Beberapa bulan kemudian ...
Diandra dan Reggie masih menjalin komunikasi. Hanya saja mereka berkomunikasi via telpon dan chat, tanpa ketemu langsung lagi.
Setelah pertemuan mereka beberapa bulan yang lalu, Reggie tidak pernah lagi muncul di hadapan Diandra. Jangankan ketemuan, Diandra pun tidak mengetahui dimana keberadaan Reggie. Karena Reggie tidak pernah memberitahukan dimana ia ditugaskan. Diandra yang merasa kehilangan kekasihnya menjadi tak bersemangat untuk melanjutkan karya tulisnya.
Suatu hari Diandra mencoba menelpon Reggie, karena gejolak rindu di dadanya seakan tak terbendung lagi.
"Assalamualaikum, Abang?" sapa Diandra saat telponnya di angkat.
"Waalaikumsalam," jawab suara di sebrang telpon.
"Abang apa kabar?" tanya Diandra sangat hati-hati.
"Alhamdulillah baik. Kabar kamu sendiri gimana?" jawab Reggie dan balik bertanya tentang keadaan Diandra.
"Alhamdulillah, aku juga baik, Bang," ucap Diandra kembali berbunga setelah mendengar suara orang yang dia rindukan.
"Abang sibuk, ya?" tanya Diandra lagi.
"Iya nih, aku lagi banyak tugas," jawab Reggie datar.
"Oh ... aku ganggu ya, Bang? Maaf .." ucap Diandra merasa bersalah.
"Ah .. nggak, kok. Ada apa?" tanya Reggie tak biasanya bertanya seperti itu yang membuat perasaan Diandra nggak karuan.
"Aku cuma rindu, Bang," ungkap Diandra to the point.
"Iya. Aku pun sama," jawab Reggie masih dengan suara yang datar.
"Kok nada suaranya gitu? Abang nggak kangen sama aku?" tanya Diandra memberanikan diri karena merasa ada yang janggal dari nada suara Reggie.
"Kangen, kok," jawab Reggie singkat.
"Kenapa Abang nggak pernah nemuin aku lagi? Bahkan sekarang udah jarang menghubungin aku. Apa aku punya salah? Kalau emang aku punya salah, aku minta maaf. Tolong kasih tahu aku, aku harus apa?" tanya Diandra panjang lebar.
"Maumu kayak gimana?" Reggie balik bertanya seolah tak mengerti.
"Loh .. kok malah nanya balik? Pertanyaanku, aku harus gimana?" ucap Diandra dengan suara bergetar menahan sesak di dada yang tiba-tiba menyeruak.
"Jawab aja dulu pertanyaan aku yang kemarin!" titah Reggie lembut.
"Kan udah aku jawab tadi, di tulisan yang aku kirim ke Abang. Masak harus jawab lagi? Abang yang jawab, kenapa, Bang?" rengek Diandra.
"Aku ..." suara Reggie tertahan.
Sementara Diandra menanti jawaban dengan rasa cemas.
"Aku nggak mau nyakitin kamu," lirih Reggie pelan.
"Jadi, kita jalani kehidupan masing-masing, gitu?" tanya Diandra yang tiba-tiba merasakan sesak di dalam hatinya.
"Kamu itu penting dan berarti buat aku. Aku nggak mau nyakitin kamu karena keadaan," ucap Reggie dengan suara yang terdengar serak.
"Kalau soal keadaan, aku udah terbiasa. Aku hanya ingin tahu, gimana perasaan Abang sama aku? Apapun itu, bilang aja!" cecar Diandra seakan ingin mengorek isi hati Reggie.
"Tadi aku sudah bilang 'kan, kamu itu penting dan berarti buat aku," jawab Reggie mencoba meyakinkan Diandra.
"Bang Reggie .. aku sayang sama kamu. Aku cinta, ah .. itu pokoknya. Aku nggak bermaksud ngerusak kebahagiaan Abang dan dia disana dengan perasaan yang aku punya, tapi aku nggak bisa nyimpen perasaan ini. Meskipun aku tahu ini salah, paling nggak .. Abang udah tahu perasaan aku kayak gimana."
