Share

14. Rahasia Ella

Author: feynaa
last update Last Updated: 2025-04-30 10:04:33

“Kekerasan tidak akan membuatnya jera,” gumam Ella lemah.

“Ayah tidak seharusnya melakukan itu.”

Ia bersandar di kepala ranjang memperhatikan Karen yang sedang memeriksa termometer. Angka di layar kecil itu membuatnya meringis—suhu tubuh Ella tinggi.

“Istirahat, Ella. Jangan pikirkan pria itu. Dia pantas dihukum oleh ayahmu,” sahutnya sembari menarik selimut hingga menutupi perut Ella.

“Apa yang kau harapkan akan dilakukan Ayahmu setelah putrinya dibawa pergi oleh pria tanpa izin? Mengajak Lorenzo ngobrol santai di gazebo sambil main catur dan minum kopi, begitu?” sarkasnya jengkel.

Ella terdiam, ia menunduk menelan kata-kata yang ingin keluar. Ia tahu ibunya sama murkanya dengan ayahnya. Pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan derit keras.

Thomas berdiri di ambang pintu, matanya—yang biasanya penuh otoritas—kini dipenuhi kecemasan. Langkahnya berat saat ia mendekat. Tanpa kata, ia menarik Ella ke dalam pelukannya, erat.

“Ayah sangat cemas.” Suara Thomas serak, penuh emosi yang i
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   49. Overthinking

    Kata-kata Jessica berputar di kepalanya seperti kaset rusak. Ia duduk melamun di pojok kafetaria dengan pandangan kosong. Namun, pikirannya sedang sangat berisik sekali sekarang. Ponselnya terus bergetar, menampilkan nama Lorenzo. Ella bahkan tidak menyadari ponselnnya berdering. Ia terlalu tenggelam dalam pikirannya. Untuk pertama kalinya ia percaya dengan Jessica. Perkataanya logis. Meskipun di sisi lain ia sadar bahwa tidak semua yang dikatakan Jessica asalah kejujuran, tapi tanpa penjelasan dari Lorenzo, hanya kata-kata Jessica yang saa ini ia pegang. “Bagaimana jika itu benar? Bagaimana jika Lorenzo hanya melihatku sebagai pengganti Seline? Apakah hubungan kami hanya cara Lorenzo mengisi kekosongan yang ditinggalkan Seline?” batinnya gelisah. “Setelah semua pertengkaran kita, setelah semua penderitaanku, setelah aku meninggalkan Daren dan dia hanya menjadikanku pelampiasannya?” Tangan Ella terkepal di pangkuannya tanpa ia sadari. “Jika memang cinta Lorenzo begitu besar kepa

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   48. Cinta Pertama Lorenzo

    Alis mata Jessica terangkat, sedikit terkejut dengan pertanyaan Ella. Tatapan dingin Jessica terganti dengan tatapan yang skeptis. Ia terdiam sejenak, mengamati wajah Ella yang menatapnya serius, ada kilat harapan juga di sana. “Seharusnya kau tanyakan tentang itu kepada Lorenzo,” balasnya pelan. Gadis itu menghela napas, teringat pertengkaran mereka semalam. Lalu ia melangkah mendekati Jessica dan duduk di sebelahnya. “Dia tidak mau menjawabnya karena itulah aku bertanya padamu,” sahutnya lesu. Jessica terdiam sejenak, keningnya berkerut seolah, gadis itu terlihat bimbang. “Jika Lorenzo tidak mengatakannya kepadamu, aku rasa dia memang tidak ingin kau mengetahuinya,” ungkap Jessica sembari melirik Ella. “Jadi, aku tidak tahu apakah aku boleh mengatakannya kepadamu atau tidak karena ini menyangkut kehidupan pribadi Lorenzo yang sangat sensitif. Seharusnya dia sendiri yang menceritakannya kepadamu, bukan aku.” Ella menggaruk pelipis, kemudian menyandarkan pungunggnya pada san

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   47. Kunci Masa Lalu Lorenzo

