Share

7| Sienna Selalu Menghancurkan Pakaian Sean

Di kota Barcelona, Richard dan juga Jacqueline sedang duduk di kursi yang menghadap ke jendela yang menyuguhkan pemandangan kota Barcelona dari ketinggian lantai tiga puluh apartemen ini. Sejak tiba di kota ini beberapa jam yang lalu, Richard langsung disibukkan dengan beberapa pertemuan dan Jacqueline menemani suaminya dengan sangat sabar.

Mereka baru bisa beristirahat di apartemen yang beberapa tahun lalu dibeli oleh Richard.

“Kamu capek?” tanya Jacqueline sambil menyentuh lengan suaminya.

Richard tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Meskipun lelah, ia selalu merasa lebih baik setiap kali bersama dengan istrinya. “Kamu sudah menelepon Sean untuk menanyakan keadaan Bie?”

“Ya,” jawab Jacqueline.

Kali ini, raut wajah Jacqueline yang awalnya serius berubah menjadi lebih antusias dan penuh senyuman kegembiraan. Melihat raut kegembiraan itu, Richard mengubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Jacqueline.

“Kamu bahagia karena Bie tidak menangis?” tanya Richard, berusaha untuk mengetahui dari mana asal kegembiraan itu.

“Bie sangat kuat. Tapi, ada hal lain yang harus kamu tahu,” jawab Jacqueline. “Sean mengirimi aku foto. Lihat.”

Kemudian, Jacqueline mengeluarkan ponselnya dan memberikan gambar yang ia maksudkan. Richard menatap layar ponsel yang menampakkan gambar Sienna yang sedang menggendong Blaire. Tidak ada hal aneh dari gambar itu, dan ia tidak tahu apa yang membuat Jacqueline sangat senang.

“Bukankah Sienna sangat cocok dengan Sean?” tanya Jacqueline. “Aku melihat masa depan Sean akan menjadi seperti ini, sayang.”

“Jacqueline,” panggil Richard. “Aku tahu kalau kamu sangat dekat dengan Sienna. Tapi, kita semua tahu kalau Sienna dan Sean tidak akan pernah bersama. Sean sendiri yang mengatakan kalau dia menginginkan Ivanka untuk menjadi istrinya.”

Mendengar itu, Jacqueline menghela napas dan meletakkan ponselnya ke atas meja. “Aku cuma sedikit khawatir. Ivanka mungkin adalah seseorang yang Sean pilih. Tapi.. dia tidak pernah selalu ada untuk Sean.”

“...”

“Sienna dan Ivanka sama-sama sibuk, tapi selama ini hanya Sienna yang selalu ada di sisi anak kita, Richard. Aku mengatakan ini karena sudah hidup dengan kamu selama lebih dari dua puluh lima tahun. Sean memerlukan seorang wanita yang bisa berada di sisinya, sesibuk apapun dia,” kata Jacqueline lagi.

Jacqueline tahu kalau mungkin yang ia lakukan ini sangat berlebihan. Ia memaksa Sienna dan Sean untuk selalu bersama selama satu minggu ke depan. Namun, Ia tidak ingin Sean hanya mencintai wanita yang lebih mencintai pekerjaannya, daripada mencintai Sean.

Sementara Richard sekarang mengerti maksud dari ucapan istrinya. "Aku mengerti maksudmu."

"Aku tidak bisa menahan perasaanku, Richard. Aku harus bertindak sebelum semuanya terlambat."

"Terlambat?" tanya Richard.

"Ya. Walaupun mungkin pada akhirnya, semua ini tidak sesuai dengan keinginanku, setidaknya aku sudah bertindak yang terbaik," balas Jacqueline.

Richard menganggukkan kepalanya. Ia juga tahu kalau pada akhirnya, pria seperti mereka sangat memerlukan seorang wanita yang bisa selalu mencintai dan mendukung mereka.

Seperti dirinya yang tidak pernah bisa berjarak sedikitpun dengan Jacqueline, Sean juga harus memiliki tempat bersandar seperti itu. Sementara Ivanka, wanita itu selalu berkeinginan untuk mengejar cita-citanya, hingga terkadang lupa kalau wanita itu memiliki Sean untuk ia perhatikan.

“Mungkin karena mereka belum menikah,” kata Richard. “Mungkin, mereka ingin hidup dengan jalan mereka masing-masing sebelum akhirnya memutuskan untuk menyamakan jalan mereka, sayang.”

Meskipun enggan mengakuinya, namun Jacqueline merasa kalau ucapan suaminya itu benar. Mungkin, apa yang ia rasakan ini hanyalah keinginan sesaat.

Mungkin, ia memang harus membiarkan Sean memilih pendampingnya sendiri. Karena, ada banyak hal yang tidak bisa Sean pilih sendiri.

“Tapi, selama menunggu jawaban itu, aku akan terus mendekatkan Sienna dan Sean. aku ingin Sean memilih secara adil,” jawab Jacqueline dengan senyumannya.

***

“Itu Sean, kan?”

“Wah.. Gue enggak nyangka kalau sarapan pagi ini ditemenin sama ciptaan tuhan seindah ini..”

Sienna menatap ke sekitar mereka dan mendapati pandangan juga bisik-bisik dari hampir semua pengunjung yang datang di sini. Setelah menyelesaikan pertemuannya dengan rekan residennya, Sienna mengajak Sean untuk makan di sebuah restoran cepat saji karena perutnya sangat lapar sekarang.

