Share

72. Firasat Buruk

Author: feynaa
last update Last Updated: 2025-06-11 23:01:32
Chicago, Amerika Serikat

Rumah kayu bertingkat dua yang berdiri kokoh di tepi danau itu menjadi tempat mereka bermalam. Ella berdiri di depan jendela besar kamarnya yang menghadap langsung ke danau, tubuhnya bersandar pada kusen kayu. Menatap cahaya matahari sore yang memantul di permukaan air danau.

Ella merasa hatinya dipenuhi rasa syukur yang mendalam terhadap Daren. Pria itu telah mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Transportasi, tempat tinggal, makanan, bahkan kemanan. Seharusnya Ella tidak perlu memikirkan apa pun karena Daren sudah merencanakan semuanya dengan matang.

Namun, entah mengapa suasana hatinya tetap merasa gelisah. Suara tapak kaki yang mendekat membuat Ella menoleh. Daren menghamprinya dengan senyuman yang hangat. Di tangannya terdapat seikat bunga liar kecil-kecil berwarna putih dan kuning yang tampaknya baru saja dipetik dari taman belakang rumah.

“Untukmu,” katanya dengan suara yang begitu lembut.

Kemudian menyelipkan tangkai bunga-bunga itu di balik telinga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   144. Obat Perangsang

    Rapat selesai tepat satu jam sebelum tengah malam. Daren menghela napas panjang saat melihat jam dinding, ia sudah sangat terlambat untuk menghabiskan tahun baru dengan Ella. Perasaan bersalah memenuhi hatinya. Dengan tergesa-gesa, Daren melangkah keluar dari ruangan sembari melonggarkan dasinya. Anehnya, setelah seharian bekerja ia tidak merasa lelah, justru ia merasa penuh tenaga tapi di saat yang sama juga merasa gelisah. Sejak tadi, jantungnya berdebar kencang. Kepalanya terasa ringan, dan pikirannya dipenuhi perasaan senang yang berlebihan tanpa sebab. Tubuhnya panas, darahnya seperti mengalir lebih cepat. Ia merasa ada yang aneh dari tubuhnya malam ini, terasa sedikit sensitif. Penglihatan pun sesekali kabur, dan tangannya gemetar tanpa alasan yang jelas. Ia mengusap wajahnya kasar, mengira kelelahan yang membuatnya merasa seperti ini. Daren tidak tahu obat perangsang yang dicampur dalam kopinya mulai bereaksi. Ia mengambil ponsel dari saku jasnya. Ingin menghubungi Ella,

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   143. Rasakan Aku

    Ella meremas ponsel hingga buku-buku jarinya memutih. Waktu terus berdetik menuju tengah malam, sementara di sini ia masih menunggu sesuatu yang tidak pasti. Namun, ia menolak menghabiskan malam tahun baru dalam ketidakpastian yang menyesakkan ini. Ia ingin melarikan diri dari kesunyian di sini, dari kekecewaan di hatinya.Dengan segera ia bangkit dari sofa. Memakai mantel tebalnya kemudian melilit asal syal rajut hitam di lehernya dengan gerakan cepat. Ia tidak akan membiarkan malam tahun baru berlalu sia-sia dan tidak akan bergantung pada siapa pun untuk kebahagiaannya. Udara malam menusuk kulit wajahnya ketika ia melangkah keluar rumah. Pergi ke Navy Pier dengan taksi,Navy pier adalah dermaga ikonik yang menjadi magnet bagi jutaan pengunjung dari seluruh dunia. Ketika ia menginjakkan kaki di sana, Ella bisa merasakan energi eufora yang melambung di udara. Pemandangan yang menyambutnya begitu memukau. Bianglala raksasa berdiri megah dengan lampu warna-warni yang berkedip-kedip.

