Nyonya Anita menggeleng pelan, langkah kaki putrinya semakin membuatnya terluka. Apalagi, tadi dia menampar Rea begitu keras.Dengan langlah pelannya, ia meraih ponsel miliknya dan menelpon putranya--Aldrich. Memberitahu untuk menjaga Rea yang terlihat marah saat meninggalkan rumah.Nyonya Anita menjelaskan semuanya, menjelaskan apa yang membuat putrinya sampai salah paham. Ya, tidak ada yang bisa dia lakukan. Ia sudah berjanji akan terbuka pada sang putra. Jika ingin hubungan mereka kembali membaik.Setelahnya, wanita yang pernah melahirkan dua kali itu, masuk ke dalam kamarnya kembali, membuka sebuah laci kecil di dekat ranjang besarnya. Sebuah foto lama yang disimpan selama ini. Ada begitu banyak kenangan, tetapi terpaksa dia lupakan demi ketentraman anaknya. Dia adalah ayah dari Aldrich, suami tercintanya yang ia khianati dengan ayah Reanita. Jika mengingat itu, nyonya Anita merasa menyesal, dia terlalu mengikuti nafsunya yahg padanujuhgnya dia tidak bahagia."Rea, maafkan mama s
Eleanora turun ke lantai bawah setelah mematikan anaknya tertidur dengan nyaman di kamar. Dia juga sudah rapi dan siap menerima tamu yang tiba-tiba saja memutuskan menemuinya."Hai, Elea ...." sapa seorang wanita dengan ciri yang tadi pelayannya sebutkan. Wanita itu lantas berdiri saat menyadari kehadiran dirinya."Hai, duduklah!"Niat hati ingin memeluk seperti biasa, si wanita hanya tersenyum kecut karena Elea seperti menghindarinya. Ia duduk dengan pandangan mengedar ke segala arah. Takjub."Rumahmu sangat mewah, El. Ruang tamu ini saja, lebih besar dari tempat tinggalku," gumam Hana tidak berhenti berdecak karena kemewahan yang Elea miliki.Minuman dan cemilan datang, Hana kembali berdecak kagum karena cangkir untuk teh saja, bisa dihargai setara gajinya bekerja selama setahun di resto."Kamu sangat bahagia sekarang. Tidak hanya rumah mewah dan segala isinya. Memiliki anak tampan juga suami kaya raya membuatmu melupakan kami, El," kata Hana meraih cangkir teh miliknya. Menyesapnya
"Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri. Keputusan untuk menikah, adalah keputusan mereka sayang," kata Aldrich lembut, dia kembali menambahkan. "Dan aku rasa mereka mendapat karma, mereka berdua ingin membuatmu menderita karena pernikahan itu, dan see, mereka yang menderita, iya, kan?""Ya, kamu benar. Mereka berdua dengan sengaja membuatmu sakit hati, pada saat itu. Dan sekarang, mereka akan bercerai, sangat disayangkan.""Ya sudah, jangan membahas orang lain lagi. Jika mereka memang saling mencintai, mereka tidak akan bercerai, itu saja."Elea menyandarkan kepala di pundak suaminya, memejamkan mata dan menikmati momen indah ini untuk beberapa waktu."Rich, boleh aku tanya sesuatu padamu?"Aldrich menoleh dan menunduk menatap sang istri. "Ya, katakan saja apa itu. Aku akan menjawabnya," jawab Aldrich."Mantan kekasihmu sebelum nona Olivia, kemana dia?"Setelah beberapa saat terdiam Aldrich mengangguk dan mengecup kening Elea lembut. "Kamu ingin bertemu dengannya?"Elea
Beberapa menit kemudian, mobil yang ditumpangi Aldrich dan Eleanora sampai di sebuah kawasan asri, sejenak Elea bingung karena ia tahu kawasan apa yang ia datangi.Ia menoleh pada Aldrich yang terdiam dengan pandangan lurus kedepan. Kemudian kembali menatap ke depan karena mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti."Rich, kita--,""Ayo turun, aku akan memperkenalkanmu dengannya," kata Aldrich dengan mimik yang susah diartikan. Sejenak Elea merasa bersalah dengan keputusannya kemarin."Sayang, ayo!"Elea menurunkan kaki perlahan, jantungnya berdebar hebat saat Aldrich membawanya ke salah satu makam yang bernama belakang nama Aldrich di sana.Eleanora menoleh pada suaminya, ia melihat ada raut wajah sedih terlihat dengan nyata. Aldrich meraih tangan Elea dan mengajaknya duduk bersama. "Dia adalah tunanganku," akunya langsung menggetarkan hati Eleanora. "Dia meninggalkanku karena kesalahan yang seharusnya tidak aku lakukan," sambung Aldrich.Eleanora mengingat apa saja pernah Julian kat