"Dan sekarang aku cuma pengen tahu, aku harus gimana? Apa aku harus ngebuang perasaan ini dan menganggap rasa ini nggak pernah ada?" ungkap Diandra panjang lebar.
"Aku .." ucapan Reggie menggantung.
"Apa, Bang?" tanya Diandra dengan tak sabarnya ingin mendengar penjelasan Reggie.
"Sebentar ..." ucap Reggie kemudian hening sesaat.
"Diandra? Lah .. udah tidur, ya?" tanya Reggie kemudian.
"Aku nunggu, Bang," jawab Diandra dengan segera.
"Aku ... aku nggak mau nyakitin perasaan kamu dan juga tunangan kamu," ungkap Reggie lirih.
"Aku juga, Bang," jawab Diandra yang kini suaranya diiringi dengan isak tangis. "Maaf, aku udah lancang ngungkapin semuanya!" ucap Diandra lagi.
"Kamu juga pasti bisa baca isi hatiku," ucap Reggie pelan. "Apa yang kamu harapkan dariku?" tanya Reggie kemudian.
"Aku cuma berharap jadi salah satu orang yang berarti dalam hidupmu, menjadi salah satu orang yang kamu anggap keberadaannya, menjadi salah satu orang yang kamu cari dan kamu rindukan saat aku nggak ada di dekatmu. Itu yang aku harapkan," jawab Diandra panjang lebar dengan kembali bersemangat.
Sementara Reggie hanya memamerkan senyum yang tak bisa di lihat oleh Diandra.
"Seandainya kamu ada di dekat sini," ucap Reggie menggoda Diandra.
"Emang kalau jauh kenapa? 'Kan Abang sendiri yang tiba-tiba jauh?" tanya Diandra malah menanggapinya dengan serius.
"Kalau jauh, aku nggak bisa ngapa-ngapain kamu," goda Reggie lagi.
"Nggak bisa ngapa-ngapain?" tanya Diandra bingung.
"Iya. Nggak bisa ngacak-ngacakin rambut kamu, nggak bisa narik hidung pesek kamu. Hehe ..." ujar Reggie sambil tertawa kecil.
"Dasar, Abang ..." ucap Diandra kumat lagi manjanya.
"Kalau kamu di Makasar, bisa lah aku samperin," ucap Reggie.
"Makasar? Emangnya sekarang Abang di tugaskan di Makasar?" tanya Diandra seakan tak percaya sejauh itu jarak yang memisahkan mereka.
"Kan aku udah pernah bilang, kalau aku ditugaskan berpindah-pindah. Jadi aku nggak menetap di satu tempat aja," jawab Reggie menjelaskan.
"Tapi kalau aku ke Makasar, aku harus naik kapal laut, dong?" tanya Diandra.
"Iya, dong. Aku suka, naik kapal laut," jawab Reggie.
"Suka, kok sama kapal laut? Bukannya suka sama aku?" tanya Diandra dengan manjanya.
"Kamu beda, Diandra," ucap Reggie lembut penuh kasih.
"Tapi aku nggak suka kapal laut, aku sukanya dia," ujar Diandra.
"Dia?" tanya Reggie heran.
"Iya, dia yang inisialnya R," jawab Diandra yang malah ngajakin main teka teki.
"Roma Irama?" tebak Reggie jail.
"Ishh .. Abang mah, gitu," gerutu Diandra yang membuat Reggie merasa gemas.
"Rasanya ingin sekali narik hidungmu, Diandra. Gemesin ..." ucap Reggie greget.
"Abang pikir hidung aku toge, bisa di cabut?" gerutu Diandra lagi, kali ini cukup membuat Reggie terbahak.
"Abang, aku boleh cemburu nggak sama tunangan Abang?" tanya Diandra yang tiba-tiba serius.
Sementara di sebrang telpon, Reggie menautkan kedua alisnya menandakan kebingungan.
"Kamu nggak perlu cemburu, karena kamu punya tempat istimewa di hatiku," ucap Reggie tulus.
