Netra biru itu memutar malas, Azalea sudah terlalu hafal dengan kehadiran makhluk yang selalu datang sesuka hati. "Kamar ini lumayan dibanding milikmu sebelumnya, tapi tidak ada apa-apanya dibandingkan kamar pelayanku. Apakah manusia memang semiskin ini? Katanya seorang Putri, tapi kamarnya lebih mirip kandang kuda." Komentar Raja Spirit Vairell membuat Azalea kembali memutar mata jengah. Dia sudah sangat sering mendengar kata-kata pedas itu sejak tiga tahun lalu. Makhluk itu terbiasa mengomentari setiap hal yang menurutnya tidak indah dan membandingkannya dengan dunianya sendiri."Aku tidak bisa mempercayainya karena tidak pernah melihatnya sendiri," balas Azalea acuh, tangannya bersedekap saat menatap makhluk bersurai pirang cerah yang sedang berkeliling dan menilai."Aku tidak bisa membawamu ke sana sesuka hati. Bagaimana pun ada yang namanya para tetua di tempatku juga. Mereka tidak akan setuju kalau ada manusia yang datang."Perkataan Vairell membuat Azalea menaikkan sebelah al
Sesuai rencana yang sudah dikatakan Azalea kemarin, gadis itu langsung meminta izin pada Madelyn untuk pergi ke pusat kota dan menikmati waktunya sebagai 'Zhea'. Meski mendapat pertentangan karena tidak mau menggunakan kereta milik Duke, pada akhirnya Azalea memenangkan pertarungan.Gadis itu terkekeh pelan ketika mengingat lagi bagaimana ekspresi Madelyn saat Azalea bilang ingin menumpang kereta dagang yang datang untuk mengantar bahan makanan."Kau terlihat senang ya, Bocah!" Azalea menoleh, bibirnya mengatup rapat ketika berusaha menahan tawa. Raja Spirit Vairell ada di sisinya sekarang, menyamar sebagai pelayan yang menemani Azalea jalan-jalan. Gaun coklat tua yang membungkus tubuh Vairell benar-benar tampak pas. Meski makhluk itu sudah mengubah warna rambutnya menjadi hijau, juga membentuknya menjadi kepang dua, belum lagi bintik-bintik di sekitar hidung yang juga ditambahkan bersama dengan kacamata bulat menghias wajah, keberadaan Vairell masih terasa luar biasa."Tidak perlu
"Apa hanya segini yang bisa kau bawa?! Pantas saja Tuan Duke membuangmu! Tidak ada satu pun yang bisa dibanggakan darimu! Tidak berguna! Anak sial!" Tatapan tajam serta kata-kata kasar yang ditujukan pada anak berusia delapan tahun itu menggelegar hingga ke seluruh penjuru rumah. Tubuh kurus dan lebih kecil dari anak seusianya jelas menunjukkan anak itu kekurangan gizi. Meski begitu, keindahan paras dengan bibir mungil, hidung mancung dan mata bulat seperti boneka itu tidak bisa disembunyikan. Surai perak panjang dan bola mata sebiru langit melengkapi kecantikan gadis itu. Azalea Baylass De Lionhart, satu-satunya putri Duke di kekaisaran Xavierth sekaligus gadis dengan status tertinggi di seluruh kekaisaran setelah Permaisuri. Sayangnya, itu hanya sekedar status tidak berguna."Maafkan aku, Nyonya. Aku akan bekerja lebih keras.""Memang seharusnya seperti itu! Bersyukurlah karena aku masih memberimu makan dan tempat tinggal, tidak seperti Tuan Duke yang langsung membuangmu setelah
Plak!!!Azalea menahan napas saat sebuah tamparan dilayangkan pada Madelyn. Dia tidak tahu sejak kapan salah satu Ksatria maju selangkah dan langsung melayangkan pukulan pada Madelyn.Itu adalah Ksatria wanita! Azalea merasakan gemetar di seluruh tubuhnya saat Ksatria itu langsung menarik rambut Madelyn dan menghempaskannya, memaksa wanita itu mencium tanah."Sesali perkataanmu di neraka," ucap Ksatria itu seraya mengeluarkan pedang dari pinggangnya."Dame Ailyn!" Sratt! Pedang mengkilat itu segera dibasahi oleh darah, menutupi teriakan Ksatria lain yang mencoba menghentikan aksi Ksatria bernama Ailyn. Pemandangan di sekitar Azalea berubah gelap saat sebuah tangan menutupinya. Warna merah yang sebelumnya terlihat membasahi tanah dan sepatu para Ksatria juga ikut tertutupi. Azalea gemetar, tubuh kecilnya mengkerut melihat pembunuhan nyata di hadapannya."Nenek?" Azalea memanggil dalam kebingungan saat wanita renta yang sebelumnya menutupi pandangannya menarik tangan gadis itu menjau
