“George! George!” teriak Olivia dari dalam kamar mandinya. Teriakan itu seketika mengagetkan George yang tengah tertidur pulas di tempat tidurnya, ia kemudian bergegas bangun dan menemui istrinya di dalam kamar mandi. Saat masuk ke kamar mandi, betapa terkejutnya ia saat melihat darah yang bercucuran di kaki Olivia. Tanpa basa-basi George langsung merangkul tubuh Olivia yang sedang pendarahan itu untuk dibawa ke rumah sakit. Dengan tergesa-gesa George menyetir mobilnya dan sesekali ia memastikan kondisi Olivia saat itu, ia juga mengambil ponselnya dan mengabari Shasha akan kondisi Olivia.**** Shasha yang masih tertidur pulas setelah bercinta semalam, tiba-tiba terkejut saat mendapat panggilan telepon dari George. Ia pun langsung mengangkat telepon itu dan betapa kagetnya dia saat mendengar ucapan George yang sudah tersengal-sengal. Shasha tanpa pikir panjang langsung turun dan pergi ke rumah sakit mengendarai mobilnya. Situasi saat itu benar-benar mengkhawatirkan bagi mereka bertiga,
“Shasha! Kamu tahu betapa besar harapanku dengan bayiku ini,” Olivia dengan penuh tangisan menjawab perkataan Shasha.George yang melihat kondisi Olivia yang seperti itu, berusaha untuk menenangkannya.“Sayang, kita harus kuat ya,” sambung George sembari terus memeluk kekasihnya itu.Olivia tidak bisa berkata-kata, ia hanya menagis kencang di dalam ruangan itu sambil memeluk George.**** Waktu pun berlalu, Olivia sudah kembali berada di rumahnya dan kembali melalukan aktivitasnya seperti semula. Ia kembali pergi ke universitasnya untuk melanjutkan gelar S2 nya, walaupun ia masih sering merasa sedih setelah kepergian bayi yang ia kandung itu. Namun, setelah kepergian bayinya, masalah kembali menimpa Olivia. Ia merasa jika George mulai berubah dan jarang berada di rumahnya. Dan hingga suatu hari, Olivia mendapatkan rasa sakit hati yang luar biasa dirasakannya. Ketika ia kembali ke rumahnya setelah jam kuliah, betapa terkejutnya Olivia saat mendapati George sedang bermain cinta di
Olivia menangis dengan rasa sakit hati yang ia rasakan setelah perlakuan George padanya. Ia begitu tidak menyangka akan perlakuan dan sikap George yang berubah drastis seperti itu. Di tengah rasa sakit hatinya itu, tiba-tiba mobil Shasha sudah tiba untuk menjemputnya. Shasha kemudian memberhentikan mobilnya, lalu turun dan memeluk sahabatnya yang tengah dalam perasaan sedih tidak karuan, kemudian mereka segera masuk ke dalam mobil sekaligus dengan barang-barang yang sudah dibawa Olivia. Shasha mengemudikan mobilnya. “Aku sudah memberitahumu dari dulu untuk jangan mudah percaya dengan pria di club malam,” ujar Shasha sambil menyetir mobilnya.“Aku tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi,” jawab Olivia yang masih menangis terisak-isak.**** Singkat cerita, mereka pun akhirnya tiba di apartmentnya yang dulu mereka tempati bersama. Sambil menangis Olivia masuk ke apartmentnya dengan Shasha, ia senang bisa kembali berada di apartmentnya itu namun tetap saja sedih saat mengingat k
Olivia menerima tawaran Cooper untuk mengajaknya makan siang bersama di sebuah restaurant Asia. Restaurant Asia itu berada tidak jauh dari tempat Olivia, saat ia minum kopi berasama Shasha. Olivia mengajak Cooper untuk berjalan kaki sampai di restaurant itu. Selama berjalan kaki, Olivia dan Cooper hanya diam dan sesekali melirik satu sama lain karena merasa sedikit canggung. **** Akhirnya mereka tiba di restaurant Asia yang dituju itu. Suasana di restaurant saat itu tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa meja yang terisi pelanggan. Olivia dan Cooper duduk di meja makan yang letaknya dekat dengan jendela. Dari jendela itu, terlihat jelas pemandangan taman yang indah, mendukung suasana mereka saat itu. Mereka kemudian memesan makanan. “Kamu sering makan di sini?” Cooper mencoba mengawali obrolannya dengan Olivia, walaupun sedikit canggung. “Tidak juga, aku hanya ke sini beberapa kali bersama Shasha,” jawab Olivia. “Apa kamu sudah memberitahu pacarmu, jika kita makan siang bersam
