Share

Bab 4 Kamu Wanitaku

Rani menghampiri wanita incaran Sanjaya dan menepuk pundaknya, "Lo gak papa, kan, Vie?"

"Yeah, gue gak papa Ran. Kaget aja pas dateng langsung briefing." tukas Davinka yang langsung berdiri. "Yaudah, gue siapin data calon nasabah dulu sebelum ke ruangan Bos baru kita."

"Ganteng ya, Vie. Coba kalau kita belum punya suami, udah pasti paling depan godain Pak bos," ujarnya sedikit terkekeh.

"Yah, ganteng buat yang single," sahut Davinka dengan senyum simpul. Tapi, detik berikutnya senyum itu langsung hilang dan tergantikan dengan wajah sendunya, "tapi buat istri kayak kita, tetep suami yang paling tampan, kan? Bagaimanapun keadaannya," sambungnya terdengar lirih.

Rani melirik sekitar yang terlihat sepi, sepertinya semua orang sudah kembali pada kesibukan masing-masing.

"Suami Lo udah lebih baik, kan, Vie?"

Davinka membalas tatapan Rani dan tersenyum simpul, "Baik, makasih ya. Gue harap pengorbanan gue gak sia-sia."

Rani langsung memeluk tubuh Davinka, sahabatnya ini memang sedang terkena musibah karena suaminya sedang terbaring lemah di ranjang pesakitan.

**

Di dalam ruangannya Sanjaya menunggu dengan tidak sabar setelah melihat data wanita incarannya yang bernama Davinka Maharani Rusnadi, wanita yang memiliki seluet dan suara yang sama seperti wanitanya di club malam. Walau tidak yakin, tapi Sanjaya akan bertekat untuk mengetahuinya dan mendapatkan wanita itu.

Suara ketukan terdengar disertai dengan suara wanita yang begitu ingin dia dengar.

"Masuk!" Setelah mengatakan itu Sanjaya langsung duduk bersikap tenang, menyembunyikan antusiasnya sebaik mungkin.

Dia melihat wanita itu mendekap erat map dalam dadanya. Terlihat begitu tenang, tidak gugup saat pertama kali Sanjaya melihatnya.

"Duduk, saya ingin tahu seperti apa calon nasabah yang akan kamu kunjungi, setelah itu baru menemui nasabah saya."

Sanjaya terus mengamati semua pergerakannya, wajahnya yang oval, dengan pipi chubby dan alisnya yang kerang. Mata wanita itu terlihat sedikit sayu dengan kelopak matanya yang sedikit bengkak seperti habis menangis. Padangan Sanjaya menetap sangat lama di bibir sensual yang sejak tadi ingin dia gigit.

Davinka meletakkan map dalam dekapan, mulai membuka dan menunjukkan siapa calon nasabahnya.

"Namanya Teresa Manopo, dia bekerja di bagian sports marketing mobil LB. Beliau berencana akan menarik semua deposit di bank asing dan memindahkannya pada Bank BRC. Tapi, beliau masih ingin mempertimbangkannya."

Setiap ucapan bagaikan mantra di telinga Sanjaya. Pria itu begitu terhanyut dalam fantasinya dimana Davinka tengah menggoyangkan pinggulnya maju mundur ketika wanita itu berada diatasnya. Bibirnya yang sensual sering kali dia gigit.

"Eemmhh," erangan tertahan lolos begitu saja dari bibir Sanjaya. Gairah mulai menguasainya.

"Pak, maaf, apa Anda mendengarkan saya? Halo, Pak!" Davinka terlihat panik. 

Bos dihadapannya terlihat begitu mesum dengan pandangan yang terus menatapnya penuh nafsu.

Sanjaya tersentak. Mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha mencari fokusnya.

"Apa kamu wanitaku, Davinka?" tanya Sanjaya tidak bisa menunggu lagi. Dirinya ingin segera merengkuh tubuh wanita itu.

"Maaf ... maksud, Anda?" tanya Davinka terlihat kikuk.

"Club, Kamu wanita di club itu, bukan?" tanya Sanjaya dengan tatapan yang mengunci pergerakan Davinka.

Tubuh Davinka terlihat menegang, "Maaf, sepertinya Anda semakin ngawur. Saya permisi kalau begitu!" 

Davinka langsung merapikan berkasnya, tapi dengan cepat tangan Sanjaya menyambar tangan Davinka dan menggenggamnya erat, menarik tubuh wanita itu agar semakin mendekat ke arahnya.

"Benarkah, tapi kamu memang wanitaku."

Sanjaya menarik tubuh Davinka hingga wanita itu mau tidak mau sampai mendudukkan tubuhnya diatas meja dan membuat beberapa benda terjatuh, termasuk berkas yang dia pegang.

"Anda salah, Tu—Pak, Anda sepertinya salah orang!" 

