Share

Bab 7

Author: Zeya
last update Last Updated: 2025-10-11 13:26:40

Di dalam kamar, dengan suara televisi yang menyala begitu juga dengan ponsel milik Stevano. Tapi, cowok itu lebih sibuk dengan rokok dan segelas alkohol di tangan kirinya.

Raisha menghela napas panjang, dia tidak tahu apa yang ada di dalam otak cowok itu. Semua tingkah lakunya membuat Raisha terheran-heran, dia yang belum pernah melihat cowok dengan temperamental seburuk suaminya sering kali ingin menangis ketika mendengar suara bentakan dari suaminya itu.

"Kak, aku matiin televisinya, ya?" Raisha bertanya sambil meraih remot yang berada di nakas samping ranjang. "Boleh, kan?"

Namun, detik itu juga Raisha mendapat tatapan tajam dari Stevano hingga membuat cewek itu mengurungkan niatnya dan kembali meletakan remot di atas nakas.

Raisha memilih meringkuk naik ke atas kasur di samping cowok itu. Dia masuk ke dalam selimut tebal, begitu aroma asap rokok serta alkohol menyeruak ke dalam indra penciumannya.

Raisha merasakan perutnya bergejolak hebat, saat itulah dia tidak bisa menahan rasa mualnya. "Huek!"

Stevano reflek menoleh ke samping tempat istrinya berada, terlihat cewek itu sedang menutup mulutnya sendiri menggunakan telapak tangan kanannya.

Raisha beranjak turun dari ranjang lalu berlari menuju kamar mandi, dia membuka pintu dengan tergesa-gesa hingga tanpa sadar menimbulkan suara dentuman cukup keras.

Stevano berdecak melihat tingkah istri kecilnya, dia lupa jika Raisha kini sedang hamil muda. Dia pun segera menyingkirkan asbak, rokok, dan juga alkoholnya dari atas kasur ke tempat sampah.

Setelahnya, cowok itu berjalan menuju kamar mandi untuk mengecek istrinya. Begitu masuk, Stevano melihat Raisha tengah berjongkok dengan keringat dingin yang muncul di keningnya, bibir cewek itu sangat pucat begitu juga dengan wajahnya.

Stevano menatap sekilas tanpa ada niatan untuk membantu, lalu cowok itu meraih sikat gigi di wastafel dan mencuci wajahnya. Dari kaca wastafel, dia bisa melihat tubuh Raisha yang terlihat limbung.

Stevano meraih handuk dari lemari kecil di samping wastafel, dan mengeringkan wajahnya dengan cepat. Setelah selesai, dia menghela napas panjang lalu berjongkok dan mengangkat tubuh istrinya yang sudah pucat pasi ke dalam gendongannya.

"Dasar nyusahin mulu," cibir Stevano sebal.

Cowok itu keluar dari kamar mandi, lalu meletakan Raisha ke atas kasur dengan gerakan kasar. Stevano menatap malas istrinya, lalu melepas kaus yang dia kenakan.

Seketika tubuh berotot cowok itu terpampang jelas, dengan perut kotak-kotak yang berhias tato di bagian pinggangnya. Tato berbentuk kalajengking, menghiasi pinggang cowok itu.

Stevano naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Raisha, dia meletakan kedua tangannya di bawah kepala hingga memperlihatkan bagian ketiaknya yang sudah di cukur hingga bersih.

Raisha menoleh, dia menelan salivanya dengan susah payah. Tidak di pungkiri, kalau suaminya itu memiliki ketampanan melebihi rata-rata. Bahkan, menurutnya Stevano bisa di bilang cowok paling tampan setelah ayahnya di kehidupannya yang dulu.

Raisha menggeleng pelan, dia membulatkan tekadnya. Mengesampingkan gengsi yang di milikinya, dia berpikir secara realistis jika dia harus memanfaatkan semua situasi, Raisha memberanikan diri mendekati cowok itu.

Perlahan dia menggeser posisi rebahannya hingga jarak di antara mereka semakin tipis, Raisha mengangkat tangan kanannya lalu memeluk pinggang sang suami, Raisha bergerak dan meletakan kepalanya di bawah ketiak suaminya.

Hal itu tentu saja membuat cowok itu terkejut, dia berniat membentak Raisha tapi dia urungkan ketika cewek itu berkata. "Anak Kakak lagi mau di manja Ayahnya."

"Kalau mau modus bilang aja," sinis Stevano membuat pipi Raisha merona tanpa sadar.

Raisha menenggelamkan wajahnya di samping tubuh suaminya, menghirup aroma tubuh cowok itu dalam-dalam.

"Anak Kakak minta di elus," ujar Raisha malu-malu.

Stevano mendengus sebal, "Kalau modus tidak usah bawa-bawa anakku."

