Derap langkah kaki terdengar di sepanjang lorong rumah sakit. Orang-orang berpakaian serba hitam berjalan mengikuti seorang pria yang berada di paling depan. Seorang pria yang menggunakan kacamata hitam. Sampai di sebuah ruangan—ia berhenti. Membukanya perlahan. Namun ia tidak mendapati seseorang yang ia cari.
“Di mana dia? Apa dia kabur?” Garvin mengepalkan tangannya. Mengapa ia ceroboh seperti ini? Ia hanya menitipkan Alesha pada Xavier. Ia tidak menyuruh anak buahnya mengawal ruangan perempuan itu.BRAAKGarvin meninju pintu dengan tangan kanannya. “Cari dia bagaimanapun caranya.” Ia mengusap kasar rambutnya. Membayangkan kehilangan Alesha saja membuatnya menggila.“Sir—Nona berada di Taman. Saya tidak bisa membawanya karena banyak orang yang menontonnya.”Garvin berjalan ke arah Taman. Benar saja—seperti apa kata anak buahnya. Ada begitu banyak orang yang menonton Alesha. Sebuah lagu mengalun. Alesha melakukan gerakan Ballet dengan saAlesha berhenti. Mengatur nafasnya yang tiba-tiba saja terasa sesak. Ayolah—Alesha terlalu memaksa dirinya sendiri. Dahinya penuh dengan keringat. Ia juga lupa melakukan pemanasan sebelum memulai balet.“Kenapa kau berhenti?” Garvin lancang menyentuh bahu Alesha. “Sudah kubilang jangan memaksa dirimu. Kau benar-benar ingin mati rupanya.”“Cerewet.” Lirik Alesha sinis. Tangannya berpegang pada dinding. Ia butuh waktu untuk melanjutkan jalannya.Alesha terpekik saat tubuhnya melayang. Garvin menggendongnya ala bridal style. Membanya melewati lorong yang penuh dengan anak buahnya. Alesha malu sungguh—mau ditaruh di mana wajahnya.“Kau tidak perlu melakukan hal seperti ini.”Garvin menatap Alesha yang berada di gendongannya. Mereka sudah memasuki ruangan. “Kenapa tidak bilang dari tadi? Aku bisa melemparmu ke lantai.” Santai Garvin. Ia menaruh tubuh Alesha di atas ranjang dengan pelan.“Melihat kondisimu. Aku tidak yakin Xavier akan
“Siapa yang menyuruhmu?” Seperti biasa—Garvin duduk di sofa. Sedangkan di depannya ada satu wanita yang tengah dikerangkeng.“Aku tidak tahu. Aku hanya bertugas mengantar.”CETAR CETARCambuk itu menyambar tubuh wanita itu sebanyak dua kali.“Katakan padaku atau aku akan membunuh seluruh keluargamu?” Garvin dengan santai menghisap rokoknya. Ia melipat salah satu kakinya ke atas.“KUMOHON JANGAN MEMBAWA KELUARGAKU!” teriak wanita itu histeris.Garvin tertawa. “Katakan siapa yang menyuruhmu.”“Aku disuruh seorang pria. Dia memberiku imbalan yang sangat banyak. Dia juga mengancam akan membunuh keluargaku jika aku tidak mau menuruti perintahnya.”“Sebutkan ciri-cirinya.”“Ada sebuah tatto sayap di pergelangan tangannya.”Garvin mengangguk. Ia bangkit dari duduknya dengan mengapit rokoknya di sela jarinya. Ia tahu siapa. Lambang sayap adalah simbol milik Dark Blood. Wiliam masih saja mengusiknya. Jika dia terobsesi membunuh Alesha. Maka ada hal lain yang harus ia cari tahu.“Beri dia pelaj
Setelah tidak mendengar suara barang-barang dilempar, Alesha memberanikan diri untuk keluar. Benar saja—semua perabotan sudah hancur berkeping-keping. Pecahannya bisa saja melukai kaki jika tidak segera dibersihkan.Alesha mendekat pada sebuah cermin yang sudah hancur. Terdapat banyak sekali jejak darah di sana. Ia mengamati lantai. Itu pasti darah Garvin. Alesha menghela nafas. Ia berjalan ke arah lemari dan mengambil satu dress. Memakainya secepat mungkin.~~Alesha pergi ke dapur. Membawa sebuah air hangat yang berada di dalam baskom. Ia ragu menatap sebuah pintu besar bercat hitam pekat. Ia mengetuknya pelan. Tidak ada sahutan. Ia memberanikan diri membukanya. Tangannya menekan knop pintu perlahan.“Sir,” panggil Alesha.Semuanya gelap. Tidak ada satupun pencahayaan yang menyala. Ia kesulitan menemukan keberadaan Garvin.“Untuk apa kau kemari?” tanya seseorang.“Kau di mana, Sir?” Alesha mengamati sekitar. Ia mencari saklar lampu dan menyalaknnya.Akhirnya ia bisa menemukan Garvin
“Aku membuatkan sup untuk meredakan sakit kepalamu.” Alesha meletakkan sup buatannya di atas meja dekat dengan Garvin.Garvin meliriknya sekilas. Tidak ada niatan untuk mencicipinya apalagi memakannya.“Apa kau—”“Jangan mengeluarkan sepatah katapun pagi ini. Aku bisa saja langsung membunuhmu,” ungkap Garvin.Alesha duduk di hadapan Garvin. Bertopang dagu menatap pria itu.CIIIITBunyi garpu yang sengaja ditancapkan ke atas piring kemudian digerakkan. Alesha menutup kedua telinganya. Bunyi yang menimbulkan ngilu. Alesha menatap pelakunya. Garvin melakukan hal itu dengan terang-terangan.“Makan dengan benar. Jangan membuatku marah Alesha.”Alesha terdiam. “Aku hanya ingin bertanya kapan kau akan memberitahuku tentang Aldrich?”“Aku sibuk. Aku tidak punya waktu meladenimu.” Garvin bangkit. Ia mengambil tasnya.“Tapi kau sudah berjanji. Setidaknya tepati jika kau benar-benar pria.” Alesha mengejar Garvin yang sudah berjalan keluar Mansion.“Apa aku punya kewajiban menuruti permintaanmu?
