Share

Bab 8 Mencari Tuan

Penulis: Buenda Vania
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-20 22:02:34

Davinka memajukan bibirnya, apa yang dikatakan oleh Rani memang benar, artis biasa aja paling mahal 30 sampai 50 juta, bagaimana dengan dirinya? Yang pasti tidak bisa menyamai mereka.

Rani berbinar dan langsung berdiri. "Lo memang bukan perawan, tapi Lo udah tiga tahun semenjak suami Lo meninggal, 'kan, gak pernah ngelakuin hubungan badan, otomatis Lo beda tipis ama perawan. Ayo! Daripada Lo nemuin orang yang gak jelas, mending gue kenalin sama Madam Gaysa."

Davinka sudah tidak punya pilihan lain lagi untuk mendapatkan uang, selain apa yang dia lakukan sekarang, berdiri di hadapan pria hidung belang yang memiliki tingkat sosial tinggi. 

Setelah di make over dari ujung kaki sampai ujung rambut, Davinka bersiap untuk tampil memperkenalkan dirinya.

Dalam diam dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa langkah yang diambil sudah sangat benar.

Dari balik tirai Davinka mengamati apa yang dilakukan oleh lima orang peserta yang sudah tampil lebih dulu. Melenggak-lenggokan tubuh dengan gaya sexi,

menggoyang sedikit pinggul, menggigit bibir bawahnya disertai kerlingan mata menggod, sedikit merenggangkan kedua kaki memperlihatkan apa yang ada di dalam dan mulai mengelilingi para tamu, mencari Tuan yang akan memilih mereka 

Davinka menggigit bibir bawahnya. "Gila, masa gue ngelakuin kayak gitu?"

"Kamu memang harus melakukan itu agar mendapat harga tinggi," timpal Madam Gaysa, "bahkan lebih," ujarnya lagi.

Davinka tertegun, bagaimana bisa melakukan hal serendah ini? Tapi demi suaminya apapun akan dia lakukan.

"Ayo sekarang giliran kalian!" titah Madam Gaysa setelah memastikan kelima wanita sebelumnya sudah mendapatkan tuan.

Davinka semakin kuat menggigit bibir bawahnya, menatap tirai dengan ngeri. Setelah tirai dibuka, semua pasti berubah.

Dua orang wanita dengan pakaian sama seksinya dengan dirinya mulai melangkahkan kaki, mengikuti hentakan Irama musik perpaduan antara timur tengah dan India. 

Davinka melakukan hal sama, mulai menghentak pinggul dengan gerakan patah-patah di bagian dada dan pinggul. Tarian itu baru dia pelajari beberapa saat yang lalu, walaupun kaku tapi Davinka dapat melakukannya dengan baik.

Dibalik topengnya Davinka melihat satu persatu wajah tamu di meja bundar. Dia meleok-leokan tubuh dengan sesekali membuat gerakan memutar. Pandangannya terhenti pada sosok yang terus menatap tubuhnya penuh nafsu. Tapi bukan hanya pria itu, ada empat pria lainnya yang sudah gerah melihat apa yang kini dilakukan oleh dirinya dan beberapa wanita lainnya.

Tapi, tatapan pria itu begitu berbeda, dan Davinka merasa takut. Dia berusaha menghindar dan berharap pria itu tidak memilih dirinya. 

Namun, ada sesuatu yang membuatnya tertarik, dan ingin mengenalnya lebih dalam, tapi Davinka tidak tahu apa itu.

Davinka bergerak ke sudut lainnya, kemana saja asal jauh dari jangkauan pria misterius itu yang selalu mengikuti langkahnya dengan sorot matanya yang tajam.

"Tunjukkan gaya memukau kalain ladies, dan buat kami bergetar," titah salah satu pria berkemeja merah maroon.

Davinka mulai mengangkat satu kakinya lalu ditopangkan pada salah satu kaki kursi dan mulai menarik pinggulnya ke belakang membuat gerakan memutar dengan gerakan yang sangat pelan sampai semua mata mengarah padanya.

