Share

Bab 2 Aku Bosnya Aku Bebas

last update Last Updated: 2024-02-02 12:21:49

"Celine, Presdir memanggilmu!"

"Lagi?"

Sedikit kesal rasanya mendengar kalimat perintah yang sama berulang kali. Sudah dua minggu dari kejadian di toko kue itu, tetapi agaknya dendam sang presdir belum surut juga.

Berulang kali Celine dipanggil. Entah ini sudah yang ke berapa kalinya. Padahal dirinya baru keluar dari ruangan itu sepuluh menit yang lalu.

Tak ingin mendapat masalah, Celine pun segera pergi ke ruangan Presdir yang terkenal diktator itu.

"Kali ini dia ingin aku mengerjakan apa lagi?" gumam Celine dengan bahu yang melorot.

Kendati begitu, gadis itu tetap mengulas senyum ketika menghadap sang presdir. Sementara Earl, pria itu hanya tersenyum tipis seraya menyodorkan sebuah map kepada Celine.

"Aku sudah mengatur posisi baru untukmu!" kata Earl.

Celine pun menerima map itu dan membacanya perlahan. Semuanya baik-baik saja sampai Celine tahu ke mana Earl melemparnya sekarang.

"Presdir, tolong jangan bercanda!" Matanya refleks memelotot.

Tentu saja kabar ini kabar buruk. Sebab, Earl berencana mengirimnya ke lapangan, di mana sedang terjadi konflik di sana.

Kabarnya, warga memiliki temperamen yang buruk karena menolak tanahnya dibeli oleh LLOYD GROUP. Mereka bahkan menyewa preman untuk menghalau siapapun yang masuk.

Dan sekarang Earl malah mengirimnya ke sana dan meminta Celine menyelesaikan masalah yang bahkan tak bisa diselesaikan oleh tim lapangannya yang elit. Kalau bukan bercanda, apa pria itu benar-benar berencana membunuhnya?

"Oh, kamu menolak?" Alis pria itu menukik tajam menatap Celine.

Tidak mau kalah, wajah gadis itu mengeras. Kali ini, dia bersikukuh menolak. "Tentu saja aku menolak. Kenapa kamu selalu memintaku menyelesaikan hal yang mustahil kulakukan?"

Hilang sudah sopan santun yang Celine pertahankan sebelumnya. Tapi Earl tidak peduli. Dia adalah pengambil keputusan sekaligus pemilik perusahaan. Dia bebas mengatur semuanya sesuka hatinya, bukan?

"Terserah aku memerintah kamu melakukan apa." Pria itu mendengus. “Di sini, aku bosnya.”

Pria itu pun bangkit dan mendekati Celine yang langsung terkena serangan mental hanya dengan mendengar suara sol sepatunya.

Tepat di samping Celine, Earl berhenti. Dia meletakkan tangannya di saku celana sembari berbisik pelan di telinga karyawan itu, "Tak apa kalau kamu menolak. Tapi bereskan barangmu dan angkat kaki dari tempat ini secepatnya!"

Setelah mengatakan kata-kata itu, Earl pun pergi meninggalkan Celine dengan kekesalannya.

Pada akhirnya, gadis itu memang tidak punya pilihan lain, selain menuruti bosnya yang otoriter. "Sialan!"

**

Keesokan harinya, Celine bergabung dengan timnya yang baru. Mereka akan melakukan negoisasi terakhir sesuai arahan Felix. Sayangnya tak ada kata sepakat meskipun mereka telah berdiskusi cukup lama.

Tepat saat itulah seorang pria yang merupakan pemilik lahan terluas dan berwatak paling keras berdiri.

Di saat Earl bersedia menambah biaya ganti rugi agar warga bersedia menjual tanahnya, pria itu justru menjanjikan sebaliknya.

“Aku yang akan membayar kalian, asalkan kalian tidak menjualnya pada mereka!” ujar pria itu begitu lantang.

Melihat semua orang sangat patuh padanya, Celine yakin bahwa pria itulah yang menjadi tetuanya di sini.

Pria itu kemudian memindai satu per satu utusan perusahaan, seraya berkata, "Tidak ada yang perlu dibicarakan. Kami tidak akan pernah menjualnya meskipun kalian menaikkan harganya!"

Seketika, Celine mulai ketakutan. Diskusi yang semula alot dan dingin itu kini berubah panas dengan orasi warga yang kompak mengusir mereka.

"Gawat, apa mereka akan membuat onar?"

Apa yang ditakutkan Celine pun terjadi. Hanya dengan satu aba-aba dari pria tetua itu, preman-preman yang sejak tadi menunggu di luar merangsek masuk untuk mengusir perawakilan perusahaan.

Di saat itulah, ketika dirinya nyaris terdorong … Celine berteriak. "Tunggu, mari kita bicarakan baik-baik!"

