Share

91. Malam Panas

Penulis: feynaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-23 19:01:29

Rahang pria itu seketika mengeras. Ia benci ketika nama Daren terucap dari bibir Ella.

“Menurutmu?” balasnya sinis.

Ella menghela napas dalam, lalu mengangkat bahunya, tidak yakin dengan jawabannya sendiri.

“Kau masih memikirkannya?” tanya Lorenzo, suaranya berubah dingn.

Ella membuang wajahnya, menghindari tatapan Lorenzo. "Dia terluka ketika aku meninggalkannya, Lorenzo. Bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya?”

Mata Lorenzo menyipit, otot di lehernya mulai tegang. “Aku tidak suka kau memikirkannya."

Dengan cepat Ella menoleh, menatap mata pria itu dengan dagu yang diangkat angkuh. “Lalu apa yang mau kau lakukan? Mengendalikan pikiranku? Cobalah lakukan jika kau bisa!” tantangnya dengan suara yang lantang.

Seringai perlahan muncul di wajah Lorenzo. “Oh, aku menerima tantanganmu, Sayang. Aku akan membuatmu melupakan segalanya kecuali aku. Akan kubuat malam ini kau hanya mengingat namaku.”

Sebelum Ella sempat bereaksi, Lorenzo sudah mengangkat tubuh Ella. Dengan gerak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   91. Malam Panas

    Rahang pria itu seketika mengeras. Ia benci ketika nama Daren terucap dari bibir Ella. “Menurutmu?” balasnya sinis. Ella menghela napas dalam, lalu mengangkat bahunya, tidak yakin dengan jawabannya sendiri. “Kau masih memikirkannya?” tanya Lorenzo, suaranya berubah dingn. Ella membuang wajahnya, menghindari tatapan Lorenzo. "Dia terluka ketika aku meninggalkannya, Lorenzo. Bagaimana mungkin aku tidak memikirkannya?” Mata Lorenzo menyipit, otot di lehernya mulai tegang. “Aku tidak suka kau memikirkannya." Dengan cepat Ella menoleh, menatap mata pria itu dengan dagu yang diangkat angkuh. “Lalu apa yang mau kau lakukan? Mengendalikan pikiranku? Cobalah lakukan jika kau bisa!” tantangnya dengan suara yang lantang. Seringai perlahan muncul di wajah Lorenzo. “Oh, aku menerima tantanganmu, Sayang. Aku akan membuatmu melupakan segalanya kecuali aku. Akan kubuat malam ini kau hanya mengingat namaku.” Sebelum Ella sempat bereaksi, Lorenzo sudah mengangkat tubuh Ella. Dengan gerak

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   90. Berdamai?

    Di luar, guntur yang menggelegar begitu keras hingga membuat kaca jendela bergetar. Suara besar itu menyadarkan Lorenzo dari mimpi buruknya. Matanya terbelalak ketika menyadari apa yang sedang dilakukannya. Ia sontak melepaskan cengkramannya membuat tubuh Ella langsung meluruh ke lantai dengan lemas. “Ella!” Panik langsung menyerangnya. Ella langsung terbatuk-batuk dengan keras. Air mata mengalir deras di pipinya yang pucat, napasnya tersengal-sengal mencoba mengisi paru-paru yang hampir kehabisan oksigen. Tangannya meraih lehernya yang kini memerah dengan bekas jari-jari Lorenzo tercetak jelas di sana. “Maafkan aku, Ella, maafkan aku!” Lorenzo langsung berlutut di sampingnya, suaranya bergetar dengan tatapan penuh rasa bersalah. Ia mencoba memeluk gadis itu, tapi Ella menghindar. Ia mendorong Lorenzo dengan keras hingga pria bertubuh besar itu hampir terhuyung. Ella menyeret tubuhnya menjauh dari Lorenzo dengan gelengan kepala yang kuat. Gadis itu syok berat setelah hampir mati