Sienna yakin kalau sebelum pergi, dirinya sudah memakan banyak sekali pancake. Namun hanya berselang beberapa jam, perutnya sudah sangat lapar sekarang.

“Kamu tahu? Aku rasa makan di sini bukan hal yang bagus. Aku lupa kalau aku lagi jalan sama The Sexiest Man Alive dua tahun berturut-turut versi majalah People,” kata Sienna.

Sean yang pagi ini mengenakan kaus putih yang dipadukan dengan jaket berwarna hijau daun menatap Sienna, terlihat tidak terganggu dengan keributan yang berhasil ia timbulkan karena berada di sini.

“Tapi siapa cewek itu? Apa dia baby sitter nya Blaire?” tanya seseorang yang bisa didengar oleh mereka. “Tapi dia terlalu cantik gak sih buat jadi baby sitter?”

Sienna tertawa, membuat Blaire yang sedang duduk dan memainkan mainannya menatap Sienna dengan tatapan ingin tahu. Sienna pun berkata, “aku cuma dikira baby sitter di sebelah kamu.”

“Apa aku harus bilang kalau kamu adalah putri dari pemilik Mount-Sien Hospital Center?” tanya Sean.

Sienna membulatkan matanya. “Diem dan makan aja deh, Sean.”

“Cuma kamu yang makan dua ayam goreng di pagi hari setelah makan seratus pancake, Sienna.”

Kening Sienna berkerut. “Sebanyak itu?”

Pagi ini, Sienna tidak memakai riasan apapun. Dengan wajah yang tidak dirias, dengan rambut yang hanya digelung seadanya dan mulut yang penuh dengan ayam goreng, Sienna terlihat sangat cantik.

Ia jadi berpikir, pria manapun yang berhasil mendapatkan hatinya adalah pria yang sangat beruntung di dunia ini. Lalu satu detik kemudian, ia merasa kesal jika berpikir kalau ada pria yang akan mengisi hati sahabatnya ini.

Sepertinya, pria brengsek manapun itu tidak akan bisa mendapatkan hati Sienna dengan mudah. Ia sendiri yang akan memastikan hal itu. Kecuali sudah lulus dari kualifikasinya, tidak akan ada pria yang bisa mendekati Sienna.

“Sean,” panggil Sienna, membuat Sean membuyarkan lamunannya. “Kayaknya.. Aku tahu kenapa beberapa hari terakhir aku rakus banget.”

“Kamu memang selalu rakus, Sienna,” jawab Sean dengan tidak berperasaan.

“Bukan,” jawab Sienna. “Kayaknya aku dapet. Aku merasa ada sesuatu yang keluar.”

Meskipun ia adalah seorang lelaki tulen, namun pengalaman selama sepuluh tahun bersahabat dengan Sienna membuatnya tahu maksud dari ucapan wanita ini. “Apa sudah tembus?”

Perlahan, Sienna menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu.

“Biar aku cek,” kata Sean akan berdiri.

Melihat itu, Sienna memelototkan matanya. “Di tempat rame gini?”

Sienna tidak masalah jika Sean akan memeriksa apakah ada noda merah di kursinya. Namun, tidak boleh di tempat ramai seperti ini. Mereka sudah melewati batas antara pria dan wanita, namun yang mereka lakukan pasti akan terasa aneh di mata orang lain.

“Aku harus cuci tangan dan kita harus pergi. Tapi gimana?” tanya Sienna lagi.

Akhirnya, karena tidak boleh memeriksa kursi Sienna, Sean berdiri dan melepaskan jaket yang ia kenakan. Ternyata, hal yang ia lakukan justru membuat orang-orang yang sedari tadi memperhatikan mereka terkejut.

Beberapa wanita pun tidak bisa menyembunyikan pekikan terkejut mereka.

“God! Dia bener-bener seksi. Lengannya–”

“Gue bisa lihat perutnya yang berotot di balik kaus putih itu.”

Sekali lagi, Sean tidak menghiraukan keributan itu dan menyampirkan jaketnya di pinggang Sienna. “Kamu bisa cuci tangan sekarang.”

“Kamu gak apa-apa kalau Zegna ini kena darah aku?” tanya Sienna.

ia tahu kalau jaket ini adalah edisi terbatas dari merek Ermenegildo Zegna yang harganya sekitar tiga puluh juta rupiah.

Sean sedikit tersenyum dan tidak peduli dengan jaketnya yang akan rusak jika Sienna gunakan untuk menutupi tubuhnya. Lagipula, wanita ini sudah merusak tuksedo Armani miliknya dengan muntahan wanita itu. Sepertinya, Sienna memang memiliki keahlian untuk menghancurkan pakaian mahalnya.

“Tunggu,” kata Sienna pada akhirnya.

Ketika Sienna berdiri untuk mencuci tangannya, Blaire menangis dan mengulurkan tangan ke arah Sienna. Sepertinya, bayi berusia satu tahun itu berpikir kalau Sienna akan meninggalkannya, membuat Sean menggendong adiknya itu.

Setelah tangan Sienna bersih dan ia sudah mengeringkan tangannya, ia berlari dengan cepat dan segera mengambil Blaire dari gendongan Sean.

Kemudian, Sean mengambil tas Sienna dan mereka bertiga keluar dari restoran cepat saji.

“Mereka.. Kok.. hm.. Sean masih pacaran sama Ivanka, kan?” tanya seorang wanita yang sedari tadi diam dan memperhatikan apa yang baru saja terjadi.

“Gue bingung..” kata orang lainnya.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status