Share

Bab 8 Mencari Tuan

Davinka memajukan bibirnya, apa yang dikatakan oleh Rani memang benar, artis biasa aja paling mahal 30 sampai 50 juta, bagaimana dengan dirinya? Yang pasti tidak bisa menyamai mereka.

Rani berbinar dan langsung berdiri. "Lo memang bukan perawan, tapi Lo udah tiga tahun semenjak suami Lo meninggal, 'kan, gak pernah ngelakuin hubungan badan, otomatis Lo beda tipis ama perawan. Ayo! Daripada Lo nemuin orang yang gak jelas, mending gue kenalin sama Madam Gaysa."

Davinka sudah tidak punya pilihan lain lagi untuk mendapatkan uang, selain apa yang dia lakukan sekarang, berdiri di hadapan pria hidung belang yang memiliki tingkat sosial tinggi. 

Setelah di make over dari ujung kaki sampai ujung rambut, Davinka bersiap untuk tampil memperkenalkan dirinya.

Dalam diam dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa langkah yang diambil sudah sangat benar.

Dari balik tirai Davinka mengamati apa yang dilakukan oleh lima orang peserta yang sudah tampil lebih dulu. Melenggak-lenggokan tubuh dengan gaya sexi,

menggoyang sedikit pinggul, menggigit bibir bawahnya disertai kerlingan mata menggod, sedikit merenggangkan kedua kaki memperlihatkan apa yang ada di dalam dan mulai mengelilingi para tamu, mencari Tuan yang akan memilih mereka 

Davinka menggigit bibir bawahnya. "Gila, masa gue ngelakuin kayak gitu?"

"Kamu memang harus melakukan itu agar mendapat harga tinggi," timpal Madam Gaysa, "bahkan lebih," ujarnya lagi.

Davinka tertegun, bagaimana bisa melakukan hal serendah ini? Tapi demi suaminya apapun akan dia lakukan.

"Ayo sekarang giliran kalian!" titah Madam Gaysa setelah memastikan kelima wanita sebelumnya sudah mendapatkan tuan.

Davinka semakin kuat menggigit bibir bawahnya, menatap tirai dengan ngeri. Setelah tirai dibuka, semua pasti berubah.

Dua orang wanita dengan pakaian sama seksinya dengan dirinya mulai melangkahkan kaki, mengikuti hentakan Irama musik perpaduan antara timur tengah dan India. 

Davinka melakukan hal sama, mulai menghentak pinggul dengan gerakan patah-patah di bagian dada dan pinggul. Tarian itu baru dia pelajari beberapa saat yang lalu, walaupun kaku tapi Davinka dapat melakukannya dengan baik.

Dibalik topengnya Davinka melihat satu persatu wajah tamu di meja bundar. Dia meleok-leokan tubuh dengan sesekali membuat gerakan memutar. Pandangannya terhenti pada sosok yang terus menatap tubuhnya penuh nafsu. Tapi bukan hanya pria itu, ada empat pria lainnya yang sudah gerah melihat apa yang kini dilakukan oleh dirinya dan beberapa wanita lainnya.

Tapi, tatapan pria itu begitu berbeda, dan Davinka merasa takut. Dia berusaha menghindar dan berharap pria itu tidak memilih dirinya. 

Namun, ada sesuatu yang membuatnya tertarik, dan ingin mengenalnya lebih dalam, tapi Davinka tidak tahu apa itu.

Davinka bergerak ke sudut lainnya, kemana saja asal jauh dari jangkauan pria misterius itu yang selalu mengikuti langkahnya dengan sorot matanya yang tajam.

"Tunjukkan gaya memukau kalain ladies, dan buat kami bergetar," titah salah satu pria berkemeja merah maroon.

Davinka mulai mengangkat satu kakinya lalu ditopangkan pada salah satu kaki kursi dan mulai menarik pinggulnya ke belakang membuat gerakan memutar dengan gerakan yang sangat pelan sampai semua mata mengarah padanya.

Dalam benaknya Davinka mengutuk dirinya sendiri, entah keberanian dari mana dirinya bisa melakukan hal sememalukan ini.

