Share

Khawatir

***

Keesokan harinya, Fay sibuk mencari keberadaan Ardi karena dia ingin menceritakan semuanya tentang Diandra. Mau bagaimana pun juga, Fay sangat menyayangi Diandra seperti saudaranya sendiri. Dan tak ingin sesuatu yang berlebihan terjadi padanya.

Bukan dia tidak menyukai Diandra dekat dengan Reggie, tapi Fay sangat khawatir apabila mereka berdua saling melibatkan hati dan perasaan, sementara Diandra sudah di jodohkan oleh orangtuanya. Itu pasti akan melibatkan banyak hati yang terluka.

Sementara Fay sendiri belum tahu status Reggie seperti apa. Entah masih single atau sudah punya pasangan. Karena kalau Reggie sudah punya pasangan, itu akan menjadi boomerang bagi keduanya apabila cinta mereka terlanjur bersemi dan tumbuh tanpa disadari.

Fay ingin agar Ardi membantunya mencari tahu fakta tentang seorang Reggie Kaivan tersebut. Apa statusnya dan darimana asalnya?

"Duh .. Si Ardi kemana, sih? Kalau lagi genting kayak gini aja, susah banget nyarinya. Ilang kemana dia, ya?" gerutu Fay merasa kesal karena sudah mencari di setiap penjuru, tapi belum juga menemukan Ardi.

Beberapa menit kemudian, Fay menghentikan langkahnya begitu dia menemukan orang yang sejak tadi dia cari.

"Nah .. tuh dia manusianya. Akhirnya ketemu juga," seru Fay saat melihat Ardi keluar dari kantin kampus mereka.

Dengan sedikit berlari, Fay menghampiri Ardi sambil berteriak memanggil namanya. Namun Ardi tak sedikitpun menoleh dan membuat Fay langsung berlari kencang untuk mengejarnya. Begitu sampai di hadapan Ardi, Fay langsung membungkuk memegangi lutut dan mengatur nafasnya yang tak beraturan akibat berlari.

"Woi ... kenapa lari-lari kayak kesetanan?" tanya Ardi keheranan sambil menepuk pundak Fay yang masih membungkuk dengan nafas yang ngos-ngosan.

Setelah berhasil mengontrol kembali nafasnya, Fay berdiri dan hendak memarahi Ardi karena tidak menghiraukan panggilannya. Namun, Fay segera menyadari apa penyebab Ardi tiba-tiba budeg.

"Oh ... pantesan mendadak budeg, diteriaki dari tadi juga nggak nengok-nengok, ternyata ini penyebabnya?" seru Fay dengan jengkelnya dan segera menarik kabel headset yang menempel di kedua telinga Ardi.

"Adudududuh .." pekik Ardi yang kaget karena headsetnya ditarik paksa oleh Fay.

"Kamu kenapa sih, Fay?" tanya Ardi keheranan.

"Ada berita penting, nih," bisik Fay.

Ardi yang masih keheranan, langsung bertanya, "Apaan?"

"Kayaknya Diandra lagi jatuh cinta, deh," ungkap Fay sangat pelan.

"Ya .. bagus, dong. Kok malah kamu seperti kebakaran jenggot gitu? Ini tuh artinya, dia masih normal. Bukannya ini berita gembira, kalau dia udah mulai jatuh cinta sama tunangannya?" ujar Ardi dengan santai.

"Tapi, Arrrrrr .. ini bukan sama tunangannya," lirih Fay.

"Hah? Terus sama siapa, dong? Nggak mungkin sama aku, 'kan?" tanya Ardi bingung.

"Ishhh ... kepedean banget sih, kamu," sungut Fay sambil mendelik ke arah Ardi yang sedang cengengesan. "Diandra suka sama Reggie --Manager Book Store itu," ungkap Fay dengan pandangannya yang menerawang entah kemana.

"Kamu yakin, Fay? Dari mana kamu, tahu?" tanya Ardi lagi dengan nada tak percaya.

Fay pun akhirnya menceritakan perihal kemarin dan sikap Diandra yang mendadak kurang waras hanya gara-gara dapet nomor W******p-nya Reggie. Fay khawatir jika cinta mereka bersemi di kemudian hari, tanpa tahu bebet-bibit-bobotnya Reggie.

Fay minta tolong pada Ardi untuk menyelidiki, siapa sebenarnya Reggie. Apakah dia masih lajang, sudah punya tunangan, atau mungkin sudah menikah? Fay hanya tidak ingin sahabatnya terluka di kemudian hari. Dan dengan senang hati, Ardi pun menyetujui permintaan Fay untuk mencari tahu tentang Reggie.

