CeklekViana menoleh mendengar pintu terbuka. “La, apa itu kamu?”“Galla, apa itu kamu?” ulang Viana lebih keras.Viana memang tidak bisa melihat pintu secara langsung, sebab terhalang kamar mandi dan kamar ganti.Karena tak ada jawaban, dia menyalakan lampu. Pintu kamarnya terbuka tapi tidak ada siapapun yang masuk.Tok! Tok!Di lantai 3 ini, penghuninya hanya Viana, Galla, dan Michael. Ketika semua tidur, hanya lampu-lampu down light di tangga yang sedikit menerangi lantai 3 ini. Viana melirik kamar tidur Michael, sepertinya adik iparnya itu sudah tidur.“Siapa yang membuka pintu?” Viana setengah penasaran, setengah merinding.Turun ke lantai 2, Viana memperhatikan kamar tidur ayah dan ibu mertuanya. Tampaknya mereka juga sudah tidur. Karena masih penasaran, Viana turun hingga lantai satu. Masih tidak ada siapa-siapa.Di lantai satu ini kosong. Hanya ada dapur, ruang tamu, ruang keluarga, dan kamar tamu.Sopir, tukang kebun, satpam dan asisten rumah tangga, kamar mereka berada di lua
Tok! Tok!Viana mendengar pintu kamarnya diketuk. Tapi malas membuka mata.“Vi, ada paket untukmu,” suara Gustav, 63 tahun—papa mertua Viana.Bola mata Viana sontak membelalak. Di rumah ini, hanya papa mertuanya yang dia sungkani. Itu karena ayah mertua jarang bicara, sopan dan berwibawa.Kadang Viana heran, kenapa kedua anaknya yaitu Galla dan Michael tidak menuruni sifatnya ini. Mereka justru mewarisi Vonny yang kadang tidak bisa menyaring kata-katanya.Viana turun dari ranjang, bergegas membuka pintu.“Dari siapa, Pa?” Viana membolak balik bungkusan hitam itu, mencari pengirimnya.“Papa juga nggak tahu, gak ada keterangannya.”“Makasih, Pa,” ucap Viana, ketika papa mertuanya pergi.Sembari berjalan menuju sofa di depan kamarnya, Viana membuka paket.“G string?”Viana penasaran, siapa yang kurang ajar mengiriminya barang memalukan itu. Dia membaca selembar kertas yang diselipkan di antara pakaian dalam itu.“Pakai itu saat mengambil ijazah nanti.”Hari saat Viana diikat kaki dan tan
“Aku kangen sama kamu.” Galla kembali memeluk Viana.Viana tahu pelukan adalah bahasa kasihnya. Tapi dipeluk oleh orang yang sedang menutupi perselingkuhannya itu rasanya tidak enak, karena terasa palsunya.“Aku gerah.” Alasan Viana sembari menjauhkan lengan Galla dari padanya.Viana sudah mengambil keputusan. Jika Galla punya wanita lain, dia akan merelakan pria itu.Sebab alasan pertama dia mempertahankan rumah tangganya karena melihat pria ini pria baik.Bayangkan saja, pria yang tidak merokok, tidak pernah berjudi, tidak pernah minum alkohol kecuali saat patah hati, tidak pernah pergi ke klub malam, tidak pernah melirik wanita secantik apapun itu, tiba-tiba selingkuh di belakangnya.Viana butuh waktu untuk bisa menerima ini.“Aku mau kamu,” ucap Galla tiba-tiba.Mata Viana sontak terbuka. Terkejut merasakan ujung hidung Galla menyusuri tengkuknya sembari meremas puncak kembar.“Aku nggak mau.” Buru-buru Viana menyingkirkan tangan Galla. Dia tidak mood begituan sebab suasana hatiny