Pria di sudut matanya terlihat begitu buas dengan setelan jasnya yang berwarna biru Dongker. Tatapannya sangat tajam dengan sudut bibirnya yang terus terangkat.

"Aku ingin wanita itu, persiapan dia!"

"Baik, Tuan Sanjaya." ujar madam Geysa dengan badan sedikit membungkuk memberi hormat. 

Tubuh Davinka mendadak kaku, pria yang dia hindari kenapa menunjuknya, dan nama itu … nama itu seperti tidak asing di telinganya. Bisakah dia menolak dan memilih pria lain? Davinka harus menyatakan keberatannya pada Madam Gaysa nanti.

"Mad—" 

Baru saja Davinka hendak membuka bibir, pria itu sudah mengarah ke arahnya dan menarik sejumput rambut dengan bibir yang mulai mendekat ke telinganya. Mengendus kuat aroma parfum yang baru dia semprotan beberapa saat lalu.

"Aku menyukai bau tubuhmu, puaskan aku," ucap pria itu dengan suara yang begitu serak hingga mampu membangkitkan bulu kuduk Davinka.

Davinka meremas kedua tangan yang saling bertaut, sedikit takut dengan suara bariton pria itu. Davinka benar-benar tidak berani menatap wajah pria yang begitu dekat dengan dirinya.

Setelah mengatakan itu, Sanjaya langsung meninggalkan ruangan dan menuju kamar di mana dia mendapatkan kepuasan. Sementara Davinka langsung ditarik oleh dua orang asisten Madam Geysa.

Madam Geysa mengikuti Davinka dan yang lainya menuju ruang ganti. Dia ingin kembali menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Davinka. Apalagi Madam Gaysa sekilas melihat penolakan dari Davinka lewat sorot mata dan tubuh yang bergetar karena ketakutan. Dia tidak ingin ada kesalahan.

"Dengar, Davinka, saya tidak mau Kamu mengecewakan Tuan Sanjaya. Dia tamu penting di club saya ini!"

Davinka menatap wajah Madam Gaysa dari balik topengnya dengan perasaan takut dia menyatakan penolakannya. "Ta-tapi Madam … bi-bisakah saya minta ganti Tuan yang harus saya layani? O-orang itu terlihat begitu haus se-se-seks."

Terlihat senyum mengejek di bibir Madam Geysa saat melihat keluguan Davinka dengan suaranya yang terbata-bata.

Madam Geysa mengangkat dagu Davinka dan berkata. "Semua pria yang ada di sini memang haus seks, Davinka. Jika tidak untuk apa mereka datang kemari. Ingat, jangan membuat kesalahan apapun dan lakukan apa yang sudah Noni ajarkan tadi!"

Sanjaya adalah tamu VVIP terbaik yang sangat royal. Madam Geysa tidak ingin membuat pria itu kecewa hanya karena satu wanitanya.

Dengan tangan yang gemetar, Davinka mengetuk pintu dimana Sanjaya berada. Dia hanya mengenakan gaun malam yang sangat minim, hampir memperlihatkan seluruh pahanya yang putih mulus.

"Masuk!"

Suara itu membuat Davinka gemetar, entah mengapa dia sangat takut, hanya dengan mendengar satu kata saja dari bibir pria berwajah dingin dengan sorot matanya yang tajam.

Pintu terbuka, memperlihatkan wajah Sanjaya yang menatapnya penuh selidik. Tangan pria itu bergerak, menggoyang cairan merah kehitaman hinga berputar-putar, lalu menyesapnya sedikit, menjilati bibirnya dengan gaya sensual.

Tubuh Davinka sedikit didorong masuk oleh kedua asisten Madam Gaysa dan meninggalkannya seorang diri.

"Siapa namamu?"

"Tandatangani ini!"

Suara bariton pria itu kini kembali menggema di gendang telinga Davinka, tapi bukan menayangkan namanya, melainkan untuk memberinya secarik kertas yang harus dia tandatangani.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Runi Nur
cerita sungguh membikin penasaran
goodnovel comment avatar
Pendita Keramat
aduh.. terlalu berbolak balik ceritanya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status