Seperti dugaan Fay, bahwa Ardi pasti mau membantunya. Karena sama halnya seperti Fay, Ardi juga sangat menyayangi Diandra seperti adiknya sendiri. Karena di antara ketiganya, Ardi-lah yang paling dewasa dan usianya di atas kedua sahabat wanitanya itu. Usia mereka hanya terpaut satu tahun berurutan. Jadi, Ardi seperti kakak tertua bagi kedua sahabatnya itu. Sementara Diandra adalah adik bungsu mereka yang kadang kelakuannya paling tengil dan suka bikin rusuh.

Sedangkan Fay, meskipun suaranya melengking bagaikan toa Mesjid, tapi hatinya sangat lembut. Dia selalu bijak dalam menyikapi masalah di antara ketiganya, yang terkadang -khususnya mereka berdua- masih seperti anak kecil yang suka bertengkar karena hal sepele. Fay lah yang mengambil posisi menyatukan kembali.

"Wah ... Aku jadi detektif dadakan, nih. Harus bergaya dulu lah, kalau gitu. Biar keren," celetuk Ardi yang tiba-tiba mampir ke penjual kacamata yang mangkal di trotoar jalan.

Dengan keheranan, Fay hanya memperhatikan tingkah Ardi dan tak sedikitpun berniat mencari tahu apa yang akan Ardi lakukan dengan kacamata itu.

"Loh, ini kenapa tiba-tiba gelap sih? Perasaan tadi panas. Apa ada gerhana matahari, ya?" seru Ardi yang tiba-tiba panik sendiri.

Fay yang sejak tadi cuek , langsung menoleh ke arah Ardi yang sedang heboh sendiri . Tak lama kemudian, Fay tertawa cekikikan setelah menyadari apa yang terjadi pada Ardi, dan membuat Ardi semakin kebingungan.

"Haduh, Ar ... kamu ini ngelucu atau emang norak, sih? Itu karena kacamatanya yang warna item, Bambang, bukan karena gerhana matahari," sahut Fay dengan di iringi suara tawa yang sangat melengking.

Dengan tergesa, Ardi pun segera mencopot kacamatanya. Dan benar saja, ternyata .. oh, ternyata .. kacamata yang dia gunakan itu berwarna hitam pekat yang biasa di pakai oleh para penyandang tunanetra.

"Hehehe ... ternyata aku salah ngambil. Kirain beneran ada gerhana matahari," ucap Ardi cengengesan sambil menahan malu atas kekonyolannya barusan, yang ternyata mendadak jadi pusat perhatian orang-orang disekitarnya, dan sontak membuat Fay kembali tertawa terpingkal-pingkal.

"Udah ah yuk kita lanjut lagi maen detektif-detektifannya," ajak Fay sambil menarik topi hoodie Ardi dari arah belakang setengah menyeretnya.

"Wooyyy... Tunggulah, aku kan mau nyari kacamata dulu biar kaya detektif beneran," seru Ardi dengan susah payah berusaha melepaskan diri dari cengkraman Fay yang menyeretnya.

Sementara Fay tak bergeming dengan gerutuan Ardi yang merengek minta di lepaskan, hingga akhirnya Ardi pun pasrah mengikuti Fay yang terus berjalan sambil menarik-narik bajunya dari belakang, mau tidak mau Ardi pun mengikuti langkahnya dengan kesusahan berjalan mundur.

"Mbeeee ... mbee," protes Ardi lagi dengan suara mirip kambing.

Fay tak memedulikan tingkah Ardi yang memang konyol, dibalik wajahnya Fay mengulum senyum, hingga akhirnya melepaskan cengkramannya di baju Ardi, yang kemudian berjalan berdampingan dengannya.

"Kita mau kemana?" Tanya Ardi linglung.

"Ke warnet," jawab Fay singkat. 

"Ngapain?"

"Gimana sih kamu, ko mendadak pikun? Kan kita lagi nyari tau asal usul pak Reagie, kita cari tau data pribadi atau biodata nya pak Reggie di warnet," Gerutu Fay merasa kesal terhadap Ardi yang kadang-kadang kumat lolanya.

"Sepertinya otak aku berputar gegara kamu seret tadi," Keluh Ardi yang entah apa maksudnya, dan Fay pun sudah tak menanggapinya lagi.

"Kayaknya kita ga bisa deh ngandelin informasi dari warnet, mendingan kita cari tau aja secara real, kita harus cari tau orang-orang terdekat pak Reggie," Ungkap Ardi yang kini mulai fokus dengan tujuannnya.

"Ya sih benar, tapi setidaknya kita harus tau dulu alamat tempat tinggalnya atau apappun itu yang berkaitan dengan pak Reggie," timpal Fay, yang hanya mendapat anggukan dari Ardi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status