Share

Bertemu Calon

Rashika melangkah dengan tergesa-gesa menyusuri gerbang kampus. Ia celingak celinguk mencari keberadaan sahabatnya, Neha.

"Rashika!"

Rashika berbalik saat mendengar suara yang memanggil namanya. Dari arah perpustaskaan, tampak Neha melambaikan tangannya memanggil nama Rashika.

Rashika pun bergegas menghampiri Neha untuk membagi permasalahan yang begitu rumit dalam hidupnya.

"Ya ampun! Kenapa wajahmu seperti itu? Kau marah atau sedih saat ini?" Tanya Neha melihat raut wajah Rashika yang ditekuk. Ia juga terlihat cemas dan khawatir.

"Ayo kita duduk di sana! Kau bisa membagi masalahmu denganku." Ajak Neha sambil meraih tangan sahabatnya itu.

Neha membawa Rashika duduk di bawah pohon yang rindang, di mana di bawahnya terdapat bangku-bangku tempat para mahasiswa lainnya duduk-duduk dan bersantai.

"Sekarang katakan! Apa rencana bandot tua itu?" Tanya Neha tanpa berpikir lebih lama.

Rashika menatap Neha setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkannya. Neha baru menyadari dari kosa katanya yang terucap.

"Em maksudku ... apa rencana ayahmu?" Ucap Neha mengulangi pertanyaannya lagi. Neha menghembuskan napasnya setelah itu.

"Ayahku berencana untuk menikahkan aku dengan seorang tentara," jawab Rashika dengan nada lesu.

"Apa?" Neha terkejut dan menganga mendengar jawaban Rashika. "Se-seorang tentara?" Tanya gadis itu masih kurang percaya dengan apa yang ia dengar tadi.

"Iya."

Neha tersenyum-senyum dan tampak sumringah. "Wah! Itu sangat keren," celetuknya pula.

"Keren katamu?"

"Iya. Itu sangat keren, kau tahu tentara itu memang terlihat seram dan kaku tapi sebenarnya mereka punya sisi lembut juga." Ucap Neha dengan mimik centilnya.

Rashika memutar bola matanya melihat gaya Neha yang kembali pada habitatnya.

"Neha, kau ini bagaimana? Aku ini ingin meminta solusi padamu, kenapa kau malah membayangkan hal-hal demikian?" Sergah Rashika dengan jengkel.

Neha menghentikan tawanya seketika.

"Kau itu terlalu banyak menonton drama, sampai-sampai kau membawa kehidupan nyata ke dalam dunia imajinasimu itu." Tukas Rashika kembali.

"Maaf," ucap Neha dengan nada pelan.

"Semua karena surat bodoh itu. Aku tidak akan berada di situasi sulit ini kalau bukan karena surat si bodoh itu." Rutuk Rashika semakin kesal.

"Kalau begitu aku akan menemui ayahmu dan menjelaskan padanya bahwa surat itu sebenarnya ditujukan untukmu," ucap Neha.

Rashika memplototi sahabatnya itu.

"Maksudku untukku," ucap Neha meralat kata-katanya.

Rashika menghela napas dan bersanda ke sandaran bangku. "Entahlah. Aku tidak tahu apa ayah akan mendengarkan penjelasanmu atau tidak," ujar Rashika dengan nada putus asa.

"Kenapa? Kita 'kan belum mencobanya,"

"Apa kau tahu ayahku telah menghubungi laki-laki itu, ayah ingin aku menemuinya kalau dia menelponku." Ujar Rashika dengan wajah memelas.

"Huh! Ayahmu itu memang sangat keterlaluan." Tanggap Neha yang juga tampak kesal mendengar keputusan ayah Rashika. "Lalu, apa laki-laki itu telah menelponmu?" Tanya Neha kembali.

"Belum," jawabnya singkat.

"Ya sudah kalau begitu. Hei! Kalau dia sampai menelponmu, katakan saja bahwa kau sibuk," celetuk Neha dengan memberikan solusi.

"Tidak bisa. Ayah pasti akan mengomeliku saat sampai di rumah, kau tahu sendiri ayahku bagaimana, 'kan?" Jawab Rashika lesu.

"Untung saja dia bukan ayaku, aku bisa gila kalau mempunyai ayah seperti dia." Celetuk Neha sembari melipat kedua tangannya ke dada.

Drrrrrrrtttt ... ddrrrrrrtt ....

Ponsel Rashika tiba-tiba bergetar. Tanpa memperhatikan nomornya, Rashika menekan tombol terima.

"Hellloo!"

"Hello, Rashika?"

"Iya, siapa ini?" Tanya Rashika pula.

"Ini aku. Aku Kabir Singh. Tuan Thakur memberikan nomormu padaku," jawab lelaki itu.

"Apa?" Rashika terkesiap dari duduknya. Ia terlihat panik setelah mengetahui kalimat terakhir.

"Hei! Kau kenapa? Siapa yang telpon?" Tanya Neha bingung melihat reaksi Rashika yang terlonjak.

Rashika lalu menutup speaker ponselnya dan berbisik pada Neha. "Dia ... si tentara itu," bisik Rashika dan kembali mendekatkan ponselnya ke indera pendengar.

"Emm ii-iiya, Pak." Ucap Rashika gugup.

"Kenapa panggil pak, panggil Kabir saja." Sahut lelaki itu nun jauh di sana.

Rashika menggigit-gigit bibirnya menghadapi lelaki itu bicara.

"Oh ya, apa yang sedang kau lakukan sekarang?" Tanya lelaki itu kembali.

"Sekarang aku sedang berada di kampus," jawab Rashika.