Di satu sisi, George yang sudah kehilangan Olivia merasa menyesal dan terpukul. Ia terus memikirkan dan tidak bisa melupakan mantan kekasihnya itu. Begitu banyak cara dilakukannya agar bisa lupa dengan kenangannya, mulai dari pergi ke club setiap malam, berkencan dengan banyak wanita, hingga meniduri wanita lain juga. Namun, semua itu tidak ada artinya. Olivia masih saja berada di ingatan George hingga kini. **** George mencoba menghubungi Olivia dengan ponselnya. Namun, tidak ada jawaban sedikit pun dari Olivia. Lalu, ia akhirnya menghubungi Shasha dengan mengirimkan pesan. George memberitahu Shasha jika dirinya tengah menrindukan Olivia dan tidak bisa melupakannya. Shasha yang membaca pesan dari George itu merasa ada yang aneh. Pasalnya, George sudah mengkhianati, bahkan mengusir paksa sahabatnya itu. Namun, mengapa ia kembali merindukan Olivia? Apa yang diinginkannya? Begitulah pikiran Shasha setelah membaca pesan dari George.**** Olivia pun sampai di apartmentnya, setela
Semakin lama, suasana di kamar Olivia menjadi semakin bergairah. Olivia terhanyut dalam suasana itu. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu, Olivia hanya terdiam dan mengikuti kemauan George. Sambil terus mengelus pipi, Geroge berbisik di telinga Olivia.“Tidak masalah jika kamu membenciku, tapi bolehkah aku menidurimu sekali saja?” Mendengar bisikan itu, Olivia langsung melepaskan tangan George dari pipinya.“Apa maksudmu? Setelah mengkhianatiku, kamu mau meniduriku lagi? Begitu?” tanya Olivia.Namun, George tidak memperdulikan pertanyaan Olivia itu. Dibawah pengaruh alkohol, George perlahan meraba tubuh Olivia dan mendorong tubuh Olivia ke tempat tidur. Olivia yang masih terobsesi dengan fantasi seks George pun akhirnya luluh dan ikut menikmati suasana itu. ***** Perlahan napsu keduanya semakin memuncak. George yang sudah berkeringat itu kemudian melepaskan pakaiannya berasama dengan Olivia. Mereka akhirnya bercinta. Di ranjang itu, seakan menjadi saksi rasa rindu
Olivia dan Cooper akhirnya pergi berkencan pada malam itu. Mereka dinner di sebuah restaurant mewah yang berada di tengah kota. Olivia merasa sangat diperhatikan oleh Cooper saat itu. Di meja makan pun sudah tersaji makanan kesukaan mereka masing-masing. Sembari menikmati makanan itu, mereka mencoba mengobrol lebih akrab lagi.“Kamu punya bisnis di sini?” Olivia mengawali obrolan.“Aku punya urusan bisnis dengan client di sini, setelah itu, aku akan kembali ke rumahku,” jawab Cooper.“Berapa lama?” tanya Olivia sembari terus menikmati hidangannya.“Masih lama, saking lamanya aku harus menyewa apartment di sini,” ucap Cooper kepad Olivia.Olivia semakin penasaran dengan Cooper. “Sendirian? Pacarmu?” tanya Olivia penasaran.“Aku terlalu sibuk dengan bisnisku, jadi tidak sempat meluangkan waktu untuk mencari pacar,” jawab Cooper.Olivia yang sadar jika ia terus melontarkan pertanyaan, langsung meminta maaf dan menunduk malu. Cooper hanya tersenyum kepadanya.**** Di sisi lain, Geo
“Sepertinya, ia wanita yang aku cari selama ini,” Cooper mulai merasa tertarik dengan Olivia, setelah beberapa kali bertemu dengannya. Cooper ialah seorang pria bisnis dan juga berwibawa. Meskipun begitu, ia masih saja hidup sendiri. Dia sudah lama melajang, sampai kini ia mulai tertarik dengan seorang perempuan yang ia temui secara tidak sengaja di kota orang. Olivia juga sebaliknya, ia mulai tertarik dengan prilaku dan cara Cooper memperlakukannya. Dewasa, berwibawa, lembut dan sangat baik padanya. Bahkan, ia sering membandingkan Cooper dengan pria-pria yang pernah ia dekati, termasuk George. George dimata Olivia adalah seorang pria yang liar dan pecinta dunia malam, dan Cooper ialah seorang pria yang sibuk dengan bisnis dan punya aura yang dewasa, meskipun Cooper juga suka dunia malam, namun ia tidak se-liar George. **** Sembari duduk di sofa, Olivia memikirkan hal-hal yang ingin ia capai. Mengingat ia adalah seorang mahasiswi yang mengejar gelar S2. Walaupun ia seorang wanita li