Share

Kedatangan Madelyn

"Senang melihatmu masih bisa mengingatku, Nak." Madelyn tersenyum, kali ini bukan senyuman angkuh seperti dulu.

Azalea menatap wajah yang masih sangat cantik meski tidak lagi muda. Kenapa Madelyn bisa tiba-tiba muncul lagi? Dalam novelnya tidak ada cerita tentang Mawar Emas Kekaisaran. Meski tentu saja tidak ada penjelasan tentang keberadaannya, tetap saja Azalea sudah terlanjur menganggapnya pemeran figuran yang mati bahkan sebelum kisahnya dimulai.

"Pasti banyak pertanyaan di kepalamu itu, Zhea, tapi kedatanganku hari ini bukan untuk menjelaskan sesuatu." Madelyn menghela napas. "Aku datang untuk memperingatkanmu. Mulai sekarang, meski di depan Marry atau Lock, kau harus tetap menggunakan ramuan pengubah warna."

Azalea yang terbiasa mengembalikan warna rambut dan matanya ketika sedang bersama dua orang yang Madelyn sebutkan, mengerutkan kening.

"Aku mengerti kalau warna rambut dan mataku tidak biasa dan mudah dikenali hingga harus ditutupi, tapi Madelyn ... kenapa kau bisa mengenali aku dengan warna mata dan rambut seperti ini?"

"Tentu saja aku mengingat wajahmu!" Madelyn berujar, tampak jengkel mendengar pertanyaan remaja di hadapannya. "Bukan itu yang penting, aku tidak punya waktu untuk menjelaskan lebih banyak, tapi cobalah untuk tidak menggunakan sihir saat mengembalikan warna rambut dan matamu."

Kata-kata Madelyn membuat Azalea semakin bingung. Dia memang menggunakan ramuan yang Marry berikan untuk mengubah warna mata dan rambutnya. Azalea tidak mengubahnya dengan sihir.

"Maksudku bukan hanya ketika merubahnya menjadi warna biasa, melainkan saat mengembalikan ke warna aslinya juga. Kalau kau bisa membuatnya menjadi dua lapis, itu lebih bagus!"

Ha?! Azalea yang sulit memahami maksud perkataan Madelyn melirik pada wanita renta di sisinya.

"Maksud Anda ... Zhea harus menggunakan ramuan untuk mengubah warna mata dan rambutnya menjadi coklat, lalu memakai ramuan lain untuk mengubahnya menjadi seperti warna asli? Anda ingin menunjukkan perubahan dari rambut perak dan mata birunya ke warna coklat pada seseorang? Apa itu artinya aku harus memperkuat ramuan sebelumnya?"

Marry mengangguk-angguk, terlihat sudah memikirkan banyak hal meski Madelyn belum menjawab pertanyaannya.

Azalea yang sempat takjub karena Marry langsung memahami maksud perkataan Madelyn, bahkan terlihat sangat siap dengan kemungkinan ini, langsung menegakkan tubuh.

Dia bisa membayangkannya! Kalau Azalea menggunakan dua ramuan, pertama untuk mengubah warna rambutnya menjadi coklat, lalu menggunakan ramuan lain untuk mengubahnya lagi menjadi seperti warna asli, maka ketika ramuan kedua memiliki batas waktu yang lebih pendek dari yang pertama, seseorang yang melihatnya akan berpikir bahwa warna aslinya adalah coklat.

"Siapa yang akan kau tipu?" tanya Azalea tanpa sadar.

Jika hanya ingin melindunginya dari keluarga Duke, Azalea hanya perlu mengubah warna rambut dan matanya seperti biasa. Dia tidak akan pernah meninggalkan desa dengan menggunakan warna aslinya. Azalea juga tidak berniat bertemu siapa pun di luar para penduduk desa.

"Seseorang," ucap Madelyn singkat. "Aku akan kembali dua bulan lagi, kuharap pada saat itu ramuannya sudah jadi."

Madelyn kembali menutupi kepalanya dengan tudung sebelum berdiri. "Aku harus segera kembali. Jaga dirimu, Zhea, sampai nanti."

Azalea ikut berdiri, mengejar Madelyn yang langsung melangkah menuju pintu dan keluar. Wanita itu bahkan tidak menoleh saat Azalea memanggilnya.

"Setidaknya beritahu aku tujuanmu!" ujar gadis itu setelah beberapa kali memanggil.

Madelyn menghentikan langkahnya, menatap gadis berusia lima belas tahun itu dengan sendu.