Raisha yang awalnya menyembunyikan wajahnya, kini langsung mendongak dan menarik lengan cowok itu sebagai bantal. Lalu, tanpa rasa malu dia menarik lengan Stevano yang satu lagi dan meletakannya di atas perutnya yang sudah sedikit membuncit.

Wajah Raisha semakin memerah, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. "Kak... elus..."

Stevano hanya melirik Raisha dengan ekor matanya, dia heran dari mana datangnya keberanian cewek itu. Ratusan orang yang pernah menjadi mantannya, tidak ada satupun yang berani melakukan hal seperti itu padanya. Kebanyakan dari mereka langsung takut, begitu bertatapan dengan mata cowok itu.

"Kak," rengek Raisha manja. "Nanti anaknya ngiler loh, karena tidak di turutin kemauannya."

Stevano menarik napas panjang, tak ayal dia akhirnya menuruti kemauan istrinya itu. Dia mengelus perut cewek itu pelan, gerakan tangan Stevano sesekali berhenti. Dia masih belum bisa percaya, jika di dalam perut cewek kecil itu ada darah dagingnya.

"Kak," panggil Raisha.

Namun, Stevano sama sekali tidak menjawab. Cowok itu memejamkan mata dengan tangan yang masih mengelus perut istrinya.

Tidak ingin menyerah begitu saja, Raisha kambali melontarkan pertanyaan. "Mama sama Raya... orangnya baik, kan?"

Seketika Stevano membuka kedua matanya, dan menghentikan gerakan tangannya di perut sang istri. Tubuh cowok itu menegang, seperti sangat terkejut mendapatkan pertanyaan tak terduga dari cewek itu.

Raisha yang sadar, langsung mendongak menatap wajah suaminya yang berjarak sangat dekat dengannya. "Kak, kok diam saja?"

"Jangan dekat-dekat sama mereka," ujar Stevano tidak terbantahkan.

Kening Raisha seketika berkerut, "Memang kenapa?"

"Pokoknya jangan dekat-dekat mereka, kalau kamu tidak mau kehilangan anak kita." Seru Stevano, nada suaranya naik beberapa oktaf hingga membuat Raisha langsung menundukkan kepalanya.

"Iya, iya. Aku tidak dekat-dekat mereka, tapi elusin anak kita lagi, Kak." Pinta Raisha tersenyum tipis.

Stevano tidak membantah, dia segera menuruti permintaan cewek itu dari pada dia mendengar rengekan dari istrinya yang menurutnya bisa memecahkan gendang telinganya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 13

    Hari telah berganti dan malam telah menjadi pagi, di parkiran sekolah terlihat para sahabat Stevano tengah bermain teka-teki sambil menunggu kedatangan pemuda itu. "Coba tebak, apa yang ada tapi tidak dianggap?" tanya Ryker pada Axel. "Apaan? Aku malas mikir." "Kamu, haha!" Ryker tertawa mengejek. "Sialan!" Axel menimpuk kepala Ryker cukup keras. Ryker terkekeh, menyisir rambutnya dengan jari saat melihat beberapa siswi lewat di depan mereka. Tapi tiba-tiba, tatapan mereka tertuju pada sosok Nathan dan Vera yang datang berboncengan. Begitu Vera turun dari motor Nathan, keduanya bergandengan tangan menghampiri Axel dan Ryker. Raut wajah keduanya menunjukan kebahagiaan, seakan baru saja mendapat jackpot hadiah. "Halo, sayangku!" seru Ryker pada Nathan, hampir saja membuat pemuda itu meninju kepalanya. "Cari pacar sana, biar motormu tidak kosong terus," ejek Nathan sambil merangkul Vera. "Enak aja! Kamu pikir cari pacar semudah cari kerupuk?" dengus Ryker. "Banyak, kok. Cari aj

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 12

    Jantung Raisha berdebar cepat, terlebih saat Stevano melingkarkan sebelah tangannya di pinggangnya yang sedikit berisi. Tidak dipungkiri, Raisha merasa senang. Ia tersenyum malu-malu lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya itu, kemudian mendongak menatap jakun Stevano yang naik turun setiap kali bernapas. Tanpa malu, Raisha mengangkat tangannya, mengelus lembut jakun Stevano. Dari jarak sedekat itu, baru kali ini ia menyadari betapa tegas dan seksinya wajah pria itu. Ia bahkan tidak pernah memikirkan bahwa tindakan cerobohnya tersebut bisa membuat Stevano bertindak seperti serigala yang lapar. Namun beberapa menit berlalu, Stevano masih terlihat tak terusik oleh gerakan tangan Raisha. Tanpa sadar, gadis itu mendekatkan wajahnya, mencium jakun Stevano, lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pria itu. Stevano tetap diam. Tak ada reaksi berarti seolah sentuhan lembut itu tidak menggugahnya sedikit pun. Ekspresinya tetap datar, matanya menatap lurus ke depan tanpa e

