INICIAR SESIÓN"Bukan membiarkannya pergi, Pak Gelar, melainkan membiarkannya tumbuh. Biarkan waktu mengobatnya. Biarkan jeda ini untuk semakin mematangkannya," koreksi Pak Herman dengan bijak. "Bita memang sangat penting bagi Anda, saya bisa melihat itu dari sorot mata Anda. Namun, masalah istri Anda juga tidak kalah pentingnya. Masalah itu adalah duri di dalam daging yang harus Anda cabut sendiri. Pak Gelar harus bisa mengatasi masalah Anda satu per satu. Anda harus menyelesaikannya dengan cara yang paling terhormat. Jangan membuka masalah baru jika masalah yang lama saja belum bisa Anda selesaikan."Pak Herman kemudian berdiri dari kursinya, menandakan bahwa pembicaraan malam itu sudah seharusnya mencapai titik akhir. "Yakinlah, Pak Gelar. Jika Anda memang memiliki niat yang tulus dan murni untuk serius pada Bita, pasti nanti semesta akan membukakan jalan bagi kalian untuk bertemu kembali dalam kondisi yang lebih baik. Tanpa ada rahasia, tanpa ada status yang menggantung, dan tanpa ada
Gelar Aditama menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatur emosinya yang kian tidak menentu. Di hadapan Pak Herman, ia merasa seperti seorang terdakwa yang sedang melakukan pengakuan dosa. Namun, kejujuran adalah satu-satunya senjata yang ia miliki saat ini untuk meluluhkan hati pria paruh baya yang kini menjadi pelindung Sabita tersebut."Lebih parahnya lagi, Pak Herman," lanjut Gelar dengan nada suara yang mengandung kepahitan yang amat sangat. "Setelah ayah istri saya meninggal dunia beberapa waktu yang lalu, Rima seolah merasa mendapatkan kebebasan yang selama ini ia idamkan. Ia kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya yang dulu sengaja dipisahkan oleh mendiang ayahnya demi menikahkan Rima dengan saya. Berdasarkan informasi yang saya himpun secara diam-diam, bau perselingkuhan itu sudah tercium sangat tajam, Pak. Namun, saya harus mengakui kelemahan saya; saya belum mendapatkan bukti fisik yang benar-benar kuat untuk menjebaknya di hadapan hukum dan keluarga be
Pak Herman tersenyum sinis. "Hutang rasa? Itu adalah istilah yang sangat berbahaya bagi pria yang sudah memiliki rumah tangga. Bagaimana jika istri Pak Gelar mengetahui semua ini? Bagaimana jika istri Anda, Ibu Rima yang terhormat itu, tahu bahwa suaminya sedang mengejar-ngejar putri saya yang sekarang adalah salah satu direktur di perusahaan saya? Apakah Anda ingin menciptakan skandal besar bagi Larasa Company dan Aditama Group?"Gelar terdiam beberapa saat. Penekanan Pak Herman tentang rumah tangganya seolah membuka luka lama yang selama ini coba ia tutupi dengan tumpukan pekerjaan. Ia menunduk, menatap meja kayu mengkilap di hadapannya, lalu menghembuskan napas yang terasa sesak di dada.Akhirnya, dengan segala kerendahan hati dan keputusasaan, Gelar memutuskan untuk membuka tabir gelap kehidupannya yang selama ini ia simpan rapat-rapat."Sebenarnya... saya sedang menghadapi masalah yang sangat besar dengan istri saya, Pak Herman. Masalah yang sudah mencapai titik jenuh," kata Gela
Pak Herman menghela napas panjang. “Kejujuran Anda cukup menyentuh, Pak Gelar. Namun, untuk saat ini, saya tidak bisa memberikan alamatnya kepada Anda. Bita membutuhkan ketenangan untuk fokus pada pekerjaan barunya. Jika dia memang ingin bertemu dengan Anda, dia yang akan mencari Anda. Berikan dia waktu dan ruang. Jangan mengejarnya seperti orang yang kehilangan arah, karena itu hanya akan membuatnya semakin merasa tertekan.“Gelar terdiam, ia menyadari bahwa ia tidak memiliki pilihan lain selain menghargai keputusan Pak Herman. Namun, di dalam hatinya, ia sudah berjanji bahwa ia tidak akan berhenti sampai ia berhasil menemukan Bita dan membawanya kembali ke dalam pelukannya, apa pun status sosial Bita sekarang.“Jika Anda tidak mau memberi tahu kotanya, setidaknya beri tahu saya apakah dia aman di sana?“ tanya Gelar dengan sisa kekuatannya.“Dia berada di bawah perlindungan orang-orang terbaik saya, Pak Gelar. Dia sangat aman dan sedang memulai langkah besarnya. Fokuslah pada urusan
Mendengar penjelasan itu, Gelar Aditama melotot kaget. Rasa terkejutnya kali ini jauh lebih besar dibandingkan saat ia menduga Bita dinikahi oleh Pak Herman. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa Sabita, wanita yang dulu hampir terjebak dalam dunia kelam dan meminjam uang seratus juta rupiah darinya untuk melunasi Pak Hendy, kini telah bertransformasi menjadi putri mahkota dari konglomerat sebesar Hermanto. Ia seolah tidak percaya bahwa Bita bisa menjadi wanita paling beruntung di negeri ini yang menjadi kaya raya secara mendadak.“Anak angkat? Jadi Bita sekarang adalah pewaris tunggal Larasa Company?“ tanya Gelar dengan suara yang nyaris menghilang karena takjub.“Benar. Dia memiliki kecerdasan alami dan ketulusan hati yang jarang saya temukan pada orang-orang di dunia bisnis. Saya tidak hanya memberinya nama belakang untuknya, tetapi juga sedang membentuknya menjadi seorang pemimpin yang tangguh,” jawab Pak Herman dengan nada bangga yang sangat kentara.G
Gelar kembali menatap Pak Herman dengan penuh permohonan. “Saya tahu itu terdengar menyedihkan, Pak. Tapi bagi saya, Bita adalah segalanya selama satu bulan itu. Dia memberikan kedamaian yang tidak pernah saya rasakan selama bertahun-tahun menikah dengan Rima. Sekarang, tolong perjelas kepada saya, Pak. Bagaimana status pekerjaan Bita di sini? Mengapa dia bisa berubah menjadi sangat berkelas seperti yang saya lihat tadi?“Pak Herman meletakkan pulpennya. Ia memutuskan untuk memberikan satu potongan informasi penting yang akan membuat Gelar semakin terkejut.“Orang yang menyelamatkan Bita kala itu dari para penculik di rumah tua itu adalah saya sendiri, Pak Gelar. Saya yang menghajar empat penculik seorang diri dan membawa Bita pergi dari tempat terkutuk itu,” ujar Pak Herman dengan nada datar, seolah-olah mengalahkan segerombolan penculik adalah tugas harian yang biasa baginya.Gelar terhenyak di kursinya. Matanya membelalak tidak percaya. Jantungnya berde