Bibir Davinka bergetar, merasa takut pria ini akan berbuat nekad.

Sanjaya tersenyum licik, mengendus aroma tubuh Davinka beberapa kali. "Baiklah, kita akan membuktikannya."

Dengan sekali raup, bibir Davinka sudah dihisap dengan keras oleh Sanjaya. Tangan pria itu sudah mulai membuka satu persatu kancing kemeja yang dikenakan, mencari sesuatu yang membuatnya mabuk kemarin malam.

Sekuat tenaga Davinka mendorong tubuh Sanjaya dengan kedua tangannya, tapi begitu sulit karena pria itu menahan tengkuknya dengan kuat. 

Ketika tangan itu sudah mendapatkan benda miliknya, pria itu mulai memainkannya dengan kasar. Sanjaya tidak membiarkannya bernapas sedikitpun dan terus mendesak lidahnya agar mendapat cela untuk masuk.

"Emm, Emm," suara Davinka hanya dapat terbenam dalam mulut Sanjaya dan semakin membuat pria itu menggila karena mendapatkan akses di sela bibirnya yang terbuka.

Kaki Davinka terus bergerak dan berusaha menendang pria itu hingga membuat beberapa barang terjatuh.

Meja yang lapang semakin membuat Sanjaya leluasa mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Davinka dan menguncinya. Menyibak kemeja itu sampai memperlihatkan bahu Davinka yang putih mulus.

Sanjaya melepaskan tautan bibir mereka dan mendekap erat tubuh Davinka. Menarik banyak oksigen untuk mengisi paru-parunya yang kosong dan terasa kering.

Davinka merasa tubuhnya lemas seperti jeli dalam dekapan pria itu. Air matanya sudah menyeruak tanpa henti, dan kini membasahi baju Sanjaya.

Merasakan guncangan, Sanjaya melepaskan dekapannya dan menatap Davinka lekat dengan kedua tangan yang merangkum wajah wanita itu.

"Suttt, jangan menangis, Sayang. Kamu memang wanitaku, kamu tidak bisa menyangkal. Coba lihat!" tunjuk Sanjaya pada dada Davinka yang terdapat banyak bercak merah yang hampir pudar.

"Saya bukan wanita siapapun, Anda telah melecehkan saya, Pak. Saya bisa menuntut Anda!" Tangis Davinka pecah, suaranya sudah meraung-raung, berharap ada yang mendengar dan menyelamatkan dirinya. Tapi, ruangan itu seperti berada ditempat yang sangat jauh, sangat sunyi.

Dada pria itu bergemuruh, senang mendapatkan wanita yang dia cari, yang ternyata ada di perusahaannya sendiri. Ternyata, semudah ini menemukan wanita yang dia inginkan.

"Sutt, saya akan menikahimu, ayo kita kerumah kedua orang tuamu!" ajak Sanjaya sudah tidak sabar ingin memiliki wanita ini sepenuhnya.

Entah keberanian dari mana, tangan Davinka terangkat dan menampar pipi Sanjaya hingga meninggal cap tiga jarinya, tidak peduli jika pria ini akan membunuhmu saat ini juga.

"Sepertinya Anda salah menilai dan mengenali orang! Maaf saya mengundurkan diri!" 

Davinka langsung turun dari meja dan bergegas menuju keluar dengan memeluk tubuhnya yang gemetar. Tapi, sebelum tangannya meraih handle pintu, Sanjaya sudah meraih tangannya dan memutar tubuh Davinka.

"Tidak akan aku biarkan kamu pergi begitu saja, kamu wanitaku, Davinka! Dan akan menjadi wanitaku untuk selamanya! Jika kamu menolaknya, dengan terpaksa aku akan memberitahu apa yang kamu lakukan di club malam itu!" ancam Sanjaya.

Davinka kembali mendorong tubuh Sanjaya dengan sisa tenaganya. "Silahkan lakukan apa yang Anda mau, saya tidak takut. Walaupun ya, saya adalah wanita yang Anda maksud—maka Anda tidak memiliki bukti. Tapi sayangnya, Anda salah orang!"

Memanfaatkan kelengahan Sanjaya, Davinka langsung berlari, keluar dari lubang neraka yang mengerikan itu dan terus berlari kencang.

Davinka merasa heran dengan keadaan di luar yang begitu sepi, padahal sebelum dirinya masuk ada Sandy dan Mondy yang duduk di meja depan ruangan Sanjaya. Dimana mereka? Kenapa seketika semua orang bisa pergi?

Merasa bersyukur Davinka langsung berlari menuju toilet wanita, kembali berterima kasih karena di dalam sana begitu sepi. Davinka langsung mengunci diri sambil menangkupkan kedua telapak tangan di wajah, berjongkok di sudut pintu. Merasa dirinya benar-benar kotor oleh jamahan pria itu!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status