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   89. Di Ambang Kematian

    “Lorenzo, ada hal penting—ups!” Suara cempreng Lessa mengintrupsi. Ia hampir tersandung karena berlari terburu-buru masuk ke dapur dengan laptop yang terbuka dan menyala di tangannya. Namun ia mendadak menghentikan langkahnya. Matanya membelalak, mulutnya menganga, terkejut melihat momen intim saudaranya yang tidak seharusnya ia saksikan. “Oh, Tuhan!” pekik Lessa sembari membalikkan badannya. Ella spontan mendorong dada Lorenzo membuat pria itu mundur satu langkah. Wajahnya memerah padam seperti tomat matang, dia menunduk dalam-dalam sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Meskipun Lessa sudah memunggungi mereka, rasa malu membakar tubuhnya hingga ia ingin berlari keluar rumah. “Maaf, tidak bermaksud menganggu, tapi ada hal penting yang ingin kukatakan pada Lorenzo. Jika kau sudah selesai datanglah ke kamarku,” kata Lessa kemudian berlari ke kamarnya. “Kau bilang Lessa tidur,” desis Ella protes tanpa menatap Lorenzo. Lorenzo menghela napas dalam, berusaha meno

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   88. Aku Merindukanmu

    "Bagaimana kalau Alfonso atau Lessa tiba-tiba datang dan melihat kita? Aku akan malu setengah mati!” protesnya dengan mata mendelik. Lorenzo terkekeh rendah, suaranya dipenuhi kepuasan. “Mereka tidak akan ke sini,” katanya dengan keyakinan mutlak. “Alfonso sedang berada di Roma, menemui rekan bisnis dan mungkin akan pulang dini hari atau tidak pulang sama sekali. Dan Lessa, dia memiliki pekerjaan, kemungkinan dia akan mengurung diri di kamar dalam beberapa jam.” Ella berdecak jengkel, dengan gerakan yang agak kasar, ia menarik Lorenzo agar duduk di kursi sebelahnya. Kehadiran pria itu berhasil mengalihkan pikirannya dari percakapan berat bersama Lessa sebelumnya. “Duduklah di sini dan temani aku minum,” perintahnya dengan nada yang berusaha dibuat tegas. Lorenzo menaikkan alis, ekspresi yang selalu ia tunjukkan ketika mendengar kalimat bossy Ella. Namun, tanpa perlawanan, ia tetap menuruti permintaan Ella, duduk di kursi dengan tubuh yang condong pada gadis itu, posisi yang memu

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   87. Hadiah Spesial

    Matahari telah sepenuhnya, meninggalkan langit hingga menjadi gelap total. Namun, Ella masih duduk di pantry yang remang-remang itu. Ia meletakkan kepalanya di atas meja dengan mata terpejam dan kening berkerut. Lessa sudah tidak lagi bersamanya sejak panggilan teleponnya berdering dan dia bilang tugasnya memangil. Kini ia hanya ditemani oleh pikirannya yang rasanya hampir pecah saking banyaknya yang ia pikirkan sejak mendapat informasi gelap dari Lessa. Perasaannya kini sudah tidak keruan, tidak terdeskripsikan. Kini ia menyesal bertanya macam-macam pada Lessa. Rasa penasarannya memang terkadang bisa membuatnya menggali kuburannya sendiri. Penjelasan Lessa masih terngiang-ngiang di benaknya. Ia merasa hidupnya sudah sangat jauh dari kehidupan yang dikenalnya. Namun, tidak ada jalan untuk mundur, tidak ada jangan untuk keluar. Ia terjebak dan inilah konsekuensi yang harus ia tanggung karena telah memilih Lorenzo. Tangannya tergerak mengacak-acak rambutnya frustrasi. Segala hal

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   86. Membunuh Atau Dibunuh

    Tubuh Ella menegang. Matanya membulat menatap Lessa. Jantung Ella mulai berdetak lebih cepat. Matanya sontak memperhatikan sekelilingnya. Khawatir jika ancaman yang dimaksud Lessa ada di dekat mereka. Lessa tersenyum tipis melihat reaksi Ella, seolah sedang mengejeknya. “Ada masalah dengan pesaing, Ella. Persaingan bisnis yang sudah berlangsung puluhan tahun, diwariskan dari generasi ke generasi. Kami mencoba mengatasinya dari jauh, tapi ternyata tidak berhasil. Keadaannya semakin buruk, mereka semakin berani karena mereka mengira kami akan terus bersembunyi.” Lessa menatap Ella tenang, seolah mencoba menepis kekhawatiran Ella. “Tenang saja, kupastikan kau aman bersama kami. Jangan ragukan kemampuan bertahan hidup kami yang sudah terasah sejak kami sekolah dasar.” Gadis itu menatap Ella yang wajahnya masih tegang sembari bertopang dagu. “Lorenzo dan Alfonso sedang menangani maalah langsung di lapangan saat ini. Sedangkan aku bekerja di balik layar. Bergerak ketika diminta, biasan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status