Share

Chapter 04 | Rencana Clara [21++]

Author: Els Arrow
last update Last Updated: 2023-05-29 17:37:21

Naresh melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia memutuskan menuju apartemen Bella. Mengingat siang tadi kebersamaan mereka harus terhenti. Tidak perlu waktu lama, mobil mewahnya sudah berhenti tepat di depan gedung pencakar langit yang merupakan unit apartemen kekasihnya itu. Laki-laki itu segera turun dan melangkah dengan gagahnya menuju lift untuk naik ke lantai atas.

Ting!

Pintu lift terbuka. Naresh segera menuju salah satu unit dan menempelkan kartu aksesnya di smart lock hingga pintu itu terbuka.

"Sayang, kok kamu nggak ngabarin dulu?" tanya Bella yang cukup terkejut dengan kehadiran Naresh.

"Aku sengaja mau kasih kejutan, Bel."

Bella mengulas senyumnya, "istri kamu tahu?"

"Nggak." Naresh merengkuh prosesif Bella, bibirnya mulai mengecup basah leher jenjang itu, "aku menginginkanmu, Bella," ucapnya serak.

"Aaahh...," Sebuah desahan lolos begitu saja saat Naresh mulai menggoda bagian sensitif Bella.

Laki-laki itu mulai melayang mendengar desahan demi desahan yang keluar dari mulut kekasihnya. Ia mulai melupakan statusnya saat ini, Naresh lupa akan Clara yang beberapa saat lalu ia hancurkan hatinya.

Naresh menggendong tubuh polos itu dan menghempaskannya ke atas kasur, selanjutnya laki-laki itu memposisikan tubuhnya tepat di atas Bella. Menciumi seluruh wajah cantik kekasihnya.

"Eugh, Sa-Sayang..."

Lagi, Bella melenguh untuk yang kesekian kalinya saat Naresh menggoda inti tubuhnya. Wanita itu sudah tidak tahan. Tubuhnya menegang dan menggelinjang hebat saat berhasil mendapatkan klimaksnya dengan bantuan lidah hangat Naresh.

Kamar itu di penuhi erangan erotis dari mulut kedua insan yang sedang bergelora itu. Dunia mereka melayang bersama, apalagi Naresh yang selalu mendapat pelayanan sempurna dari Bella. Netra elangnya melihat wajah sayu kekasihnya penuh keringat yang menurutnya semakin membuatnya cantik.

"Woman on top, Sayang," bisik Naresh sembari mencium basah telinga Bella.

Tanpa menunggu lama, Bella memposisikan tubuhnya di atas Naresh. Tubuh polosnya meliuk-liuk dengan indahnya, sambil sesekali menggoda setiap lekuk tubuh lelakinya. Tentu laki-laki itu juga tidak melewatkan kesempatan untuk menggoda gundukan Bella yang menari-nari di depannya dengan indah.

"Aaahh, Bella..."

"Kenapa, Sayang? Kau suka?"

"Ye-Yeah, aku suka. Aku selalu suka jika kau yang melakukannya, Bella."

Mereka berdua sudah sering melakukan hal ini. Jadi Bella menyebut Naresh sebagai lelakinya, karena hanya dengannya lah Naresh melakukan hal ini.

Asyik berbagi peluh dengan semangat yang menggelora, hingga keduanya mencapai puncak bersama. Pelepasan bersama yang memberikan rasa nikmat luar biasa bagi keduanya, hal ini juga yang membuat Naresh ketagihan dengan tubuh indah kekasihnya.

Bella menjatuhkan tubuhnya tepat di atas tubuh Naresh, bibirnya menyunggingkan senyum licik sambil meraih ponsel. Jemarinya mulai membuka kamera dan mengambil foto selfienya dengan Naresh.

Foto tanpa busana itu ia kirimkan ke nomor Clara. Bukan tanpa alasan, Bella melakukan ini untuk menegaskan bahwa Naresh hanyalah miliknya.

***

Di sisi lain, Clara yang sudah bersiap untuk tidur urung tatkala mendengar ponselnya berdering. Gegas ia membukanya, sejenak kemudian keningnya mengerut saat mendapati sebuah nomor asing mengirimkannya pesan.

Namun, karena rasa penasaran yang cukup tinggi, akhirnya Clara membukanya. Sepersekian detik kemudian matanya melotot dengan mulut yang menganga lebar. Jantungnya seolah berhenti, ia bisa merasakan seluruh darahnya naik ke atas kepala.

"Mas Naresh?" lirihnya, ponsel itu terjatuh bersamaan dengan air matanya yang luruh.