“Kenapa menangis?” Teofilano mengelap darah di bibir dan dahi Viana.“Aku pikir orang lain,” aku Viana, di sela isak tangisnya.Teofilano tertawa. “Apa kamu sedang mengatakan kepadaku bahwa kamu hanya mau denganku?”Viana tidak membalas, karena tebakan Teofilano benar. Tapi dia mengatakan hal lain.“Aku sudah mengakui dosaku.”“Aku tahu,” jawab Teofilano.Viana menatap Teofilano yang masih menggenakan topeng. “Maksud Bapak?”“Bukankah sudah ku katakan di awal, kamu milikku?”Teofilano menyuruh 2 orang bodyguard bayangannya untuk mengikuti Viana, sejak hari pertama. Mereka memakai drone untuk mengetahui design rumah dan keamanannya. Sehingga dia bisa masuk melalui tembok belakang.Dan ketika berhasil menyusup ke rumah Viana pertama kali, dia memasang kamera tersembunyi di beberapa titik.Itulah juga kenapa dia membeli dog food di supermarket milik suami Viana. Karena dia kangen dengan perempuan itu. Dia juga yang menyuruh Ceko mendekatinya.Kemarin saat dia menyusup ke kamar Viana, dia
Rumi memperhatikan Viana, apa yang membuat perempuan itu gugup dan berjalan mondar mandir di depannya. “Kenapa, Non?”“Aku mau pulang,” jawab Viana.“Antar dulu ini ke Bapak,” ujar Rumi.Viana menatap 3 croissant yang sudah diisi dengan saus berwarna putih, daging ham, keju mozzarella, scramble egg, succini, dan tomat. Tidak menyangka dirinya disuruh mengantar makanan ke Teofilano.“Bibi saja,” tolak Viana, dia tidak sanggup bertemu Teofilano.Rumi menggelengkan kepala. “Pesan Bapak, Non Viana yang nganter.”Terpaksa Viana mengantar sarapan Teofilano. Kata Rumi pria itu ada di ruang bilyar. Viana heran, rumah seluas ini apa hanya Rumi yang membersihkannya? Sebab hanya perempuan itu asisten rumah tangga di sini.“Apa ini ruangannya?” Viana mendorong pintu kayu berwarna putih. “Bukan ternyata. Ini ruang teater.”Bangunan ini semuanya berwarna putih. Mulai dari lantai granitnya, tembok hingga furniture. Sangat kontras dengan Teofilano yang menyukai warna hitam.Dulu, Viana kira Teofilano
Viana berusaha fokus ke meja bilyar, meksipun suhu tubuh dan wangi parfum Teofilano merusak konsentrasi.“Lakukan sekarang!” kata Teofilano.“Hm?” Viana menatap Teofilano bingung. Dia tidak menyimak sama sekali materi dari pria itu.Sayang, Teofilano sedang tidak minat mengulangi kalimatnya.Viana menggambar bayangan dengan matanya. Tapi pikirannya memikirkan hal lain.Pikirannya mengatakan menikah dengan Teofilano sama dengan menggali kuburannya sendiri, sebab pria itu sudah beristri. Jika Cintya tahu pasti akan mencincangnya. Belum lagi, sifat brengsek Teofilano yang suka selingkuh, pasti akan banyak sakit hati dari pada senangnya.Tapi entah kenapa hati ini bebal, menginginkan pria brengsek yang mengerti bahasa kasihnya itu.Tag!“Yes!” Viana senang sekali, tidak menyangka bola pertamanya masuk. Sampai lupa apa yang barusan dia takutkan.“Bagus, Viana. 1 lagi aku akan menikahimu.”Hati Viana berbunga-bunga, sebelum mendengar lagu beautiful in white dari ponselnya. Galla menelpon.Vi
“Boleh saya masuk?” tanya Viana.“Tentu, ini kamarmu.” Teofilano memindai wajah Viana dengan seksama.Viana tersenyum simpul sebelum melangkah masuk. Membuat Teofilano hampir tidak bisa bangun dari lamunannya.“Kenapa Bapak memberi saya kamar? Saya nggak apa kok tidur di kamar Bu Lauren.”Viana merasa special, sebab kamar ini 2 kali lebih luas dari kamar tidur Lauren. Dan yang pasti punya taman buatannya sendiri.“Viana … kamu ….?”4 tahun lalu Viana menjadi korban hipnotis saat berkunjung ke kota Kana. Dompet dan ponselnya raib dibawa pria tak di kenal. Akibatnya, dia terlantar selama 2 hari di pantai Kana, tanpa makan dan minum.Terpaksa Viana menggunakan bakatnya. Dia menari belly dance untuk mandapatkan uang supaya bisa beli makan dan pulang ke Triodes.Viana meliuk-liukan tubuhnya dengan begitu seksi dan lemah gemulai sehingga beberapa pengunjung pantai berkumpul untuk menonton dan meletakkan uang ke atas kemejanya.Viana tidak sadar jika ada dua pria yang memperhatikannya dari j