Dalam benaknya Davinka mengutuk dirinya sendiri, entah keberanian dari mana dirinya bisa melakukan hal sememalukan ini.

Pria di sudut matanya terlihat begitu buas dengan setelan jasnya yang berwarna biru Dongker. Tatapannya sangat tajam dengan sudut bibirnya yang terus terangkat.

"Aku ingin wanita itu, persiapan dia!"

"Baik, Tuan Sanjaya." ujar madam Geysa dengan badan sedikit membungkuk memberi hormat. 

Tubuh Davinka mendadak kaku, pria yang dia hindari kenapa menunjuknya, dan nama itu … nama itu seperti tidak asing di telinganya. Bisakah dia menolak dan memilih pria lain? Davinka harus menyatakan keberatannya pada Madam Gaysa nanti.

"Mad—" 

Baru saja Davinka hendak membuka bibir, pria itu sudah mengarah ke arahnya dan menarik sejumput rambut dengan bibir yang mulai mendekat ke telinganya. Mengendus kuat aroma parfum yang baru dia semprotan beberapa saat lalu.

"Aku menyukai bau tubuhmu, puaskan aku," ucap pria itu dengan suara yang begitu serak hingga mampu membangkitkan bulu kuduk Davinka.

Davinka meremas kedua tangan yang saling bertaut, sedikit takut dengan suara bariton pria itu. Davinka benar-benar tidak berani menatap wajah pria yang begitu dekat dengan dirinya.

Setelah mengatakan itu, Sanjaya langsung meninggalkan ruangan dan menuju kamar di mana dia mendapatkan kepuasan. Sementara Davinka langsung ditarik oleh dua orang asisten Madam Geysa.

Madam Geysa mengikuti Davinka dan yang lainya menuju ruang ganti. Dia ingin kembali menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Davinka. Apalagi Madam Gaysa sekilas melihat penolakan dari Davinka lewat sorot mata dan tubuh yang bergetar karena ketakutan. Dia tidak ingin ada kesalahan.

"Dengar, Davinka, saya tidak mau Kamu mengecewakan Tuan Sanjaya. Dia tamu penting di club saya ini!"

Davinka menatap wajah Madam Gaysa dari balik topengnya dengan perasaan takut dia menyatakan penolakannya. "Ta-tapi Madam … bi-bisakah saya minta ganti Tuan yang harus saya layani? O-orang itu terlihat begitu haus se-se-seks."

Terlihat senyum mengejek di bibir Madam Geysa saat melihat keluguan Davinka dengan suaranya yang terbata-bata.

Madam Geysa mengangkat dagu Davinka dan berkata. "Semua pria yang ada di sini memang haus seks, Davinka. Jika tidak untuk apa mereka datang kemari. Ingat, jangan membuat kesalahan apapun dan lakukan apa yang sudah Noni ajarkan tadi!"

Sanjaya adalah tamu VVIP terbaik yang sangat royal. Madam Geysa tidak ingin membuat pria itu kecewa hanya karena satu wanitanya.

Dengan tangan yang gemetar, Davinka mengetuk pintu dimana Sanjaya berada. Dia hanya mengenakan gaun malam yang sangat minim, hampir memperlihatkan seluruh pahanya yang putih mulus.

"Masuk!"

Suara itu membuat Davinka gemetar, entah mengapa dia sangat takut, hanya dengan mendengar satu kata saja dari bibir pria berwajah dingin dengan sorot matanya yang tajam.

Pintu terbuka, memperlihatkan wajah Sanjaya yang menatapnya penuh selidik. Tangan pria itu bergerak, menggoyang cairan merah kehitaman hinga berputar-putar, lalu menyesapnya sedikit, menjilati bibirnya dengan gaya sensual.

Tubuh Davinka sedikit didorong masuk oleh kedua asisten Madam Gaysa dan meninggalkannya seorang diri.

