Share

Video call

Author: Risya Petrova
last update Last Updated: 2025-12-08 20:47:08

Fahmi tersenyum tipis. Ternyata Rina tidak benar-benar meninggalkannya. Ia pun segera membalasnya.

Fahmi: Aqila sudah mendingan. Sudah tidur. Aku nggak apa-apa, cuma sedikit ... lelah. Tadi aku sudah kembali ke Hotel Duta Mutiara. Tapi kamunya udah nggak ada.

Ia menunggu Rina membalas. Tidak sampai semenit, balasan Rina muncul lagi.

Rina: Aku lega. Tadi aku sempat khawatir kamu kenapa-kenapa. Syukurlah kamu baik-baik saja.

Rina: Aku harus cepat-cepat pergi dari hotel itu karena mamaku maksa aku pulang secepatnya, dan ternyata Ervan menyusulku ke rumah Mama. Untung saja aku pulang sendiri. Coba bayangin kalau misal kita pulang bareng?"

Mata Fahmi langsung membelalak membaca kalimat terakhir Rina. Wajahnya mengeras, senyumnya lenyap.

"Ervan?" desisnya pelan. "Jadi malam ini, Rina pasti tidur bareng sama Ervan?"

Rasa cemburu yang memuakkan langsung menyeruak. Pelukan Ervan, sentuhan Ervan, keberadaan Ervan di dekat Rina, semua itu seperti membakar hati Fahmi. Ia merasa Rina miliknya, da
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Enggak percaya

    Dering ponsel itu bagaikan lonceng penyelamat di tengah sidang eksekusi. Ervan yang jarinya sudah menempel kuat pada mouse, seketika menghentikan gerakannya. Kepalanya menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari balik meja pantry di dapur."Van, itu suara dering ponselmu! Bunyinya dari dapur!" seru Rina dengan nada yang sengaja ditinggikan, mencoba menutupi gemetar di suaranya.Ervan terdiam sejenak, matanya sempat kembali melirik monitor CCTV sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Ternyata benar tertinggal di sana. Tunggu sebentar," ucapnya datar.Begitu langkah kaki Ervan menjauh dan bayangannya menghilang di balik sekat ruang makan, Rina langsung bergerak bagaikan kesurupan. Ia menyambar mouse dengan tangan yang basah oleh keringat dingin. Jantungnya berdentum begitu keras hingga ia merasa dadanya nyeri."Cepat ... cepat ...!" bisiknya pada diri sendiri, dengan bibir pucat.Mata Rina menyisir menu di layar dengan panik. Ia mencari folder rekaman pagi ini.07:25. Layar menampi

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Sebentar lagi ketahuan!

    "Mungkin kalian hanya pernah berpapasan di jalan kompleks, Van. Namanya juga tetanggaan, pasti sering bertemu tanpa sengaja. Hanya saja karena baru kali ini kalian berkenalan secara resmi, rasanya jadi seperti pernah bertemu di tempat lain," timpal Rina cepat. Suaranya diusahakan tetap stabil.Rina berusaha sekuat tenaga agar matanya tidak melirik ke arah Fahmi dengan cara yang mencurigakan. Ia harus terlihat seperti istri yang sedang memberikan penjelasan logis, bukan komplotan yang sedang menyembunyikan rahasia. Fahmi segera menangkap umpan Rina. Ia mengangguk dengan senyum yang dipaksakan tetap santai. "Iya, bisa jadi. Kompleks ini kan tidak terlalu besar. Mungkin kita pernah berpapasan saat aku sedang lari pagi atau mencuci mobil."Ervan menyipitkan mata, seolah sedang memindai memori di otaknya, namun akhirnya ia mengangguk. Karena merasa buru-buru harus mencari ponselnya yang tertinggal dan kemudian kembali berangkat ke rumah sakit.Senyum ramahnya kembali tersungging, meski bi

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   'Sepertinya kita pernah bertemu'