    Prank! Suara keras dari lantai bawah menyentak Lorenzo dari tidurnya yang tidak lelap. Ia segera melompat dari kasur dan berjalan dengan terburu-buru keluar kamar. Ia panik, hanya satu yang ia khawatirkan. Ella. Benaknya memutar ulang kejadian ketika Ella pingsan di dapur. "Ella!" panggilnya keras matanya mencari-cari gadis itu dalam cahaya redup lantai satu. Ini masih pagi buta, cahaya matahari bahkan belum muncul untuk menerangi ruangan. Kaki telanjangnya berlari cepat menuruni tangga yang berbentuk melingkar. Napasnya tersengal-sengal, jantungnya berdegup kencang. Langkahnya sontak terhenti ketika mendapati gadis itu di ruang tamu. Ella berjongkok di lantai, tangannya yang mungil memunguti pecahan vas kristal antik yang berserakan. “Sedang apa kau sepagi ini?” Lorenzo bertanya dengan nada suranya yang keras Ella bangkit menatapnya terkejut. Lorenzo langsung meraih lengan Ella, menariknya menjauh dari serpihan vas dengan gerakan yang terlihat kasar namun penuh ke

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   46. Ciuman Penyembuhan

    Pintu penthouse tertutup otomatis ketika Lorenzo sudah berada di dalam. Seperti biasa, ia melepaskan jasnya kemudian melonggarkan dasinya sembari menaiki tangga. Malam sudah sangat larut, tapi saat melewati kamar Ella, lampu di kamar gadis itu masih menyala dan pintunya sedikit terbuka. Lorenzo penasaran, ia perlahan mendorong pintu dan menyembulkan kepalanya. Mendapati Ella duduk di sofa, sedang kesulitan mengganti perbannya, beberapa kali gadis itu meringis saat tangannya menyentuh area lukanya. Lorenzo melangkah masuk lebih dalam, suara langkah kakinya membuat Ella terkejut. Ia menatap pria tu sembari menurunkan piayamanya menutupi perutnya. “Kau harusnya mengetuk pintu,” protes Ella pelan. Lorenzo abai, ia langsung duduk di sebelahnya. “Biar aku bantu,” kata Lorenzo. Ella menggeleng, tangannya bertahan di ujung piyamanya. "Aku bisa sendiri." "Berhenti keras kepala, kau kesulitan. Kemari, biar aku membantu,” balas Lorenzo tegas sembari mempersiapkan perban baru. Ell

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   45. Masa Lalu Lorezo

    Dalam waktu kurang dari tiga jam, mereka telah sampai di Texas, tepatnya di penthouse Lorenzo. Ella menatap langit-langit kamarnya, pikiran dan tubuhnya terasa lebih ringan saat kembali ke sini, tidak penuh tekanan seperti sebelumnya. Walau alasannya masih sama—keterpaksaan. Namun, dengan sikap Lorenzo yang membuat semuanya terasa baik-baik saja, ia jadi lebih tenang sekarang. Perlahan matanya terasa berat, hingga akhirnya tenggelaia dalam mimpi. Gadis itu tidur bagaikan beruang hibernasi. Bahkan cahaya mahahari yang menampakan kehadirannya melalui sela-sela tirai. Menyapa wajahnya, tapi tidak sedikit pun Ella terganggu. Tidurnya masih tetap nyenyak dan damai. Namun, di ruangan lain, Lorenzo sedang bergulat dengan dasinya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin dengan wajah frustrasi. Tangan kanannya yang masih terbungkus perban—hasil meninju dinding rumah sakit—membuat aktivitas kesehariannya terganggu. Ia menghela napas dalam, berjalan menuju kamar Ella dan mengetuk pintu denga

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   44. Ciuman di tengah Sunset

    Di tengah perjalan menuju bandara yang dilalui dengan kesunyian, tiba-tiba mobil berhenti di tepi jalan yang mengarah ke pantai. Kening Ella berkerut bingung. Ella yang sedari tadi bergeming menatap keluar jendela pun menggerakan kepalanya menatap Lorenzo di sebelahnya kemudian menatap Alessio yang menjadi supir mereka. “Kenapa kita berhenti di sini?” tanya Ella, suaranya dingin, keengganannya berkomunikasi dengan Lorenzo masih terasa. “Ikut aku,” titah Lorenzo, tidak sepenuhnya menjawab kebingungan Ella. Ia beranjak turun dari mobil, mengelilingi mobil untuk membuka pintu Ella. Setelah itu mengulurkan tangannya. Ella mengernyit melihat perban yang melilit tangan Lorenzo. Pandangannya terayun antara tangan dan wajah pria itu. Ia ingin bertanya apa sebab luka Lorenzo, namun ia terlalu malas untuk membuka percakapan dan menunjukkan kepulidiannya. Sebalinya, ia fokus pada keadaan sekarang. Ella menatapnya curiga dan waswas. Pasalnya, setiap tindakan Lorenzo tidak terduga dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status