Sementara Diandra merasa dirinya mendadak pindah ke bulan saking bahagianya. Dia memiliki tempat yang istimewa di hati seorang Manager muda sekaligus guru les privat kepenulisan yang berkelas, Reggie Kaivan.
"Bagaimana dengan kekasihnya? Apakah bang Reggie tak mencintainya, sehingga mengatakan bahwa aku paling istimewa di hatinya? Atau... ini hanya strategi buayanya dia? Ahh... aku tak peduli, mau dia buaya, atau biawak, bahkan kaum iguana sekalipun, yang jelas aku bahagia saat ini," Gumam Diandra seperti orang kerasukan berbicara sendiri.
"Kau benar-benar sudah buta Andra," celetuk suara melengking yang tiba-tiba muncul di belakangnya, entah sejak kapan.
"Kau ini Fay, membuatku kaget saja, sejak kapan kau menguping oembicaraanku?" tanya Diandra menutupi rasa keterkejutan nya atas kehadiran Fay.
"Sejak tadi," jawab Fay singkat.
"Hah? jadi... kamu...?" Diandra menghentikan pertanyaannya karena sudah mendapat jawaban secara langsung oleh anggukan Fay dengan santainya.
Seketika wajah Diandra berubah merah padam menahan malu, karena hubungan gelapnya dengan Reggie di ketahui sahabatnya yang berusaha ia sembunyikan.
"Mau sampai kapan kau gila seperti ini Ndra?" tanya Fay dengan raut wajah yang berbeda dari biasanya, sikap nya begitu dingin, jauh sekali dengan sifal asli Fay yang periang dan cerewet. Saking dingingnya sifat Fay membuat Diandra merinding dibuatnYa.
"Apa kau marah padaku Fay?" dengan sangat hati-hati Diandra bertanya pada sahabatnya.
Sementara Fay hanya menggeleng lemah, dan tanpa berucap ia berlalu pergi meninggalkan Diandra seorang diri di tempat itu.
** Teruntuk hati ..AKu tahu kau lelah dengan semua rasa iniRasa yang hanya bisa hadir di mimpi dan bayang-bayangmu saat iniRasa yang terkadang selalu menyiksamu di setiap malamRasa yang bagaikan ada namun tak terwujud Hati .. tetaplah tegar dan bersabarKarena aku yakin ada saatnya semua rasa risau itu akan hilang dan berganti dengan kebahagiaanHati .. tetaplah disana tunggu aku yang akan datang untuk memelukmu Saat cinta telah memilih, salahkah aku?Mungkin akalku tak nalar, jiwaku tak tenang, kegelisahan menjadi teman yang abadiItulah kebodohanku yang mencintaimuTapi jika mencintaimu adalah satu kebodohan, aku bangga dengan kebodohankuKarena aku tak mendengar kata orangAku hanya mengikuti perasaan dan kata hatikuAku hanyalah seonggok hati yg tersesat di raga yang salahMencintaimu bukanlah pilihanku, tapi hatiku Diandra ** Sejak saat itu mereka sudah tak berkomunikasi lagi. Reggi
Beberapa bulan kemudian ... Diandra dan Reggie masih menjalin komunikasi. Hanya saja mereka berkomunikasi via telpon dan chat, tanpa ketemu langsung lagi. Setelah pertemuan mereka beberapa bulan yang lalu, Reggie tidak pernah lagi muncul di hadapan Diandra. Jangankan ketemuan, Diandra pun tidak mengetahui dimana keberadaan Reggie. Karena Reggie tidak pernah memberitahukan dimana ia ditugaskan. Diandra yang merasa kehilangan kekasihnya menjadi tak bersemangat untuk melanjutkan karya tulisnya. Suatu hari Diandra mencoba menelpon Reggie, karena gejolak rindu di dadanya seakan tak terbendung lagi. "Assalamualaikum, Abang?" sapa Diandra saat telponnya di angkat. "Waalaikumsalam," jawab suara di sebrang telpon. "Abang apa kabar?" tanya Diandra sangat hati-hati. "Alhamdulillah baik. Kabar kamu sendiri gimana?" jawab Reggie dan balik bertanya tentang keadaan Diandra. "Alhamdulillah, aku juga baik, Bang," ucap Diandra kembali be