Sayang, suaranya yang tidak seberapa lantang dibanding berpuluh-puluh warga yang sedang mengamuk. Kericuhan pun tak dapat dihindari.

Tubuh Celine yang kecil pun terjepit di antara pria-pria berbadan besar. Salah satu sepatunya hilang entah ke mana dan dia terpisah dari timnya.

Lalu entah apa yang terjadi, tapi yang jelas Celine tersungkur setelah mendapat dorongan dari belakang.

"Hentikan!" teriak Celine.

Sayangnya, tak ada yang mendengar teriakannya. Karena kesal diperlakukan seperti itu, Celine pun melepas sepatunya yang tersisa.

Kemudian, dia menggunakan sepatu itu untuk memukul lantai sebagai ekspresi untuk menunjukkan kekesalannya.

"Kenapa kalian sangat kasar. Lihat saja nanti, aku pasti akan mengadukan perbuatan kalian pada papaku!" teriak Celine lagi.

Volume suara itu sebenarnya tidak lebih lantang dari sebelumnya. Tapi pria tetua itu justru memberikan respon tak terduga.

Hanya dengan mengangkat satu tangannya ke atas, tak ada seorang pun lagi yang berani bergerak. Pria itu bahkan mencari sumber suara dan mendapati Celine duduk melantai dengan wajah cemberut dan kondisi mengenaskan. Lututnya berdarah, seluruh tubuhnya sakit dan penampilannya acak-acakan.

Pandangan pria itu seketika berubah. Tidak ada pandangan garang seperti tadi dia memandang perwakilan perusahaan yang lain.

Namun, didekati tetua preman—setidaknya begitu Celine berpikiran, jantung gadis itu mulai berdegup cepat. Ada perasaan takut, kalau-kalau pria itu akan berbuat hal jahat padanya.

"Mau apa pria ini?" batin Celine.

Tidak lama, pria itu berlutut hadapan Celine dan menyibak poni untuk melihat sesuatu di pucuk rambutnya. Semua warga yang melihat kompak menunjukkan ekspresi bingungnya melihat sang pemimpin bersikap tidak biasa.

Sebuah senyum pun terukir di sudut-sudut bibir pria itu ketika melihat sebuah bekas luka di dahi Celine. Ada sorot kerinduan yang terpancar di sana, seolah mereka pernah mengenal dan terpisah cukup lama.

‘K-kenapa dia memandangku seperti itu?’ Celine tidak kuasa bertanya-tanya.

Di luar dugaan, pria itu mengulurkan tangannya yang penuh dengan bekas luka ke kepala Celine. Tatapan matanya semakin melembut, seiring suaranya yang begitu menenangkan. "Celine, bagaimana kabar ayahmu?"

"I-itu … darimana paman tahu namaku?"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 24 Kecil dan Sederhana

    "Apa kamu melihat ekspresi tanteku?" Di balik kemudi itu, Earl tak bisa menahan tawa. Apalagi setelah mengingat bagaimana ekspresi Laudya dan Chintya saat mereka melihat bekas gigitan Earl di leher Celine."Lain kali, kita harus sering-sering melakukannya, Celine!" pinta Earl.Sepertinya, pria itu masih larut dalam euforia. Sangat berbeda dengan Celine yang tampak biasa saja. "Tidak mau!" tolak Celine.Gadis itu melihat lehernya yang kemerahan dari sebuah cermin berukuran kecil. Lalu mengambil ponsel miliknya dan mencari tutorial untuk menghilangkan bekas itu di internet.Earl yang saat ini sedang menyetir pun langsung menoleh begitu mendengar penolakan. "Apa kamu pikir kamu bisa menolak?" tanyanya.Pria itu tersenyum tipis, lalu kembali melihat ke depan. "Ingat, Celine. Kita sudah sepakat. Jadi tolong kerjasamanya, okay?"Untuk beberapa detik, suasana menjadi hening. Earl fokus menyetir sementara Celine menyimpan ponselnya ke dalam tas."Iya, aku tahu!" Celine menoleh. Memberikan lir

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 23 Tato dari Earl

    "Ah. I-itu ... " Celine segera menarik tangannya. Menggaruk pipinya yang tidak gatal dan bertingkah seolah tidak pernah menyentuh apapun. "Sebenarnya, aku hanya ... ""Menggodaku?" potong Earl.Pria itu bangkit dan mendekati Celine. Tak apa kalau hanya mendekat. Masalahnya, pria itu malah memamerkan tubuh atletisnya tanpa rasa malu.Bahkan, secara terang-terangan menarik tangan Celine agar Celine menyentuh perut itu untuk yang kedua kali. "Jangan khawatir, aku tidak akan tergoda. Jadi, kalau mau menyentuh, silahkan saja!""Siapa juga yang mau menggodamu." Celine kembali menarik tangannya. Lalu pergi membereskan barang-barangnya yang tak seberapa. "Oh, benarkah?" tanya Earl.Sepertinya, pria itu akan terus bertanya sampai mendapat jawaban yang dia inginkan. Tapi, Celine tidak perlu menjawab pertanyaan itu karena waktu yang semakin mepet.Wanita itu tersenyum lebar. Menunjuk kearah jam dinding sembari berkata, "Presdir, bukankah sebaiknya kamu segera mandi? Mereka sudah menunggu, lho!"

