tangan itu masih memegang ponsel yang sama sekali tak ingin ia pencet tom
Bella membuka mata setelah malam tadi di buat tidak berdaya oleh Elvaro. Pria itu tertidur lelap dengan memeluk tubuhnya, suara mendengkur pria itu membuat Bella tersenyum. Walau bukan pertama kali mereka melakukannya, tapi kali ini bagi wanita itu sangatlah berbeda. Dengan statusnya yang kini sudah menjadi istri Tuan El, Bella pun siap melayani suaminya kapan saja. Ia mencoba keluar dari pelukan sang suami, tapi pria itu terus saja memeluknya erat. “Tuan, aku mau baung air kecil,” bisik Bella. “Ehm.”“Tangannya, bisa pindah sebentar?” tanya Bella lagi.Akhirnya pria itu melepaskan pelukannya, matanya masih tertutup. Padahal hari ini sudah waktunya bekerja, tapi pria dengan balutan selimut itu masih saja memejamkan mata. Perlahan Bella ke kamar mandi, udara dingin pun membuat air sangat dingin ketika tersentuh ke kulit. Bella mengguyur sekujur tubuhnya, tidak menyangka ia akan menjadi nyonya Elvaro walau banyak yang menentang pernikahan mereka.Bella tidak berlama-lama di kamar ma
Sepeti mendapatkan harta Karun, Elvaro dan David begitu girang saat menemukan masalah yang selama ini sulit di ungkap. Keduanya kompak akan menyelidiki hal itu.“Sepetinya kamu bisa sendiri, kan?” “Romannya, mau meninggalkan tugas berat.”“Kami mau bulan madu, tidak lama dan tidak jauh. Paling seminggu, bisa kan?” David menarik napas, ia sudah menduga. Ia hanya mengira awalnya sang bos akan ikut mengidentifikasi, hanya saja itu tidak mungkin. David sudah paham dan mengerti.“Lima kali gaji, cukup?” “Okelah.”“Deal.”Elvaro tahu yang disukai David. Bekerja dan uang, untuk wanita ia tahu David masih sangat memilih. Sampai detik ini tidak ada pernah dia bercerita tentang wanita.David menceritakan bagaimana pertemuannya dengan Melanie. Ketakutan wanita itu menjadi kekuatan bagi David untuk mengancam hingga membuat dia menandatangani berkas yang harus di tanda tanganinya. “Rasanya cepat sekali semua berakhirnya. Dulu, aku masih sangat mencintai dia. Nyatanya, cinta yang aku
Mellisa tidak percaya dengan apa yang di katakan Melanie. Ia berpikir wanita itu sedang berhalusinasi karena begitu frustrasi di tinggal Elvaro.Melanie kembali meyakinkan Mellisa kalau apa yang di sampaikannya itu adalah benar. Elvaro sudah menikah dengan Bella, wanita kampung yang membuat Melanie tersingkir.“Tanyakan saja pada kakakmu. Kalian keluarga, tapi hanya karena wanita kampung itu seolah-olah Elvaro melupakan kalian dan lebih mementingkan dia.” Melanie mulai memanasi Mellisa. Wanita itu tidak mungkin datang ke ruangan sang kakak untuk bertanya dengan sendirian. Ia memilih diam lebih dulu untuk menghubungi sang ibu. “Terserah kamu, aku akan menemui Elvaro.”Melanie keluar dari ruangan Mellisa dan menuju ruangan Elvaro. Masih dengan emosi yang menggebu-gebu, wanita itu pun berhasil masuk ke ruangan mantan suaminya itu. Elvaro tidak terkejut dengan kedatangan Melanie. Ia sudah menduga jika wanita bar-bar itu akan datang menemuinya. “Apa tidak bisa datang dengan sopa