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 11

    Hening sejenak di antara mereka berdua. Raya menatap malas ke arah Raisha yang tampak bingung dengan ucapannya tadi. Raya berdecak, menunjuk ke arah Raisha. "Tadi siang, kamu sudah mengadu tentang kelakuan ibuku. Dan kamu pasti tahu kalau ibuku jadi kena amukan suamimu itu. Sekarang, kamu sudah menerima balasannya, kan?" Raisha yang muak dengan sikap Raya langsung mendekat. "Kamu sendiri, apa kamu nggak malu numpang di rumah suamiku?" Tatapan Raya yang semula diwarnai rasa puas langsung berubah sengit. Ia tersinggung oleh ucapan Raisha. "Bukan aku yang numpang, tapi kamu!" Raya menoyor kening Raisha kasar. "Dasar murahan! kamu rela naik ke ranjang Stevano lalu pura-pura hamil biar dia mau tanggung jawab. Dasar jalang nggak tahu diri--" Plak! Tanpa sempat diduga, Raisha menampar pipinya hingga sudut bibir Raya berdarah. Raya menyentuh pipinya yang berdenyut nyeri, masih terkejut dengan tamparan itu. Perasaan Raisha sangat sensitif hingga emosinya meledak begitu mendengar Raya m

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 10

    Raisha meraih tangan Stevano, lalu menggenggamnya saat mereka keluar dari dalam kamar. Dia bersenandung kecil sambil menggoyang-goyangkan tautan tangan mereka. Rasa canggung yang sempat dia rasakan kini sudah hilang. Raisha mulai merasa nyaman berada di dekat Stevano, bahkan perasaan itu lebih dalam dari yang bisa dia ungkapkan. Terlebih sekarang, Stevano tidak terlihat terganggu dengan semua tingkahnya yang bisa di bilang kekanakan. Saat mereka tiba di lantai satu, mereka langsung disambut oleh Kenzo dan Helena yang sudah duduk manis di meja makan. Namun ekspresi wajah mereka terlihat aneh yang membuat Raisha sedikit heran. Awalnya Stevano menolak untuk makan malam bersama, tapi ayahnya terus memaksa dan mengatakan ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan mereka berdua. Stevano menarik kasar kursi meja makan, lalu duduk bersebelahan dengan Raisha. Tatapan dinginnya tertuju pada ayahnya, yang kini juga sedang menatapnya. "Mau bicara apa sama aku?" tanya Stevano tanpa be

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 9

    Stevano memarkir motor sportnya di depan rumah Axel, lalu cowok itu berjalan memutari rumah menuju gasebo tempat ketiga sahabatnya sudah berkumpul. Sedangkan Raisha sudah di seret ke dalam kamar Vera begitu mereka tiba di rumah tersebut.Kedatangan Stevano langsung di sambut antusias oleh mereka bertiga, terutama Ryker yang langsung melambaikan tangannya tinggi-tinggi seperti mereka berada di tengah kerumunan banyak orang."Tumben jam segini wajahmu udah cemberut aja, Stev." Seru Nathan heran."Biasa abis banyak drama di rumah," jawab Stevano singkat, dia mengambil tempat duduk di samping Axel.Ryker terkekeh, "Kenapa nggak kamu lelang aja itu tante girang, Stev?""Benar, atau paketin aja ke sungai amazon biar di makan anaconda," imbuh Nathan."Atau jual aja di pasar gelap," sahut Ryker."Atau kamu kawinin aja sekalian, Ste-"Bugh.Detik itu juga Stevano menimpuk belakang kepala Axel yang berbicara ngawur, cowok itu membuang puntung rokoknya ke rumput. "Sana kamu aja yang kawin sama d

  • Terjebak Pernikahan Berduri   Bab 8

    "Mau ke mana kamu hah?" Raisha yang tengah menuruni anak tangga langsung berhenti, lalu menoleh ke arah ruang keluarga di mana ada sosok Helena, ibu mertuanya itu sedang membaca majalah sambil melemparkan tatapan tak suka padanya. "Mau ke dapur, Ma. Ambil buah." Jawab Raisha sopan, dia tidak ingin membuat keributan di rumah suaminya. "Eh, enak banget kamu makan makanan orang. Kalau mau buah, beli sendiri dong. Jangan karena kamu istrinya Stevano, kamu bisa seenaknya di rumah ini!" sinis Helena. Seketika wajah Raisha berubah cengo, dia baru paham maksud ucapan Evelyn dan Stevano padanya. Rupanya ibu tiri suaminya itu benar-benar rubah yang licik, harus Raisha akui bahwa akting wanita paruh baya itu sangat profesional sampai-sampai membuatnya hampir percaya bahwa dia wanita baik. Raisha merasa marah dan ingin menangis, dia tahu sejak dia berpindah tubuh dan hamil dia menjadi sangat cengeng, tidak di pungkiri semua itu karena hormon ibu hamil yang tinggi. Mata Raisha langsung berka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status