2 tahun kemudian.......“Viana!”Viana terkejut ibu mertuanya masuk ke kamar dengan nada berang.“Ya, Ma.” Viana menutup laptopnya.“Mama kan udah suruh pasang gas. Kenapa belum kamu lakuin?!”Sumpah, Viana tidak ingat apa – apa. Viana membuka buku catatannya. Lega, ternyata alasan dia belum mengganti tabung elpiji karena takut.“Viana nggak bisa, Ma. Takut bocor. Jadi tadi Viana tulis catatan untuk Bi Daria”Vonny berdecak, “Bi Daria sudah lama keluar, Viana. Gimana sih kamu ini?!”Wajah Viana tampak bingung, “Kapan Bik Daria Keluar?”“Hadeh, bisa gila aku lama – lama ngomong sama kamu. Cepet pasangin!”2 tahun lalu, Cinta menyuruh orang menabrak Viana. Karena Galih berhasil menolongnya, kondisi Viana tidak terlalu parah. Sementara Galih tewas saat itu juga.Viana koma selama 1 tahun. Dan 6 bulan lalu dia berhasil bangun, sayang kondisinya cacat. Ingatan Viana selama 3 tahun terakhir hilang. Dia juga kesusahan mengingat hal yang belum lama dia kerjakan. Serta, kakinya patah.Tapi 1 b
Sebulan kemudian…..“Masak apa, Non?” tanya Airi—23 tahun, ART baru di rumah ini.Viana tersenyum sembari menoleh ke asisten rumah tangga baru yang seumuran dengannya itu. “Sapi lada hitam.”Airi membalas senyum. “Makin hari, saya makin nggak pede masak. Non Viana pinter masak, Ibu apalagi. Cuma masakan saya yang paling nggak enak di sini.”Viana tertawa. “Masakanmu nggak enak karena kamu nggak mau pake MSG. Coba tambahin MSG sedikit, rasanya pasti terangkat.”Airi mencicipi sapi lada hitam buatan Viana. “Enak, kayak di restoran.”Viana tertawa. “Bisa aja kamu.”“Bener, Non. Dulu saya sering diajak makan di restoran KIC sama bos yang lama. Nah, dia selalu pesen sapi lada hitam. Saya disuruh coba, kayak gini dah rasanya. Saya masih ingat.”Viana tak perlu cerita kalau dia dapat resep dari youtube. Kemudian dia trial beberapa kali sampai rasanya mendekati rasa sapi lada hitam KIC.Viana ingin memperbaiki hubungannya dengan Galla. Jika sebelumnya dia tak pintar masak, sekarang mulai pand
Malam ini, Jasmine mendatangi rumah Galla. Karena sudah tidak tahan, telponnya tidak diangkat oleh kekasihnya itu. Jasmine duduk di ruang keluarga bersama Vonny, dengan gelisah.“Kira-kira Galla kemana ya, Tan, kok 3 hari nggak pulang-pulang?”“Tante juga nggak tahu, Jas. Tapi jangan kuatir. Tante udah minta tolong orang buat nyari dia dan perempuan sampah itu. Sebentar lagi pasti dia pulang.” Vonny berusaha menenangkan Jasmine, meski dia sendiri tidak tenang merasakan anaknya yang idiot.“Gimana Tante tahu kalau sebentar lagi Galla pulang?”“Tante suruh polisi cari mereka berdua,” dusta Vonny.Vonny malu mau mengatakan kepada Jasmine jika dia menyewa jasa Teofilano untuk mencari Galla dan Viana. Karena organisasi kejahatan silent killer itu terkenal tidak hanya mau dibayar dengan uang tapi juga badan. Vonny tidak mau Jasmine berpikir demikian.Jasmine tersenyum lebar. Tidak menyangka Vonny melakukan hal itu. “Makasih, Tante. Aku sayang banget sama Galla, nggak bisa hidup tanpa dia.”