"Bagus, Zhea!" Seorang pria bertubuh besar berteriak sembari bertepuk tangan, suara tawanya menggema ke seluruh ruangan.Azalea yang baru selesai mengayunkan pedang langsung menjatuhkan diri, terbentang dengan napas putus-putus. Pedang besar dan berkilat di tangannya terlepas dan menimbulkan bunyi berdebam yang cukup keras. Tangannya sakit, tulang-tulang di tangannya terasa sedang diremas. Gadis bersurai perak itu memejamkan mata sebelum menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Azalea melakukannya berulang-ulang, sambil merasakan aura yang menyebar dari jantungnya.Titik aura dari jantungnya perlahan menyebar ke seluruh tubuh. Satu demi satu, rasa sakit dari hasil latihan berpedang selama berjam-jam mulai berkurang. Azalea terus mengatur auranya hingga seluruh rasa sakit di tubuhnya hilang.Gadis itu kembali membuka mata, mengangkat tangan dan melihat luka-luka kecil di sana sudah sembuh dengan sempurna."Tidak ada lagi yang bisa kuajarkan."Azalea langsung bangun dan berlutut de
Dari mana Marry mengetahui informasi penting seperti itu?! Azalea juga tahu tentang orakel yang diturunkan Dewa puluhan tahun lalu karena sudah membaca novelnya, tapi bagaimana Marry bisa mendengarnya?Firman Tuhan hanya diketahui oleh pihak kuil keluarga kekaisaran dan bangsawan tingkat atas. Hal penting seperti ini tidak mungkin diceritakan secara sembarangan."Kau pasti bertanya kenapa aku mengetahuinya? Sebenarnya--""Aku tidak mau mendengarnya lagi!" potong Azalea cepat, merengut saat wanita renta di sampingnya malah tertawa."Tapi, kau tetap harus mengetahui isi orakelnya." Azalea terdiam, tahu kalau keputusan Marry untuk memberitahukan hal sepenting ini juga tidak bisa dicegah. Gadis itu juga tidak bisa bilang bahwa dia mengetahui dengan tepat isi orakelnya.Memilih duduk dan mengangguk setuju, Azalea menatap lingkaran sihir di hadapannya, bersiap mendengarkan."Kau pasti tahu ada banyak makhluk yang hidup di dunia ini." Marry memulai ceritanya. "Tidak hanya para peri yang tin
Azalea meraih pisau kecil yang selalu ada di pinggangnya sebelum menggoreskan benda tajam itu ke tangan, menggores pelan hingga darahnya mulai menetes ke atas lingkaran.Gambarnya tidak terlalu bagus tentu saja, Azalea membentuknya dengan asal. Setelah memastikan darahnya membasahi kertas berisi lingkaran sihir, gadis itu memejamkan mata.Rasakan sebuah keberadaan yang ingin dipanggil. Kata-kata Marry merasuk ke dalam pikiran gadis itu.'Sebuah keberadaan, sesuatu yang bisa membantu bertarung ... hmm ... apa, ya?' Azalea mencoba membayangkan sesuatu yang berhubungan dengan pedangnya.'Kurasa angin cocok, dia bisa membantu tebasan pedangku semakin tajam.' Azalea mengangguk dengan pemikirannya sendiri.'Tapi, bukankah api lebih bagus? Api yang bisa membakar segala hal!'Saat sedang memikirkan api, sebuah adegan dari masa depan yang tertulis dalam novel kembali tergambar di kepala gadis itu. Seluruh daratan ditutupi dengan api. Gadis itu menggeleng. Jangan api, tapi sesuatu yang bisa me
"Namaku Vairell," ucap Raja Spirit, menatap datar gadis yang bersimpuh di hadapannya."Senang berkenalan dengan Anda, Raja Spirit Vairell, namaku Zhea--maksudku Azalea Baylass De Lionhart." Azalea menjawab sopan, kepalanya masih menunduk.Yah, tidak buruk juga berkenalan dengan makhluk terkuat di dunia spirit. Siapa tahu Azalea bisa meminta tolong padanya untuk ikut membasmi iblis di masa depan.Ehm ... tapi, kenapa tidak ada suara lagi? Azalea terpaksa mendongak setelah menyadari keheningan sudah berlangsung cukup lama. Netra gadis itu melebar saat melihat Raja Spirit Vairell sedang berjongkok tepat di depannya."Aah, mengagetkan saja!" Azalea yang hampir berteriak langsung menutup mulut ketika Vairell menatapnya dengan tatapan aneh."Sekarang, apa yang bisa kulakukan untukmu?"Azalea yang sedang sibuk menenangkan jantungnya yang hampir jatuh mengernyitkan kening mendengar pertanyaan Raja Spirit di hadapannya."Tidak ada, kok. Tidak ada yang ingin kuminta dari Raja Spirit, jadi Anda