“Aldrich bekerja di Blacton. Total Aldrich bekerja dengan tuan Garvin selama 5 tahun. 3 tahun pertama, dia bekerja sebagai orang yang mengawasi dan memastikan penyelundupan barang berjalan lancar. Karena kinerjanya yang bagus—akhirnya Tuan Garvin sendiri yang mengangkat Aldrich sebagai salah satu tangan kanannya. Dua tahun terakhir Aldrich bertugas membuat strategi bisnis di Blackton.”“Entah apa yang terjadi. Aldrich berhianat dengan bekerja sama dengan Wiliam dari Dark Blood. Aldrich membocorkan strategi jalur keamanan perdagangan satwa liar. Sehingga Dark Blood menyerang kemudian mengusai jalur yang awalnya milik Blackton.”Alesha mengambil duduk di salah satu kursi. Ada begitu banyak hal tentang Aldrich yang sama sekali tidak diketahuinya.“Jadi Aldrich memang berhianat..” lirih Alesha.“Benar, Nona. Setelah pergi dari Blackton, tuan Garvin mencarinya. Ada peraturan dari Blackton, siapapun yang berhianat tidak akan bisa hidup. Antara mati atau terus disiksa. Namun saat Tuan Garvin
Di dalam sebuah ruangan, terdapat seorang pria yang tengah menatap laptopnya. Layar laptop yang menampilkan sebuah rekaman CCTV di kamar. Seorang wanita yang tengah terbaring di ranjang. Tubuhnya meringkuk.Garvin sengaja memasang CCTV di sana agar bisa mengawasi Alesha. Ia ingin melihat bagaimana wanita itu hancur setelah tahu tentang kekasihnya yang sebenarnya. Namun saat melihat Alesha menangis—justru perasaannya tidak senang.“Sir, sebentar lagi meeting di mulai.” Suara Christ memecah lamunan Garvin.Garvin berdecak. Tangannya menutup laptop dengan kasar. Setelah itu berjalan ke arah cermin. Dasinya belum terpasang. Pakaiannya sedikit berantakan.TOK TOK“Masuk.”Seorang wanita dengan pakaian minim memasuki ruangan. Bukan gadis penghibur, jangan salah paham dulu. Wanita seksi dengan kemeja ketat dan rok di atas lutut itu adalah Sekretaris baru Garvin. Baru sekitar seminggu yang lalu.Padahal Garvin biasanya tidak suka jika ada wanita yang bekerja dengannya, karena akan memecah ko
Alesha terbangun dari tidurnya. Entah sudah berapa lama ia tertidur di sini. AC di sini menyala dan membuatnya mengigil. Mencari keberadaan remot. Alesha mengarahkan remot itu ke AC yang terpasang di atas. Namun ia mengernyit melihat sebuah kamera pengawas dengan ukuran kecil yang terpasang di sana.“Apa itu CCTV? Jadi aku diawasi?” tanya Alesha pada dirinya sendiri.Melangkah mendekat. Di depannya ada sebuah rak kosong tanpa berisi apapun. Ia ingin memanjat rak itu kemudian mengambil CCTV yang berada di atas. Namun saat tubuhnya sudah berada di atas—tubuhnya tidak sengaja menyenggol sebuah knop.Alhasil ia melompat dengan tangan yang terasa ngilu. Alesha meringis mengusap tangannya. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sering kali menabrak benda padat.KreeetRak itu memutar sendirinya. Di depannya ada sebuah brangkas dengan kode. Karena Aldrich suka sekali menggunakan tanggal lahirnya sebagai kode akses, ia mencoba memasukkan tanggal lahirnya.Benar saja langsung terbuka. Alesha mengambi
Setelah berhasil keluar dari jalur bawah tanah. Alesha berada di hutan. Ia mencari keberadaan sungai. Setelah ketemu, ia segera mengkuti arah sungai itu. Setelah berpuluh-puluh menit mengikuti sungai, akhirnya Alesha menemukan jalan raya.Ia beberapa kali melambaikan tangan. Hingga akhirnya ada sebuah mobil pick up yang berhenti.“Butuh tumpangan?” tanya seorang wanita tua yang menatap Alesha kasihan.Alesha mengangguk.“Kami akan ke kota. Naiklah di belakang.” Alesha tersenyum kemudian berjalan ke belakang. Menaiki mobil itu susah payah. Ternyata di belakang mobil itu ada banyak sekali Anjing yang berada di dalam kurungan. Mereka menggonggong tidak karuan melihat Alesha. Seperti melihat hantu saja.“Kasihan dia. Sepertinya gangguan mental. Dia cantik tapi kenapa begitu kotor.” Alesha mendengar wanita itu berbicara pada suaminya. “Dia terlihat seperti hantu. Dressnya sangat kotor dengan tanah seperti bangkit dari kubur.”Alesha menghela nafas. Menatap dirinya sendiri. Benar—dressnya b