“Aku belum puas,” ucap Galla.Viana menangis disuruh melayani Galla sampai puas, sebagai hukuman karena menemuni Teofilano dan membuat pria itu keracunan makanan.Viana menyerah, dari tadi siang Galla bilang tidak puas. Tubuh Viana sakit semua karena dipukuli pria yang belum puas dengan pelayanannya itu.Viana tidak tahu, apa lagi yang harus dia lakukan. Semua gaya yang pernah dia coba bersama Teofilano sudah dia coba, Galla pun mengeluarkan cairan kentalnya. Tapi pria ini masih bilang belum puas.Setelah istirahat 4 jam, Viana kembali kepada benda yang sudah lemas itu. Sebenarnya sudah tidak bisa berdiri, tapi demi memuaskan Galla, Viana mau tak mau harus membuatnya berdiri.“Kenapa kamu memperlakukannya seperti pelacur?” Viana sesenggukan.“Kamu yang bilang padaku, aku boleh memberimu hukuman apa saja,” sahut Galla, tanpa beban perasaan.Alasan Galla menyuruh Viana keluar dari ruko agar tidak bertemu Teofilano lagi. Sebab itu Galla kecewa hari ini Viana menemui Teofilano di tempat l
Viana akhirnya turun, karena Galla mengatakan Jasmine ingin beli sandal.“Kak Jasmine beli sandal banyak buat apa?” Viana heran Jasmine pesan 500 sandal.“Mau bagi-bagi ke anak yatim piatu.”Viana tampak berpikir, apa sandal ini tidak kegedean di kaki mereka?Detik kemudian Viana bodo amat, yang penting dagangannya laku.“Makasih Kak, Jas.” Viana tersenyum lebar setelah melihat bukti transferan Jasmine. Seketika rasa cemburunya kepada perempuan itu lenyap.“Aku kasih bonus satu buat Kak Jasmine. Kakak pake ukuran berapa?”“Nggak usah, Vi. Sandalku udah banyak di rumah.”“Gitu?”“Iya.” Jasmine mengulas senyum palsu.Jasmine sudah pergi, sementara Viana mempacking sandal-sandal itu. Viana baru tahu kalau Jasmine cucu PT Emas Laut. Perusahaan yang menjual mutiara, baik mutiara laut maupun air tawar. Tidak hanya dalam bentuk perhiasan tapi juga sebagai bahan kosmetik tertentu.Viana menelpon kurir langganannya, untuk mengantar barang itu ke rumah Jasmine. Karena kata Jasmine, dia akan meng
Sudah 3 hari Galla belum pulang dari rumah sakit. Viana semakin tidak tenang dan merasa bersalah. Siang ini dia menelpon Daffy. Karena hanya dari pria itulah dia bisa mendapat informasi.Sementara Vonny, Gustav dan Michael, meskipun di rumah tak memberinya informasi apa-apa. Mereka kembali menganggapnya sebagai makluk tak kasat mata.“Ya, Vi?”“Gimana kabar Galla?” tanya Viana lemas, karena sudah 3 hari pula dia tidak makan karena ingin menghukum diri sendiri.“Udah mendingan.”“Bisa aku bicara dengannya?”Sudah 3 hari ini Viana tidak mendengar suara Galla karena pria itu menolak berbicara dengannya. Viana sesengukan, apa yang sudah dia lakukan kepada pria itu?Viana merasa sangat bersalah. Mau Galla hukum apapun dia siap asal masalah selesai.“Ya udah nggak apa kalau dia masih belum mau bicara denganku. Aku ingin tahu keadaannya, apa perutnya masih nyeri? Masih muntah, diare? Aku ingin menengoknya, tapi takut nggak dibolehin masuk sama mama dan takut Galla gak mau ku temui.”Hati Vian
Viana tidak tahu jam berapa Galla pulang. Tahu-tahu pria itu sudah ada di sampingnya. Viana bangun karena sudah pukul 5 pagi.Seperti biasa, dia mengerjakan pekerjaan rumah sebisanya. Mulai dari mencuci baju kotor yang setiap hari menggunung, untung saja ada mesin cuci dan pengering, sehingga Viana hanya butuh 80 menit untuk menyelesaikannya.Sembari menunggu, Viana memasak nasi atau mashed potato seperti pagi ini. Kemudian setrika baju yang kemarin kering, nyapu ngepel lantai 1 hingga pukul 7 pagi baru usai.Viana menata sarapan di meja. Mashed potato, sosis sapi bakar, roti, selai, jus jeruk, susu pasteurisasi, dan air putih.Viana mengambil mashed potato dan sosis untuknya lalu pergi ke gudang. Sembari sarapan, dia membuka olshopnya. Viana tercengang, melihat ada yang order sandal 1.500 pcs. Masalahnya, customer itu belum pernah order.Viana kucek-kucek matanya, barang kali 150 pcs, bukan 1.500 pcs. Dia membalas chat pelanggan itu untuk memastikan jumlahnya. Ternyata pembeli itu me
