Share

52. Siapa Dia?

Author: Leva Lorich
last update Last Updated: 2025-12-09 09:11:56

Sebuah mobil sedan hitam mewah, tampak mengkilap dan terawat sempurna, berhenti tepat di depan halaman rumah kayu Pak Herman. Mobil itu terlihat sangat kontras dengan lingkungan alam yang sederhana di sekitarnya.

Seorang pria berusia sekitar 30 tahun turun dari kursi pengemudi. Penampilannya sangat rapi, mengenakan jas mahal yang dipotong sempurna, sepatu pantofel yang mengilap, dan dasi sutra. Sikapnya menunjukkan profesionalisme tingkat tinggi. Di tangannya, ia membawa sebuah tablet digital yang ramping. Pria itu menatap sekeliling sejenak, seolah sedang membandingkan kemewahan pakaiannya dengan kesederhanaan rumah kayu itu, sebelum akhirnya melangkah mendekat ke teras.

Ia sedikit membungkuk dan menyapa dengan sopan, nadanya formal dan penuh hormat. “Selamat pagi, Pak Herman. Mohon maaf jika kedatangan saya yang mendadak ini mengganggu waktu istirahat Bapak.”

Pandangan pria itu kemudian melirik sekilas ke arah Sabita yang duduk di samping Pak Herman. Ia belum pernah melihat gadis it
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   83. Mencari Kepastian

    Angin laut berembus cukup kencang, membawa aroma garam yang khas dan menyegarkan di sepanjang pesisir Pantai Dreamland, Bali. Tebing-tebing karang yang menjulang tinggi di sisi pantai seolah menjadi benteng alami yang memisahkan Bita dan Zen dari hiruk-pikuk dunia korporasi yang selama dua minggu ini mengurung mereka. Di bawah payung pantai yang lebar, keduanya duduk bersantai di atas kursi malas, menikmati pemandangan gradasi warna air laut dari biru muda hingga biru pekat yang memikat mata.Meskipun Zen adalah sosok yang sangat kaku, formal, dan serius saat berada di kantor, ternyata ia juga bisa menjelma menjadi teman bicara yang hangat. Ia bisa bercanda santai layaknya seorang kakak yang sedang melindungi adiknya, membuat Bita merasa jauh lebih tenang dari biasanya.Bita menyesap air kelapa muda langsung dari batoknya, lalu mengaduk-aduk daging kelapa yang putih bersih dengan sendok kecil. Matanya menatap jauh ke arah cakrawala, tempat debur ombak putih pecah menghantam pasir."Ma

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   82. Mengendurkan Urat Saraf

    Zen tersenyum tipis, mencoba memahami kegelisahan hati Bita. “Senioritas itu hanya masalah usia dan pengalaman teknis, Nona Bita. Saya memang lebih tua lima tahun darimu, tapi secara struktur organisasi dan secara kekeluargaan, kau tetap berada di posisi yang harus saya hormati. Pak Herman pun pasti akan menegur jika saya bersikap tidak sopan kepadamu.”Bita berbalik badan, menatap Zen dengan tegas namun tetap lembut. “Pokoknya aku tetap tidak nyaman dipanggil seperti itu. Cukup panggil Bita saja, Mas Zen. Anggap saja ini permintaan pribadiku sebagai Direktur Utama di sini, atau sebagai adik angkatmu jika kau mengizinkan. Lagipula, ini di Denpasar. Ayah tidak ada di sini untuk mengawasi setiap kata yang keluar dari mulutmu. Ayah pasti akan mengerti jika aku yang memintanya sendiri.”Melihat keteguhan di mata Bita, Zen akhirnya menyerah. Ia tahu bahwa berdebat dengan wanita cerdas ini hanya akan berakhir dengan kekalahannya. Ia menganggukkan kepala perlahan sebagai tanda setuju.“Baikl