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   142. Akhir Tahun Baru

    Musim dingin Chicago menyapa kulit Ella ketika ia melangkah keluar rumah. Ella memeluk tubuh mungilnya menahan dingin meski telah tebungkus mantel tebal. Di hadapannya, Daren yang akan berangkat kerja menatap dengan senyum geli, terlihat gemas dengan Ella yang tubuhnya tengelam dalam mantel. Tanpa ragu, tangannya mengangkup kedua pipi Ella yang dingin dan memerah. Kemudian, membenamkan ciuman ringan yang lembut dan hangat di bibirnya. Ella tersenyum tipis yang tulus, mata coklatnya berbinar hangat. "Daren," panggilnya dengan suara yang lembut. Jari-jarinya menyentuh lengan Daren, mencengkeram kain mantel hitamnya. Ia menatap Daten degan mata bulat penuh harap. "Aku ingin kita habiskan malam tahun baru bersama. Lihat festival kembang api di Navy Pier, apa kau bisa?" Tangan Daren bergerak melingkari pinggang ramping Ella, menariknya ke dalam pelukan hangat. Daren menghela napas panjan, merasakan dadanya berat dengan permintaan Ella yang walau sederhana, sulit ia penuhi.

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   141. Rencana Manipulatif

    Lorenzo menatap adiknya dengan mata yang berkaca-kaca, kilatan dingin yang biasa membuat orang rang gemetar kini sirna, tergantikan kepedihan mendalam. Lorenzo yang selalu menjadi sosok pelindung bagi keluarga mereka, pria yang tidak pernah menunjukkan kelemahan bahkan dalam situasi paling berbahaya, kini, di hadapan Lessa, tembok pertahanan itu runtuh. Kali ini, Lorenzo yang membutuhkan perlindungan, setidaknya dari rasa sakit yang menggerogotinya hatinya. "Dan sekarang ada Daren.” Suaranya kini serak karena tangisan yang ia tahan. Lessa merasakan dadanya sesak mendengar suara memilukan Lorenzo karena ia terbiasa mendengar suara tegas dan otoritas Lorenzo.Ia bisa merasakan rasa sakit yang dialami Lorenzo karena ia pernah menyaksikan bagaimana Lorenzo dan Ella saling mencintai dengan intensitas yang memabukkan. Lorenzo menatap Lessa dengan mata yang mulai berkabut air mata pemandangan yang sangat langka karena dia tidak pernah menangis, bahkan ketika peluru menembus tubuhnya beb

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   140. Bahagia Tanpa Aku

    Kesunyian mencekam menyelimuti suite mewah di lantai tertinggi hotel. Lorenzo melangkah limbung menuju bar mini di sudut ruangan. Dengan gerakan kasar, ia melepaskan kancing atas kemejanya satu per satu. Dada bidangnya yang kecoklatan terlihat naik turun dengan irama yang tidak teratur. Rahangnya terkatup rapat, otot-otot di sana menegang karena tekanan emosi yang masih menguasai setiap saraf tubuhnya. Mata kelamnya yang biasanya memancarkan otoritas mutlak dan kepercayaan diri yang mengintimidasi kini tampak penuh keputusasaan. Emosi yang bahkan hampir tidak pernah ditunjukkan oleh seorang Lorenzo De Luca. Tangan besarnya menuangkan whiskey ke dalam gelas kristal. Cairan mengalir dengan gemericik yang memecah kesunyian. Ia berdiri dengan postur tubuh yang sedikit bungkuk. Jemarinya Mencengkeram gelas dengan kekuatan yang berlebihan, buku-buku jarinya memutih karena tekanan. Dalam satu tegukan rakus, ia menghabiskan seluruh isi gelas. Namun, sensasi panas yang mengalir mel

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   139. Dua Nama, Satu Hati

    "Apa yang sudah diberikan Daren padamu yang tidak pernah aku berikan? Katakan, Ella, katakan apa yang dimiliki Daren dan tidak ada dalam diriku. Katakan saja apa maumu dan semua itu akan menjadi milikmu!” Suara Lorenzo naik satu oktaf. Tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Tubuhnya kaku penuh ketegangan. Rahangnya mengeras, otot-otot di leher mencuat. Aura dominan Lorenzo begitu kuat, membuat Ella merasa tertekan dari berbagai arah, membuat merasa terpojok dan merasa kecil. Ella menarik rambutnya ke belakang, gelagat frutrasinya mulai terasa begitu kuat. "Kau tidak mengerti. Ini bukan soal siapa yang lebih banyak memberikan. Ini soal... soal yang benar dan yang salah," balasnya lirih, suaranya bergetar, kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri. "Benar dan salah?" ulang Lorenzo dengan nada meremehkan. "Lalu kau pikir apa keputusanmu ini benar? Apakah kamu benar-benar menggunakan kata hatimu?” "Jangan," bisik Ella, tangannya meremas ujung kausnya. "Jangan katakan i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status