Viana terpaksa mengemas barangnya, karena Galla tak mengijinkan dia datang ke ruko ini lagi. Semua itu gara-gara Teofilano menfitnat Mr Fox kalau pria itu sering datang ke sini.“Kenapa tidak kamu katakan ruko ini milikmu?!” geram Teofilano.“Karena ruko ini memang bukan milikku! Viana tak kalah geram.“Tapi aku beli ruko ini untukmu. Inilah upahmu tidur denganku.”Viana diam sejenak, sebelum akhirnya membalas. ”Jadi kamu ingin aku bilang pada Galla kalau ruko ini milikku, hasil dari tidur denganmu?”“Ya! kalau kamu berani. Tapi kalau tidak berani, beritahu Galla kamu Stevanie Laurencia King, anak Nit Kit. Itulah identitasmu. Tidak ada yang tidak bisa kamu beli dengan identitas itu!”“Aku bukan Stevanie Laurencia King!”“Kamu Stevanie Laurencia King! Dan kamu sudah menjadi milikku sebelum kamu lahir!”“Kamu gila … benar-benar gila.”“Karena itu jangan pergi, supaya aku tidak merebutmu dengan caraku.”Viana membatu. Entah kenapa saat ini dia merasa Teofilano tidak cinta padanya, tapi t
Vonny memejamkan mata. Menikmati alunan music yang menenangkan jiwa dan pikiran, aroma terapi yang menyegarkan tubuh, dan nikmatnya pijatan terapis favoritnya.“Ibu lama nggak datang ke sini, saya kira pindah ke tempat lain.”“Nggak sempet, Deb,” sahut Vonny kepada Debora—terapis favoritnya“Gimana kabar, Ibu? Baik-baik saja?”“Ada baik, ada enggak.”Debora tertawa. “Mikirin Bapaknya apa anaknya?”“Dua-duanya. Tapi Bapaknya udah sembuh sekarang, nggak berani keluar kota bawa cewek lagi setelah aku coba bunuh diri waktu itu. Anaknya yang belum.”Vonny memang sering curhat dengan terapis favoritnya ini.“Belum pisah sama istrinya yang bermasalah itu?” Debora memang mengingat semua cerita client-clientnya.“Belum. Makin hari aku makin nggak ngerti sama jalan pikirnya. Entah apa yang dilihat dari perempuan itu, sudah diselingkuhi 2 kali masih aja mau, kayak nggak ada perempuan lain. Aku sampe nggak berani ketemu temen atau saudara, takut ditanya macem-macem,” curhat Vonny.Sebenarnya, Gal
Viana terkejut melihat mobil Teofilano masih ada di ruko. Dia membuka pintu ruko dengan kunci duplikat yang biasanya dibawa Ivana dan Ilyasa. Sementara kunci aslinya, yang biasa dia bawa dibawa Teofilano.Viana naik ke lantai 2, mulutnya mengangga, melihat lantai 2 disulap seperti rumah. Triplek penyekat kamar dan kasur busa hilang. Diganti sofa busa yang muat untuk 2 orang, meja, karpet dan lampu berdiri.Entah kenapa Viana merasa ruko ini homy. Viana segera membuang pikiran buruknya. Ruko ini memang punya kenangan, pertemanannya dengan Mr Fox dan percintaannya kemarin pagi dengan Teofilano, tapi bukan untuk dikenang.Viana mendengar kran menyala, artinya pria itu di kamar mandi. Viana kembali ke bawah, dia menyiapkan pesanan sembari mengirim pesan kepada Galla.Viana : Aku minta maaf sudah berpikiran jelek ke kamu. Aku akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.Pesan Viana terkirim tepat saat ada tangan kurang ajar memeluknya dari belakang.“Udah dari tadi?” tanya Teofilano.“Bar