"Siapa namamu?"

"Tandatangani ini!"

Suara bariton pria itu kini kembali menggema di gendang telinga Davinka, tapi bukan menayangkan namanya, melainkan untuk memberinya secarik kertas yang harus dia tandatangani.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Runi Nur
cerita sungguh membikin penasaran
goodnovel comment avatar
Pendita Keramat
aduh.. terlalu berbolak balik ceritanya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 244 Tujuan Hidupku Adalah Kamu

    Davinka kembali menoleh pada Wulan dan menggenggam tangannya, menatap wanita itu penuh hormat, berkata dengan suara yang lembut dan penuh permohonan, "Mah, aku tidak dibesarkan oleh seorang ibu dan tidak banyak orang yang aku kenal. Sekarang aku memanggilmu Mama. Emm, Mama mau, kan, menjadi ibuku dan merestui pernikahanku!"Pupil matanya melebar, terus menatap Wulan penuh harap. Akankah Wulan memenuhi keinginannya?Wulan sendiri kehilangan kata-katanya. Air mata kembali mengalir deras dengan isakkan tertahan. Wanita itu hanya mengangguk sebagai jawaban.Bodoh! Anak sebaik ini, bagaimana ia bisa menyakitinya dan menolaknya berulang kali!Davinka mengangguk dengan senyum lebarnya, lalu memeluk tubuh gemetar itu dengan penuh kehangatan."Terima kasih, mulai sekarang aku punya Mama." Bisik Davinka dengan elusan lembut di punggung Wulan.Davinka mengurai pelukan, menarik tangan Sanjaya agar menjabat tangan Wulan, "Sekarang Mama Wulan adalah ibu mertuamu, cepat sungkem!"Sanjaya tercengang.

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 243 Semua Sudah Selesai

    Mendengar ibunya berkata seperti itu membuat Yudha bangun dari duduknya dan meraih tangannya."Ini semua karena Yudha. Mama hanya korban dari obsesi Yudha! Sudah, semua sudah selesai. Biar Yudha yang menanggung semua ini!" Tegas pria itu. Kini aura kehidupan sudah terlihat di wajahnya. Davinka yang asli sering menolaknya dengan kata-kata kasar karena ke keraskepalaannya.Penyesalan, kekecewaan, dan amarah terpancar jelas. Akan tetapi, semua ditujukan kepada dirinya sendiri."Tidak ada yang akan masuk penjara. Semua hanya karena kesalahpahaman!" tanam Sandy, "Tuan Sanjaya mengembalikan semua yang sudah diambilnya," ujarnya lagi yang membuat mereka semua tercengang."Mak-maksudnya?"Kebingungan jelas terlihat dari bagaimana cara mereka bereaksi. Entah apa yang diambil dan harus dikembalikan."Toko elektronik suami Anda beserta isinya dan beberapa calon investor sudah ada di dalam dokumen ini. Kalian tidak bisa menolak! Ja

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 242 Kebebasan Yudha

    "Udah malem! bye, Rani …." Davinka langsung menutup pintunya rapat.Rani membalikkan tubuhnya, kamar itu sudah temaram. Yang membuat ia menggigit bibir bawahnya adalah, Sandy berada di tengah ranjang dengan memeluk Inggi. Putrinya malah ada di sisi lainnya ranjang itu.'Ais … jadi gue harus tidur disamping dia?' jerit Rani dalam hatinya.Bersentuhan dengan kulitnya saja sudah hampir membuatnya seperti terbakar. Tapi ini ….Pikirannya terhenti."Mau sampai kapan kamu di sana!" Suara bariton itu menggema dalam remangnya kamar hingga mampu membuat bulu kuduk Rani meremang sempurna.Suara serak Sandy menandakan bahwa pria itu sudah sempat tertidur, terdengar sangat menggoda di telinganya hingga jantungnya mulai berdetak lebih hebat. Rani mulai melangkah dengan kaki beratnya. Ia tahu malam ini harus tidur di ranjang yang sama dengan Sandy. Mampukah?Ini memang bukan malam pertama mereka. Tapi, tidur tepat di sisi pria itu hampir tidak pernah terjadi selama tiga Minggu mereka menikah."Di-d

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 241 Permata yang Kutenggelamkan!