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 22 Apa yang Kamu Lakukan, Celine?

    Pagi itu, matahari sudah mulai meninggi. Tapi tak ada tanda-tanda kalau sepasang pengantin itu akan membuka mata. Entah Celine atau Earl, dua-duanya masih terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.Di atas ranjang berukuran besar itu, Earl tidur di sisi kanan. Pria itu menelungkupkan tubuhnya dengan posisi kepala menoleh ke kiri. Hening ... dan tak ada suara. Yang ada hanyalah hembusan nafas yang nyaris tak terdengar.Tapi, tiba-tiba ... dering alarm berbunyi."Apa itu?" Setengah sadar, Earl meraih ponselnya. Tapi ponsel itu gelap. "Bukan punyaku? Lalu punya siapa?"Bingung, pria itu diam sesaat. Dan setelah lima detik, akhirnya dia ingat kalau dia tidak sendirian. "Ah, pasti itu milik Celine."Earl pun menoleh dan membangunkan Celine. "Celine, matikan alarmnya. Berisik, tahu?"Tapi, Earl dikejutkan dengan posisi tidur Celine yang tak biasa. Seharusnya Earl melihat wajah Celine, atau mungkin rambutnya karena gadis itu tidur di sampingnya. Namun, bukan itu yang Earl lihat. Gadis itu meringk

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 21 Tolong Ajari Aku, Celine!

    "Ti-tidur denganku?" Tiba-tiba Celine gugup, sementara otak kecilnya mulai berpikiran liar.Saat Earl mengambil bantalnya tadi, Celine pikir pria itu akan mengusirnya pindah ke sofa. Siapa yang menyangka pria itu malah ingin tidur dengannya di ranjang yang sama?"Tapi aku tidak mau tidur denganmu." Meskipun sudah mengucapkan itu, nyatanya Celine masih duduk manis di ranjang. Sementara Earl pura-pura tidak mendengar.Pria itu sibuk menata bantalnya. Kemudian mencari posisi yang nyaman dengan duduk bersandar. "Apa kamu mau lanjut menonton, Celine?" tawarnya."Hah?" Celine melongo.Mana mungkin Celine menjawab 'iya'? Mereka berdua sama-sama normal. Bagaimana kalau mereka terbawa suasana lalu ingin mencobanya?"Tidak mau!" tolak Celine."Tidak mau?" Earl menoleh. Lalu kembali melihat ke arah layar. "Ya sudah. Kalau begitu aku akan menontonnya sendiri. Kalau kamu ngantuk, kamu tidur saja duluan," kata Earl sembari menepuk-nepuk kasur menggunakan tangan kanannya.Pria itu tersentum tipis, me

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 20 Hadiah Pernikahan dari Teman Lama

    "Aku sudah selesai."Keluar dari kamar mandi, Celine mendapati Earl mengambil baju ganti. Rambutnya acak-acakan, tapi penampilannya yang seperti itu justru membuatnya terlihat ganteng maksimal.Sadar diperhatikan, Earl pun menoleh dan bertanya, "Ada apa?""Ah. Oh, tidak kok! Tidak ada apa-apa." Celine, berpaling. Bersiul meskipun tak ada suara siulan dari mulutnya."Lalu, kenapa kamu melihatku seperti itu?" Seperti biasa, Earl mulai kesal.Pria itu hampir menyentil dahi Celine. Tapi, sebelum Earl melakukannya, Celine sudah lebih dulu menutupi dahinya. "Aku hanya ingin bertanya, apa kamu butuh bantuanku?"Dengan cepat, Earl menggeleng. "Tidak. Lain kali saja!""Kalau kamu butuh bantuan, katakan saja!" Celine mendekatkan diri. Memeluk pria itu dan berbisik, "Aku kan istrimu.""Sudah kubilang tidak perlu." Earl melepas tangan Celine yang melingkar di perut atletisnya. Sepertinya dia mulai kewalahan menghadapi tingkah Celine yang semakin bar-bar.Akhirnya, Earl pergi ke kamar mandi. Sement