***Beberapa saat mereka saling terdiam. Reggie dan Diandra sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sementara Fay menanti obrolan selanjutnya dari mereka dengan harap-harap cemas."Aku ngerti kemana arah tujuan pembicaraan kamu," ucap Reggie kembali membuka obrolan yang sempat hening.Deg ...Hati Diandra dan juga Fay merasa semakin berdebar menanti jawaban Reggie."Kamu ingin aku jujur, 'kan?" tanya Reggie yang terdengar masih berusaha menenangkan diri. Sementara Diandra hanya mengangguk pasrah."Iya, aku emang udah punya tunangan, Diandra," lirih Reggie sambil tertunduk.Jleebb ...!Seakan ada ribuan belati yang menghujam jantung dan hati Diandra, dan sakitnya seakan patah seribu tulang."Padahal aku udah tahu, tapi kenapa sakit banget saat kalimat itu terucap langsung dari mulut Reggie?" batin Diandra berkecamuk."Maafin aku, Diandra. Aku nggak bermaksud bohongin kamu atau sengaja mainin perasaanmu. Ak
Keesokan harinya ..."Ardi ..." sapa Diandra sambil menepuk pundak sahabatnya, saat menemukan Ardi sedang makan siang di kantin."Apa sih, Ndra? Ganggu orang makan aja?" tanya Ardi dengan cueknya dan masih melahap hidangan favoritnya."Aku mau nanya sama kamu, tolong jawab jujur, ya!" pinta Diandra sambil menggeser kursi yang berada di hadapan Ardi."Iya, sok .. mau nanya apa?" tanya Ardi masih santai."Tentang Reggie," jawab Diandra serius.Ardi yang hendak menyantap mie ayam, mendadak menggantung dengan mulut menganga terbuka. Beberapa saat Ardi hanya mematung di posisi semula, sampai akhirnya Diandra membuyarkan aksi melongonya.Braaakkk ...!!!"Loncat ... kodok ... biawak ...!" seru Ardi mendadak latah saking kagetnya, saat meja tempat dia makan di gebrak oleh Diandra. Sampai mie ayam yang sedari tadi menggantung di tangannya loncat berhamburan."Kamu makan kodok sama biawak, Di?" tanya Diandra tanpa dosa."Gi
*****Di dalam kamar, Diandra seperti orang kesurupan. Guling sana .. guling sini yang sesekali dia tersenyum girang. Sementara Fay yang memperhatikan tingkah sahabat tersayangnya itu, hanya diam menatap dengan perasaan yang sulit digambarkan. Antara senang melihat temannya bisa jatuh cinta dengan normal pada lawan jenisnya, tapi juga sedih dengan fakta yang sudah diketahuinya."Andraaa ..." seru Fay mencoba memanggil Diandra yang sedang terlena dalam dunia barunya.Namun Diandra tak menggubris sedikitpun panggilan Fay, dan masih terus dengan kegilaannya."Diandraaa ..." sekali lagi Fay memanggil Diandra dengan menggunakan jurus suara andalannya yang melengking."Iya Fay, sayang. Ada apa, sih? Berisik, ah .." sungut Diandra yang merasa terganggu dengan ulahnya Fay."Kamu kenapa sih, Ndra? Kenapa sekarang kamu berubah kayak gini?" tanya Fay lirih.Dengan malas, Diandra bangun dari tidur ngasalnya, lalu ia pun berkata, "Aku nggak kenapa
***Sesampainya di taman -Telaga Sarangan-, Diandra celingukan mencari sosok pria yang selama beberapa ini ia rindukan. Tak berapa lama, dia pun menemukan sosok pria tersebut. Dia sedang duduk di sebuah kursi taman yang menghadap langsung ke air terjun di ujung telaga sambil membaca sebuah buku karya penulis terkenal.Diandra berjalan mengendap-endap, berharap bisa mengintip buku apa yang sedang Reggie baca dengan begitu serius."Nggak perlu mengendap