    'Aku tahu, aku sedang dihukum atas semua kejahatan-kejahatanku. Tapi kenapa tidak ambil saja nyawaku daripada membuat semua orang menderita bersamaku!'Venti mulai merasa depresi dengan keadaannya. Kata-kata berikutnya semakin membuatnya tenggelam."Itu jauh lebih bagus. Di kantor Papa bisa fokus bekerja. Tadinya Papa hanya akan pergi saat mendesak saja. Tapi melihat cinta kalian, Papa merasa sangat lega!"Davinka melihat suster membawa sesuatu di tangannya. "Apa itu, Sus? Apa makan siang mama?""Ya, Nyon—""Panggil ibu saja. Saya lebih nyaman dengan itu!" pangkas Davinka cepat. Dia sudah sangat risih dengan sebutan nyonya-nonyaan.Suster itu mengangguk dan berjalan mendekati Davinka, memperlihatkan apa yang ia bawa."Ini bubur cair. Nyonya Venti hanya dapat makan ini sementara waktu sampai bisa mengunyah kembali," jelas suster itu.Dengan wajah murung dan dan air mata yang hampir jatuh, Davinka terus menatap ib

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 240 Menunda Bulan Madu

    "Keadaannya tidak akan membaik hanya karena kamu membatalkan resepsi kita, Ra!" Dan ini akan selalu menjadi panggilan untuk Diandra walaupun kini sudah mengganti nama Davinka dan melupakan panggilan Davin-nya."Baiklah, aku kalah dari kalian!" desahnya sambil menatap kelima pria ini yang sekarang berada dikamar perawatan Venti."Ayo! Rasty dan yang lainnya sudah menunggu di rumah," ujar Noel mengingatkan.Mereka akan pulang ke apartemen mewah Sanjaya. Noel sendiri setelah resepsi akan kembali ke Singapura dan menetap disana. Insiden berdarah di rumahnya sama sekali tidak pernah terpublikasikan. Ada keinginan untuk menjual rumah itu, tapi Davinka menolaknya. Bagaimanapun, rumah itu memiliki kenangan untuk Davinka ataupun Diandra.Brata menyewa satu jasa suster untuk merawat istrinya. Sebenarnya ia ingin dua orang agar mereka bisa bergantian menjaga. Tapi, menantunya ini menolak dengan alasan Venti sekarang memiliki empat orang anak. Satu suster sudah cukup."Kenapa tidak pulang kerumah

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 239 Semua Sudah Terlambat

    Ketika semua tidak seperti apa yang kita rencanakan maka, pasrahkan, serahkan, ikhlaskan …. Biarkan tangan Tuhan yang melanjutkan karena, seberapa gigih pun kita mencoba, tanpa jamahan tangannya semua akan sia-sia.Venti sudah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyingkirkan Diandra agar menjauh dari putranya. Tapi apa? Semakin ia berusaha, semakin mendekatkan mereka hingga akhirnya membuat dirinya seperti ini sekarang. Bahkan, kematian lebih baik daripada kehidupan yang menyiksa ini.Dari tempatnya berbaring, Venti terus menatap wajah Davinka. Wajah cantik itu memang sangat berbeda dengan milik Diandra kecuali, mata, bibir, siluet dan suaranya yang sangat ia kenal.Seharusnya dia tahu akan hal ini karena Noel adalah bedah plastik terbaik di negaranya hingga mendapatkan pekerjaan di Singapura."Kita harus mencari dokter terapis terbaik, mama tidak bisa terus seperti ini!" bujuk Davinka disela isak tangisnya.'Apa dia menangis untukku? Menangisi aku yang jahat ini?' bagaimana mana

