Share

Kapan Menikah?

“Bayi kita pasti lucu pakai baju ini,” George menunjukkan baju bayi berwarna biru muda.

Olivia begitu senang saat membongkar peralatan bayi yang dibawa George.

“Dia juga pasti sangat bahagia punya ayah sepertimu,” sahut Olivia lembut.

Mereka pun kemudian merapikan dan perlengkapan bayi itu di kamar khusus yang akan dijadikan sebagai kamar bayi untuk anaknya nanti.****

Waktu berlalu dan jarum jam menunjukkan hampir tengah malam. George masih berada di studio pribadi miliknya, sedangkan Olivia terdiam di kamarnya. Ia memikirkan sesuatu tentang masa depannya dengan George, ia masih heran kenapa sampai detik ini George tidak juga memberikannya cincin pernikahan untuknya padahal Olivia sendiri sudah mengandung bayi darinya. Namun, semua itu ia tepis karena berpikir George akan serius padanya suatu saat nanti, mungkin butuh waktu untuk George memikirkan rencana pernikahannya dengan Olivia.

'Tok! Tok! Tok!' Terdengar suara ketukan pintu kamar dari luar. Rupanya George masuk ke dalam kamar sembari membawakan Olivia semangkuk sup kesukaanya.

“Aku baru saja memasaknya untukmu, cobalah!” ujar George sambil menyodorkan semangkuk sup itu ke tangan Olivia.

Olivia yang tadinya terbaring di kasurnya, sekarang berusaha menyenderkan badannya.

“Apa kamu yakin ini enak? Hahaha!” ejek Olivia.

“Coba saja dulu,” sambung George meyakinkan.

Olivia pun mencicipi sup buatan kekasihnya itu.

“Wow! Ini enak! Kamu belajar buat sup darimana?” kata Olivia sembari terus mencicipi sup buatan George.

“Aku ini serba bisa!” jawab George dengan percaya diri.

Malam itu pun mereka lewati dengan penuh canda tawa setelah banyak keraguan dan keresahan hati yang mereka rasakan.****

Di sisi lain, Shasha yang punya janji dengan seorang pria di malam itu langsung bersiap diri merias wajahnya dan memakai pakaian yang tembus pandang. “Hhmm, kali ini aku merias diri sendirian, tidak ada Olivia rasanya kurang seru,” ujarnya sembari merapikan alisnya. Setelah selesai merias dirinya, kemudian ia bergegas pergi ke salah satu kamar apartment di sebelahnya. Rupanya, ia hanya memiliki janji dengan pria yang menjadi tetangga di apartmennya. Shasha memang seringkali menjajakan diri dengan meniduri pria-pria yang ia sukai. Belum sempat ia mengetuk pintu kamar, pria itu sudah membukakan pintunya sendiri untuk Shasha yang sudah tampil cantik.

“Kamu tepat janji,ya!"ucap pria asing itu kepada Shasha.

“Tentu saja!” jawab Shasha dengan percaya diri.

Shasha pun kemudian masuk ke dalam kamar si pria asing itu, mereka mengobrol sambil meminum sebotol wine berdua. Shasha juga memiliki fantasi seks yang tidak kalah dengan Olivia, tidak heran jika mereka sudah terbiasa dengan tingkah satu sama lain yang haus akan seks.

“Panas ya di sini,” ucap Shasha sambil memegang rambutnya.

“Aku tergoda saat melihatmu memegang rambut seperti itu,” sahut pria asing itu dan mencoba meraba-raba tangan Shasha.

Shasha yang semakin lama napsunya semakin berat menikmati sentuhan tangan pria asing itu di tubuhnya. Suasana malam itu jadi semakin panas dan menggairahkan untuk mereka berdua. Perlahan Shasha menggeliat di atas ranjang pria itu sembari melepaskan pakaian nya yang tembus pandang. Pria asing itu juga perlahan menikmati tubuh Shasha dengan penuh napsu dan gairah yang memuncak. Lumatan bibir diantara mereka berdua seakan tidak bisa lepas, permainan pria asing itu juga sangat lincah di atas tubuh Shasha yang sudah bercucuran keringat. Nafas napsu dari keduanya cukup hanya terdengar di telinga mereka masing-masing, karena tidak mau ada seseorang yang mengetahui apa yang tengah mereka lakukan saat itu. Permainan itu pun perlahan-lahan selesai dengan tubuh yang sudah basah karena keringat dan suara nafas yang sudah berat. Tubuh Shasha yang masih telanjang bulat itu terbaring di ranjang dan Shasha pun terlihat lemas setelah bercinta dengan tetangganya sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status