"Di kampus? Oh maaf, aku tidak tahu. Oh ya, Rashika nanti saat jam makan siang aku ingin kita bertemu, kau bisa, 'kan?" Ucap Kabir dengan nada mengajak.

Rashika tampak jengkel mendengar ajakan pria itu. Namun, ia teringat akan ayahnya. Akan terjadi masalah besar kalau dia tidak menuruti perkataan ayahnya nanti.

"Baiklah," jawab gadis itu singkat.

"Ok. Aku akan menunggumu di Kelocoffe," ujar lelaki itu sembari tersenyum. "Sampai jumpa," lanjutnya dan memutuskan panggilan tersebut.

Rashika menurunkan ponselnya perlahan sambil berdiri kaku. Neha yang melihat sahabatnya itu mencoba menyadarkanya.

"Hei, kau baik-baik saja?"

Rashika tak menjawab pertanyaan Neha. Ia hanya terduduk lunglai di bangku setelah mendapat telpon dari lelaki tersebut.

"Rashika, katakan padaku! Apa kata lelaki itu?" Tanya Neha penasaran.

"Hancur sudah harapanku untuk menjadi seorang dokter. Ini semua karena surat bodoh itu." Gumam Rashika tanpa ekspresi.

"Laki-laki itu ingin bertemu denganku, kalau sampai dia bertemu denganku, aku yakin dia akan menikahiku." Ucap Rashika lagi.

"Kenapa kau begitu yakin bahwa dia akan menikahimu?" Tanya Neha menatap sahabatnya itu.

"Tentu saja, aku sangat cantik, 'kan?" Tanggap Rashika narsis.

Neha tertawa mendengar ucapan Rashika. "Hahaha! Kau ini, percaya dirimu terlalu tinggi," ucap Neha sembari menyikut lengan sahabatnya itu.

Rashika dan Neha pun sama-sama terdiam beberapa saat. Rashika berpikir keras untuk mencari alasan agar ia tidak pergi menemui lelaki itu.

"Rashika, kalau menurutku sih, sebaiknya kau temui saja laki-laki itu. Kau 'kan tidak tahu bagaimana sosok lelaki itu, apa salahnya kau lihat dulu tampangnya." Ucap Neha memberikan solusi yang menurutnya benar.

Rashika menatap Neha namun tidak mengatakan apa-apa.

"Kau jangan marah dengan ideku ini. Kau sendiri 'kan yang mengatakan kalau kau tidak pergi menemuinya kau akan dimarahi oleh ayahmu ... ya sudah kau temui saja dia. Setelah bertemu kau bisa memberikan alasan pada ayahmu untuk menolak perjodohan ini seperti dia tidak tampan atau apa. Benar, 'kan?" Papar Neha panjang lebar.

Raut wajah Rashika tampak sumringah mendengarkan ide dari sahabatnya itu.

"Tumben sekali hari ini otakmu bekerja dengan benar," celetuk Rashika senang.

Rashika pun merasa lega. Ia berpikir akan menemui laki-laki itu saat jam makan siang nanti.

"Neha kau harus menemaniku saat bertemu laki-laki itu nanti, ya." ucap Rashika menatap sahabatnya itu.

"Apa? Kenapa harus aku?"

"Kau 'kan sahabatku. Aku merasa canggung kalau pergi sendirian," ujar Rashika meraih tangan Neha. Ia memasang wajah memelas agar hati Neha luluh.

"Ayolah temani aku. Aku mohon!"

Melihat ekspresi wajah Rashika, Neha pun jadi tidak tega untuk menolaknya. "Baiklah, kau ini memang pandai sekali dalam membujukku."

Rashika tersenyum senang karena Neha mau menemaninya.

****

Saat jam makan siang tiba,

Rashika dan Neha berangkat menuju Kelocofee seperti yang ia telah janjikan tadi. Saat sampai di dalam, kedua gadis itu tampak celingak celinguk mencari keberadaan laki-laki itu.

"Di mana laki-laki itu?" Tanya Neha yang tampak menerka-nerka pula. Neha menyoroti setiap laki-laki yang ada di cafe itu, namun tidak ada diantara mereka yang duduk sendirian.

"Aku juga tidak tau," tanggap Rashika singkat.

"Coba kau hubungi dia lagi," ucap Neha pula.

Rashika meraih ponselnya dan menekan nomor laki-laki itu lagi. "Hello, aku sudah sampai, kau di mana?" Tanya Rashika tanpa basa basi.

Pandangan Neha teralihkan pada seorang pria yang usianya diperkirakan sudah kepala empat. Pria itu tampak melambaikan tangan pada mereka.

"Rassshh, kenapa pria tua itu melambai pada kita?" Ucap Neha sembari berbisik.

Rashika lalu mengalihkan pandangannya pula.

"Rashika aku di sini," ucap lelaki itu masih berbicara pada Rashika di telpon. Rashika tampak canggung melihat ke arah pria yang dikatakan oleh Neha tadi.

Pria itu kembali melambai dan menuruhnya untuk datang ke sana.

"Oh ya, ampun apa benar itu laki-laki yang dimaksudkan oleh ayahmu?" Bisik Neha sembari mengikuti langkah Rashika yang berjakan menghampiri pria itu.

"Kalau sampai itu benar huh ayahmu benar-benar keterlaluan. Dia akan menjodohkanmu dengan temannya?" Neha kembali membisik-bisikkan kata yang semakin membuat Rashika jengkel.

"Sudahlah. Tutup mulutmu!" Pungkas Rashika semakin mendekati meja pria itu.

***

To be continue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status