    Udara di halaman rumah itu mendadak terasa tipis, seolah oksigen tersedot habis oleh kehadiran Ervan yang berdiri mematung di ambang pintu gerbang kecil. Keheningan yang tercipta begitu pekat, hanya menyisakan suara kicauan burung yang kini terdengar seperti ejekan bagi Rina dan Fahmi.Ervan tidak bergerak. Matanya yang tajam di balik kacamata bening itu menyapu pemandangan di depannya dengan ketelitian seorang ahli bedah. Ia menatap Rina, lalu beralih pada Fahmi, mengamati jarak yang tersisa di antara mereka yang menurutnya terlalu akrab untuk sekadar percakapan antar tetangga.Gurat keterkejutan di wajah Rina tak bisa disembunyikan. Ia merasa seluruh sendinya melemas, namun otaknya dipaksa bekerja secepat kilat. Sebelum Ervan membuka suara dan melontarkan pertanyaan yang bisa menghancurkan segalanya, Rina buru-buru memecah kesunyian."Ini ... tetangga sebelah, Van. Fahmi," ucap Rina dengan nada bicara yang diusahakan tetap ringan, meski suaranya sedikit bergetar di ujung kalimat.Er

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Terjebak

    "Kalau Fendi benar-benar membuka mulut, berarti Ervan sudah tahu namamu, Mi," bisik Rina dengan wajah pucat pasi. Suaranya hampir tenggelam oleh deru jantungnya sendiri.Fahmi mengepalkan tinjunya. Rahangnya mengeras. "Bajingan itu benar-benar cari mati. Dia pikir aku main-main dengan ancamanku? Kalau dia berani menyebut namaku pada Ervan, dia juga harus siap kehilangan segalanya.""Tapi masalahnya bukan cuma Fendi, Mi," sela Rina cepat, matanya mulai berkaca-kaca. "Masalahnya adalah makan malam nanti. Ervan bukan tipe orang yang suka menjamu tetangga tanpa alasan. Dia itu perfeksionis dan sangat teliti. Mengundang kalian ... itu seperti sedang menyiapkan meja sidang untuk kita.""Jadi menurut kamu, Ervan benar sudah tau tentang kita?""Entahlah ... Aku juga bingung. Aku gak ngerti ... Aku takut, Mi. Sumpah ... Aku memang mau pisah dari Ervan. Tapi aku nggak mau kesalahannya di aku. Karena itu akan membuat Ervan makin merasa menang dan ia akan menumpahkan semua kesalahan sama aku. Pad

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Ervan tau, tentang Fahmi?

    "Aku berangkat ya, Rin," ucap Ervan datar sembari merapikan kerah kemejanya di depan pintu.Rina memaksakan senyum, ritual pagi yang kini terasa seperti beban berat. "Iya, Van. Hati-hati di jalan. Jangan lupa makan siang."Ervan hanya mengangguk singkat. Tidak ada kecupan di kening seperti biasanya. Tatapan matanya masih menyimpan sisa-sisa luka dari penolakan Rina semalam, bercampur dengan kecurigaan yang ia simpan rapat-rapat. Rina mengantarkan Ervan sampai ke teras, berdiri diam menatap mobil suaminya itu bergerak perlahan meninggalkan halaman.Ia menunggu. Terus menatap hingga mobil Ervan benar-benar menghilang di tikungan kompleks. Begitu mobil itu tak lagi terlihat, Rina menghela nafas panjang, seolah baru saja melepaskan ransel berisi batu dari pundaknya.Kreeek ....Suara mesin gerbang otomatis rumahnya mulai bekerja, menutup perlahan. Namun, di saat yang bersamaan, suara yang sama terdengar dari arah sebelah. Gerbang rumah Fahmi terbuka.Rina tersentak. Jantungnya mendadak be

  • Terjebak Hasrat Terlarang Tetanggaku   Aku juga muak

    Cahaya dari layar ponsel menyinari wajah Rina yang pucat di tengah remang kamar. Jantungnya masih berdegup kencang saat jemarinya menyentuh layar untuk membuka pesan dari nomor asing tersebut. Sebuah pesan singkat, namun mengandung racun yang sangat pekat.[Nomor Tidak Dikenal]:"Sampai kapan kamu mau bertahan di posisi yang sudah tidak menginginkanmu? Turunlah secara terhormat dari tahta 'Nyonya Dokter Ervan'. Kamu hanya menghalangi kebahagiaan orang lain."Rina menatap kata demi kata itu dengan mata menyipit. Meskipun ia tidak mengenali nomor ponsel yang tertera, ia tidak butuh waktu lama untuk menebak siapa pengirimnya. Gaya bahasa yang penuh tuntutan, arogan, dan merasa paling berhak atas Ervan ... tidak salah lagi, ini adalah Claudia.Rina tidak langsung menjawab. Ia justru tersenyum sinis, sebuah senyuman yang jarang ia tunjukkan. Ia meletakkan ponselnya di atas nakas dengan gerakan pelan, namun kepalanya dipenuhi dengan suara batin yang bergejolak.'Jangan khawatir, Claudia. Ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status