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   81. Memang Hebat

    Cahaya matahari pagi di Kota Denpasar menyelinap masuk melalui jendela besar di lantai dua gedung kantor Puspita Ayu, sebuah perusahaan kosmetik yang kini berada di bawah kendali Bita Hermanto. Aroma lembut bunga kamboja yang menjadi salah satu bahan dasar produk terbaru mereka tercium samar di udara, menciptakan suasana kerja yang menenangkan namun tetap profesional. Di balik meja kerja kayu jati yang megah, Bita sedang memeriksa beberapa laporan pemasaran dengan kening yang sedikit berkerut, menunjukkan keseriusannya dalam mengemban amanah baru sebagai Direktur Utama.Dalam kurun waktu dua minggu sejak kedatangannya di Pulau Dewata, Bita telah menunjukkan perubahan yang sangat drastis. Ia bukan lagi gadis yang terlihat awam dan tidak terpelajar. Kini, ia mengenakan setelan kantor yang elegan, rambutnya tertata rapi, dan sorot matanya memancarkan kecerdasan serta ketegasan. Kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan korporasi yang sangat kompleks benar-benar di luar dugaan.Ze

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   80. Yakinlah

    "Bukan membiarkannya pergi, Pak Gelar, melainkan membiarkannya tumbuh. Biarkan waktu mengobatnya. Biarkan jeda ini untuk semakin mematangkannya," koreksi Pak Herman dengan bijak. "Bita memang sangat penting bagi Anda, saya bisa melihat itu dari sorot mata Anda. Namun, masalah istri Anda juga tidak kalah pentingnya. Masalah itu adalah duri di dalam daging yang harus Anda cabut sendiri. Pak Gelar harus bisa mengatasi masalah Anda satu per satu. Anda harus menyelesaikannya dengan cara yang paling terhormat. Jangan membuka masalah baru jika masalah yang lama saja belum bisa Anda selesaikan."Pak Herman kemudian berdiri dari kursinya, menandakan bahwa pembicaraan malam itu sudah seharusnya mencapai titik akhir. "Yakinlah, Pak Gelar. Jika Anda memang memiliki niat yang tulus dan murni untuk serius pada Bita, pasti nanti semesta akan membukakan jalan bagi kalian untuk bertemu kembali dalam kondisi yang lebih baik. Tanpa ada rahasia, tanpa ada status yang menggantung, dan tanpa ada

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   79. Obat Penawar

    Gelar Aditama menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatur emosinya yang kian tidak menentu. Di hadapan Pak Herman, ia merasa seperti seorang terdakwa yang sedang melakukan pengakuan dosa. Namun, kejujuran adalah satu-satunya senjata yang ia miliki saat ini untuk meluluhkan hati pria paruh baya yang kini menjadi pelindung Sabita tersebut."Lebih parahnya lagi, Pak Herman," lanjut Gelar dengan nada suara yang mengandung kepahitan yang amat sangat. "Setelah ayah istri saya meninggal dunia beberapa waktu yang lalu, Rima seolah merasa mendapatkan kebebasan yang selama ini ia idamkan. Ia kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya yang dulu sengaja dipisahkan oleh mendiang ayahnya demi menikahkan Rima dengan saya. Berdasarkan informasi yang saya himpun secara diam-diam, bau perselingkuhan itu sudah tercium sangat tajam, Pak. Namun, saya harus mengakui kelemahan saya; saya belum mendapatkan bukti fisik yang benar-benar kuat untuk menjebaknya di hadapan hukum dan keluarga be

  • Terjebak Hasrat Terlarang Pria Ibu Kota   78. Hutang Rasa

    Pak Herman tersenyum sinis. "Hutang rasa? Itu adalah istilah yang sangat berbahaya bagi pria yang sudah memiliki rumah tangga. Bagaimana jika istri Pak Gelar mengetahui semua ini? Bagaimana jika istri Anda, Ibu Rima yang terhormat itu, tahu bahwa suaminya sedang mengejar-ngejar putri saya yang sekarang adalah salah satu direktur di perusahaan saya? Apakah Anda ingin menciptakan skandal besar bagi Larasa Company dan Aditama Group?"Gelar terdiam beberapa saat. Penekanan Pak Herman tentang rumah tangganya seolah membuka luka lama yang selama ini coba ia tutupi dengan tumpukan pekerjaan. Ia menunduk, menatap meja kayu mengkilap di hadapannya, lalu menghembuskan napas yang terasa sesak di dada.Akhirnya, dengan segala kerendahan hati dan keputusasaan, Gelar memutuskan untuk membuka tabir gelap kehidupannya yang selama ini ia simpan rapat-rapat."Sebenarnya... saya sedang menghadapi masalah yang sangat besar dengan istri saya, Pak Herman. Masalah yang sudah mencapai titik jenuh," kata Gela

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status