"Tujuanku? Aku ingin melindungimu, melindungi peninggalan terakhir sahabatku, tapi nyatanya tidak bisa. Saat aku tersadar, aku sudah memiliki ini." Madelyn menyingkap lengan bajunya, memperlihatkan sebuah lingkaran hitam di lengan kanan.

"A-apa itu?"

"Segel," ucap Madelyn singkat. "Wanita itu memasang segel ini padaku, jadi aku tidak bisa meninggalkan rumahku tanpa izinnya. Setiap kali aku mencoba untuk melarikan diri, segel ini menekan jantungku dan membuatku sekarat berkali-kali."

Azalea terkesiap mendengar kenyataan yang disampaikan Madelyn. Siapa sebenarnya orang yang ingin menguasai Madelyn sampai seperti itu?

"Lalu, bagaimana caramu bisa kembali ke desa ini?"

Madelyn meraih tangan Azalea dan menggenggamnya erat. "Wanita itu merencanakan sesuatu dan membutuhkan ramuan pengubah warna seperti milikmu. Rencananya sudah pasti jahat, tapi aku bahkan tidak bisa menyampaikan kebenaran karena segel yang mengekangku."

"Apa tidak ada penyihir yang bisa menghapus segel ini?" Azalea menunduk, menatap lingkaran hitam yang membuat perasaannya tidak enak. "Aku tidak mempelajari tentang segel dan kutukan, jadi aku tidak tahu bagaimana membantumu bebas. Maafkan aku."

Selama menjalani kehidupan sebagai Azalea, dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu orang-orang di sekitarnya sambil mempelajari banyak hal. Dia senang bisa memberi secuil bantuan, tapi menyadari tidak memiliki kekuatan untuk membantu seseorang yang sudah menyelamatkan hidupnya membuat gadis itu merasa tidak berdaya.

"Jangan khawatir, Zhea. Selama wanita itu membutuhkanku, dia tidak akan membuatku benar-benar mati." Madelyn menarik napas panjang sebelum melepaskan genggaman tangannya. "Aku harus pergi sekarang. Jangan lupa untuk melakukan seperti yang kukatakan. Aku juga tidak akan membiarkan wanita itu menang dengan mudah."

Azalea terdiam saat Madelyn melambaikan tangan dan menaiki sebuah kereta kuda sederhana milik Lock. Saat kereta itu hilang dari pandangannya, Azalea baru menyadari bahwa air matanya menggenang.

Rasanya seperti dibuang dan ditinggalkan untuk ke sekian kali. Padahal dia terbiasa diabaikan, entah di kehidupan ini atau kehidupan sebelumnya, Azalea selalu berakhir sendirian.

Tidak pernah ada sosok ayah atau ibu di kehidupannya sebagai manusia biasa di bumi. Panti asuhan yang merawatnya pun hanya bisa menampung hingga usia gadis itu lima belas tahun.

"Haah ... tidak ada kehidupan yang menyenangkan." Azalea menatap langit, sedikit iri pada warna biru yang terhampar. Warnya sama dengan bola matanya, tapi Azalea bahkan tidak boleh memamerkannya dengan bebas.

"Kalau sudah selesai bersedih, masuklah. Kau belum sarapan juga, kan? Ayo makan bersama!"

Gadis itu langsung menoleh setelah seseorang berteriak, senyumnya mengembang melihat wanita renta yang membawa kursi rodanya ke pintu.

"Ah, aku memang lapar! Marry mengingatkan di saat yang tepat," ucap Azalea semangat. Gadis itu menghapus air matanya, memilih untuk bersyukur dengan keberadaan orang-orang yang memperhatikannya dengan tulus.

Suatu hari nanti, dia juga ingin membantu Madelyn. Meski wanita itu tidak mengatakan siapa orang yang sudah menahannya, Azalea sudah bisa menebak. Mereka adalah penyebab dari segala tragedi.

"Apa yang dikatakan Nyonya Madelyn sampai kau menangis seperti itu?" Marry bertanya setelah Azalea mendorong kursi rodanya untuk kembali memasuki rumah.

"Bukan apa-apa, kok. Dia hanya bilang kalau aku tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik."

"Hmm ... kenapa Nyonya Madelyn sampai berbohong seperti itu?"

"Marry!" Azalea merengut ketika wanita renta di depannya terkekeh. "Tidak ada yang lebih cantik dariku di seluruh kekaisaran, lho!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status