seperti itu. Kalau kamu penasaran, tanya aja sama aku," celetuk Reggie yang seakan mengetahui kedatangan Diandra.Suara Reggie yang tiba-tiba itu cukup membuat Diandra hampir saja nyungsep ke depan dan semakin salah tingkah dibuatnya. Dengan tersipu malu, Diandra pun duduk di kursi samping Reggie."Maaf ya, lama nunggu!" ucap Diandra basa basi menghilangkan kegugupannya.Tak bisa dipungkiri, saat berhadapan langsung dengan Reggie, jantung Diandra seperti genderang yang mau perang. Begitupun den
***Pagi harinya, Diandra dan Fay sangat sibuk mempersiapkan jam kuliah pagi."Hari ini mata kuliah apa, sih?" tanya Diandra sambil mengacak-acak beberapa diktatnya dengan terburu-buru."Pengantar Filsafat, Ndra," jawab Fay dengan santainya."Duh, mata kuliah yang paling aku benci, tuh. Padahal 'kan kita sastra, kudu ya .. ada mata kuliah Filsafat?" gerutu Diandra sambil tangannya terus menggeledah meja dan lemari bukunya. Sementara Fay masa bodoh dengan omelan Diandra itu.Fay memang sudah mempersiapkannya sejak semalam. Berbeda dengan Diandra yang gedebak-gedebuk karena belum mempersiapkan apapun untuk kuliah hari ini. Dia terlalu sibuk chattingan dengan manager handsome sampai pagi. Alhasil .. Fay pun jadi ikutan sibuk membantu segala keperluan Diandra yang bangun sedikit terlambat."Kamu sih, mendadak bucin. Jadi lupa segalanya, 'kan?" gerutu Fay yang manyun dengan bibir mungilnya."Ssttt ... berisik. Niat bantuin nggak, sih
***Sementara di dalam ruang privasi Book Store -tempat favorit Diandra- dia tampak murung dan duduk seorang diri di meja paling pojok. Ternyata penyebabnya adalah karena hari ini Reggie tidak masuk kerja. Bukan karena sakit, tapi karena ternyata dia di tugaskan untuk mengurus projek di cabang kota lain oleh CEO Book Store ini.Diandra mengetahui hal tersebut dari pegawainya saat dia menanyakan sang Manager klimis, yang bahkan hingga menjelang sore yang di nanti tak juga muncul.Dreeet .. Dreeet .. Dreeet ..Tiba-tiba benda pipih yang bertuliskan 'OPPO' itu bergetar menandakan ada pesan masuk. Dengan segera Diandra membuka pesan tersebut, dan nama Reggie lah yang tertera disana. Seketika pipi Diandra bersemu merah saat membuka pesan itu."Assalamualaikum, Diandra!" tulis Reggie di pesan tersebut.Iya, ini adalah pertama kalinya Reggie mengirimkan pesan pada Diandra sejak mereka bertukar nomor."Waalaikumsalam, Bang," balas Diand
***Keesokan harinya, Fay sibuk mencari keberadaan Ardi karena dia ingin menceritakan semuanya tentang Diandra. Mau bagaimana pun juga, Fay sangat menyayangi Diandra seperti saudaranya sendiri. Dan tak ingin sesuatu yang berlebihan terjadi padanya.Bukan dia tidak menyukai Diandra dekat dengan Reggie, tapi Fay sangat khawatir apabila mereka berdua saling melibatkan hati dan perasaan, sementara Diandra sudah di jodohkan oleh orangtuanya. Itu pasti akan melibatkan banyak hati yang terluka.Sementara Fay sendiri belum tahu status Reggie seperti apa. Entah masih single atau sudah punya pasangan. Karena kalau Reggie sudah punya pasangan, itu akan menjadi boomerang bagi keduanya apabila cinta mereka terlanjur bersemi dan tumbuh tanpa disadari.Fay ingin agar Ardi membantunya mencari tahu fakta tentang seorang Reggie Kaivan tersebut. Apa statusnya dan darimana asalnya?"Duh .. Si Ardi kemana, sih? Kalau lagi genting kayak gini aja, susah banget nyarinya.