Sementara itu, di tempat berbeda, Rea sedang kesal setengah mati karena tangisan Calix yang nyaring."Diamlah, atau aku .... akh, sialan!" Rea sangat kesal, ingin berkata kasar tetapi tatapan Calix melemahkannya.Gadis berusia 25 tahun itu terus mondar mandir, jantungnya berdegup kencang sejak tadi. Ia terus menempon Olivia tapi lagi-lagi wanita itu tidak merespon panggilannya."Gadis itu," hentaknya karena Olivia belakangan lebih suka mengabaikannya. "Aku tidak akan memaafkanmu Olivia," geram Rea akhirnya.Calix terus menangis, ia merindukan ibunya yang sudah tidak sadarkan diri. Ya, beberapa jam lalu, Rea sengaja mendatangi rumah kakaknya dengan alasan mencari sang ibu. Setibanya disana, melihat Calix yang menggemaskan muncullah niat untuk memberi pelajaran pada Eleanora."Diamlah, tenang sebentar, hem," pinta nya pada Calix yang terus saja rewel karena lapar.Calix terus menangis, Rea baru mengingat bahwa tadi dia juga membawa susu keponakannya, yang tertinggal di dalam mobil. Rea
Olivia tergagap. Ia mencoba mencari alasan agar Aldrich tidak curiga padanya. Ia menggeleng dan mengatakan tak tahu apapun tentang rencana Rea yang ingin membawa Calix bersamanya."Mungkin Rea hanya ingin lebih dekat dengan anakmu, Rich, hanya saja mungkin caranya yang salah," terang Olivia. Aldrich mengangguk, kemudian meminta supor membawa Olivia kembali pulang. Olivia sempat menolak karena ia masih ingin bersama Aldrich tetapi setelah melihat situasi, apalagi Elea yang terlihat membencinya, Olivia akhirnya pulang.~~~~"Pulanglah, aku akan menjaga Calix sendiri," kata Elea membelakangi sang suami yang baru saja masuk dalam ruangan."Kita akan menjaganya bersama, Calix membutuhkan kita berdua," balas Aldrich tahu suasana hati Elea yang tidak baik.Elea tersenyum sendu. "Aku tidak akan berterima kasih padanya, aku yakin dia juga merencanakan ini pada Calix."Aldrich hanya mematung, dia tidak akan memaksa Elea untuk melakukan itu jika memang istrinya tidak mau. Elea masih melanjutkan
"Kak aku ingin pulang!" Rea menatap kesal pada Aldrich yang baru saja membuka pintu. Gadis itu memang tahu kalau Aldrich yang akan membuka pintu kamarnya."Bersiaplah, aku akan mengantarmu pulang," jawab Aladrich langsung mengangguk. Jack yang berada di sana akhirnya lega, ia tidak perlu menunjukkan itu, tapi Rea tahu.Rea berdiri dengan lemah, dia hanya makan sedikit karena tidak menyukai makanan yang selalu dibawa untuknya. Yah, Alarich mengurung adiknya selama tiga hari, dan selama itu, Rea harus memakan makanan biasa. Tidak ada daging seperti biasanya.Rea melewati Jack begitu saja. Rasanya ingin sekali Rea memukul kepala asisten kakaknya ini, terlalu banyak bicara yang tidak masuk akal.Meninggalkan kediaman rumah kayu, Rea dan Aldrich satu mobil. Hari sudah gelap ketika Aldrich sampai. Jika ia berubah pikiran maka bisa dipastikan Rea akan menginap ke empat malamnya."Maafkan Rea, Kak," katanya menunduk dan meremas jari-jari tangannya."Katakan itu nanti di hadapan kakak iparmu,
"Ayo sarapan bersama!" Aladrich mengusap lengan Eleanora lembut. Ia tahu, kejadian kemarin malam membuat suasana hati istri nya tak baik-baik saja. Apalagi, dengan ibunya yang langsung memaksa pulang karena Rea tak mendapat kan maaf. Aldrich tentu paham dengan kondisi Elea, juga paham dengan perasaan ibunya. Tapi, yang masih menjanggal adalah, Rea yang tak merasa bersalah sedikitpun."Mama marah padaku, bahkan semalam ia kembali menatapku sinis, Rich," desahnya palan. Ia baru saja menidurkan Calix dan masih enggan meninggalkan anaknya."Jangan dipikirkan. Mama itu hanya terlalu sayang pada Rea hingga tak sadar kalau Rea selalu membuat masalah untuknya."Elea menoleh, ia mendelik tak percaya karena Aldrich yang tak membela adiknya sama sekali. Bukankah ini sangat aneh. "Dia adikmu, harusnya kau bela dia."Aldrich membalik Elea, mengangkat wajah istrinya dengan perlahan, di sana tampak keresahan dan rasa penyesalan yang dominan. "Kau merasa bersalah karena mama memilih pe