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 19 Malam Pertama

    "Aku duluan!" teriak Celine."Tidak bisa. Aku duluan!" Earl bersikeras.Di kamar pengantin yang penuh bunga itu, jangankan adegan romantis, sifat malu-malu kucing antara Earl dan Celine pun tak terlihat. Sebaliknya, mereka malah berdebat untuk menentukan siapa yang akan menggunakan kamar mandi duluan."Apa kamu tidak tahu kata pepatah, sayang?" Celine mulai naik darah. Gadis itu meletakkan ujung gaunnya yang berat. Berdiri di ambang pintu agar Earl tidak mendahuluinya. "Ladies first. Kamu tahu artinya, kan?"Earl tersenyum tipis, lalu mendesis pelan. Candaan macam apa itu. Tentu saja dia tahu. Tapi masalahnya, Earl tidak sanggup lagi menahan panggilan alam yang sejak tadi dia tahan.Pelan-pelan, Earl menyingkirkan gaun Celine yang menjuntai. "Aku tahu, sayang." Pria itu melewati Celine, menjangkau kloset yang terletak beberapa langkah di belakang Celine. "Tapi aku kebelet pipis," katanya."Astaga!" Celine memelotot. Terkejut melihat Earl mulai menarik resleting celananya. Celine pun be

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 18 Pesta Pernikahan

    Satu bulan kemudian.Tak terasa, hari pernikahan itu pun tiba. Acara pernikahan itu sendiri digelar disebuah ballroom hotel berbintang sesuai permintaan Andreas Sanders.Beberapa hari sebelum pesta digelar, Andreas sempat mendatangi Celine secara pribadi. Pria itu meminta maaf karena pesta pernikahan antara Earl dan dirinya diselenggarakan secara sederhana karena kurangnya waktu persiapan.Faktanya, Celine tidak menemukan apa pun yang terlihat sederhana. Semuanya terlihat sangat mewah, bahkan meskipun itu hanya sebuah gelas. Fantastis. Hanya kata itulah yang bisa menggambarkan betapa megahnya pesta pernikahan hari ini."Ya Tuhan, kakek memang tahu bagaimana caranya menghamburkan uang." Celine melirik Jehian yang saat ini berdiri di sampingnya. "Iya, kan, Paman?""Iya." Jehian mengangguk, lalu menoleh ke arah Celine. "Bukankah lebih baik kalau kamu benar-benar mengandung anak Earl, Celine? Dengan begitu, tak akan ada satupun mendung yang menghalangi masa depanmu yang cerah."Celine han

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 17 Syarat Jika Ingin Menikah

    "Kenapa?" tanya Celine.Gadis itu memandang Jehian dan Hilda lekat-lekat. Suaranya bergetar, bersamaan dengan buliran air yang mulai menggenang di sudut mata. "Kenapa kalian tidak mau mengerti?" Agaknya, gadis itu kecewa. Celine marah, tapi tidak berani membantah. Dan itu membuat Jehian serba salah."Bukan seperti itu, Celine!" Jehian menghela nafas, lalu menyeka air mata Celine yang nyaris tumpah. "Membiayai pengobatan ayahmu, paman masih sanggup. Paman juga berjanji akan membantumu menemukan Baldwin jika itu yang kamu mau. Jadi, mari kita pikirkan cara lain dan jangan menikah dengannya meskipun itu hanya pura-pura."Seketika, Celine menggigit ujung bibirnya. Gadis itu menundukkan kepalanya semakin dalam, sembari mengenang pertemuan pertamanya dengan Jehian. Sejak hari itu, Jehian selalu membantunya.Jehian tidak hanya memindahkan ayahnya ke rumah sakit yang lebih besar, tapi juga melunasi semua hutang ayahnya. Pria itu bahkan meminta Celine tinggal di rumahnya meskipun Celine menola

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan CEO Arogan   Bab 16 Kembalikan Air Mataku, Paman!

    Entah itu Earl ataupun Celine, dua-duanya langsung turun dari mobil. Perasaan Celine jadi tak menentu, apalagi setelah melihat tiga buah motor besar yang terparkir di halaman samping rumahnya. "Jangan-jangan ... "Celine segera berlari-takut. Mengira Hilda diam-diam meminjam uang kepada rentenir untuk membantu biaya pengobatan ayahnya dan tidak sanggup membayar hutang itu."Sialan!" Celine mendengus pelan. "Lihat saja, aku tidak akan pernah memaafkanmu kalau kamu berani melukai bibiku."Dalam situasi genting itu, nyatanya Celine masih bisa berpikiran jernih. Dia tidak lupa bahwa dia tidak datang sendirian. "Presdir, ayo masuk!""Aku akan segera menyusul!" sahut Earl.Celine pun menoleh. Mendapati Earl sibuk memperhatikan ketiga motor besar itu. Yah, Earl memang tidak mengenal dua motor lainnya. Tapi untuk motor yang terparkir di tengah itu, Earl sepertinya tahu siapa pemiliknya.Kecuali, pemilik yang lama menjual motor itu kepada orang lain. "Apa yang dia lakukan disini? Dia tidak akan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status