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   238 Jagain Mama Dan Reno

    Para polisi langsung mengamankan Laura. Peluru mengenai dadanya dan langsung tembus ke jantung. Bukan hanya satu, tapi dua sekaligus hingga menewaskan wanita itu.Ambulance dan beberapa polisi sudah datang, mereka ditelpon oleh Noel dan Brata."Sanja!" panggil Davinka saat melihat suaminya terbaring lemas. Noel dan Sandy sudah ada disana memberikan pertolongan pertama."Aku gak papa," sahutnya menenangkan.Dengan kaki gemetar, Davinka membawa Renhart mendekat pada Sanjaya dan bersimpuh di hadapannya. Sanjay menyentuh wajah putranya dan bertanya dengan suara yang parau. Berusaha untuk tetap tersadar, "Kamu gak papa, kan? Apa ada yang sakit?"Pria itu melihat bagaimana Renhart di bekap oleh Laura.Renhart menggeleng, "Papa pasti kesakitan. Itu pasti sakit."Anak itu bicara di sela isak tangisnya. Merasa sangat khawatir. Renhart tahu Papanya sengaja melakukan itu agar peluru tidak mengenai tubuhnya. Ia melihat sendiri Papanya langsung melompat saat wanita jahat itu berteriak memintanya u

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 237 Sanjaya Terkapar

    Suhu di ruangan itu mendadak berubah dibawah nol derajat. Suasananya lebih dingin dari kutub Utara. Siapapun tidak berani mengambil napas dengan semaunya. Mereka hanya tidak ingin mengeluarkan suara dan mengganggu konsentrasi.Laura masih menatap puas apa yang ada di hadapannya, bagaimana musuh terbesar ibunya kini sudah tidak terselamatkan lagi. Wajah Venti sudah terlihat bengkok dan kaku, napasnya sedikit terengah-engah, terlihat sangat kesakitan.Venti masih belum bisa memalingkan wajahnya dari tempat Davinka berdiri. Hanya suara geraman yang lolos dari bibir wanita itu yang sedikit membiru."Ini lebih bagus dari kematian. Kamu tersiksa sebelum ajal menjemput! Hahah!" Sandy melangkah maju. Tapi sial, ternyata telinga Laura sangat peka. Wanita itu kembali fokus pada Renhart dalam dekapan lengangnya."Apa kalian gila!" teriak wanita itu. Laura memutar tubuhnya dengan Renhart dalam lengannya, pistol terus menempel pada kepala anak itu dan siapa di tekan kapanpun. Ia menatap semua y

  • Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya   Bab 236 Ini Tidak Sah!

    Suara benda jatuh dan teriakan menggema dari arah pintu dapur. Suara langkah kaki mulai terdengar semakin dekat. Venti yang masih menggenggam tangan Davinka merasa sangat bingung dengan nama ayah Davinka yang sama persis seperti nama ayah Diandra. Wanita itu masih berpikir keras dan berusaha mengenyahkan semua ketakutannya.'Ini pasti hanya kebetulan, kan?' tanyanya dalam hati, 'apa mereka saudara, satu ayah, atau—' Suaranya terhenti. Venti melihat genggaman tangannya yang masih menggenggam tangan Davinka yang kini dipaksa lepas oleh suaminya sudah terbuka dan tangan Davinka hilang dalam genggaman tangannya."Apa yang kamu pikirkan? Sekarang putra kita sudah sah menjadi suami Davinka," tukas pria berusia mengingat istrinya yang masih diam membisu. Pikirannya bahkan terlihat kosong.Brata membantu Davinka agar duduk disisi Sanjaya. Mereka mulai menandatangani berkas pernikahan. Namun, saat penghulu menyerahkan dua buku merah dan hijau, teriakan seseorang menghentikan pergerakannya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status