Clara menekan dadanya, ini lebih sakit di bandingkan penghinaan Naresh beberapa saat lalu, ini lebih menyayat perasannya. Wanita itu mengusap kasar air matanya.

"Tidak! Aku tidak boleh selamanya kalah seperti ini, ini hanya akan semakin membuatku terpuruk. Mas Naresh lupa kalau aku juga bisa memberontak, dia terlalu menyepelekan aku," gumamnya.

***

Keesokan paginya.

Naresh memasuki rumahnya dengan langkah tegap, perasannya sudah lebih baik dari pada semalam.

"Mas, kamu sudah pulang?" tanya Clara dari arah dapur.

Wanita cantik itu membawa dua piring nasi goreng di tangannya, aromanya sangat harum dan tak ayal membuat perut Naresh kelaparan. Clara meletakkan piring tersebut di atas meja, tampilan nasi goreng itu sangat menggugah selera.

"Ayo sarapan, Mas," ajak Clara.

"Aku nggak lapar, tadi sudah sarapan di luar," bohongnya.

Padahal jelas-jelas perutnya keroncongan, namun laki-laki itu terlalu jual mahal. Ia gengsi harus duduk bersama dan menikmati hidangan buatan Clara.

"Sarapan di mana?" Clara mulai menyendokkan nasi goreng itu kedalam mulutnya.

"Bukan urusanmu!

Glek!

Naresh menelan ludah saat melihat Clara dengan nikmatnya menyuap nasi goreng tersebut. Ia tahu itu pasti rasanya sangat enak, apalagi nasi goreng adalah makanan favoritnya.

"Sarapan di tempat kekasihmu?"

"Apa maksudmu?"

"Aku tahu kamu semalam dari tempat Bella 'kan, Mas?"

Naresh tertegun, "kamu mengawasiku, Cla?!"

Sementara Clara malah terkekeh, "buat apa aku mengawasimu. Tanyakan saja pada kekasihmu itu kenapa dia kirim foto kalian, dan kamu tahu, Mas? Dia kirim foto tanpa busana. Ck, kamu itu sudah di kasih yang halal tetap carinya yang haram. Kenapa? Apa barang haram lebih nikmat?"

"CLARA!"

"Pelankan suaramu, Mas. Ini masih pagi, nggak akan baik kalau kamu marah-marah."

"Itu hakku, karena aku memang tidak mencintaimu. Mau aku menghabiskan malam dengan siapapun itu juga bukan urusan kamu, Cla! Jangan pernah urusi urusanku lagi."

Clara menyuapkan nasi terakhir di piringnya, setelahnya wanita cantik itu meraih segelas air putih dan menenggaknya sampai habis. Barulah ia bangkit dan beralih pada suaminya.

"Bukannya kamu yang memulai mengurusi urusanku? Aku hanya mengikutimu, Mas," ucapnya masih dengan suara yang lirih.

Naresh terdiam, ia tidak bisa lagi menjawab ucapan Clara. Wanita di depannya ini begitu pandai memutar kalimat dan membuatnya mati kata.

Drrrt!

Mama is calling!

"Mama telepon," ucap Clara.

Jemarinya langsung menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

"Halo, Mah. Oh, iya, aku ada di rumah sama Mas Naresh. Apa? Mama mau kesini? Eum ... Iya, Mah."

TUT! Sambungan telepon terputus.

"Ada apa?"

"Mama nanti mau kesini katanya."

"Apa?!"

"Mama mau kesini, Mas. Cepetan pindahin barang-barang kamu ke kamar aku, biar Mama nggak curiga."

"Sialan!" maki Naresh.

Naresh lantas bangkit dan segera menuju kamarnya untuk memindahkan barang menuju lantai atas, sementara Clara masih berdiri di tempat semula dengan sekuat mungkin menahan tawanya. Melihat Naresh kelimpungan seperti ini menurutnya begitu lucu.

'Kamu bisa semena-mena sama aku, Mas. Namun kalau ada Mama, jangan harap kamu bisa lolos,' batinnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 114 | Ikhlas — End

    Paris, Prancis."Aku tidak bisa menunggu lagi, Ray. Aku harus pulang!""Kondisimu sudah stabil?""Bahkan aku sudah merasa sehat dari satu minggu yang lalu."Seorang lelaki berbadan besar itu tak ayal terkekeh mendengar jawaban sahabatnya tersebut. Akhirnya ia memutuskan mengantarkan sahabatnya ke Bandara pagi ini."Jangan lupa hubungi aku kalau kau sudah sampai, Naresh," ucapnya."Aku akan langsung menghubungimu. Terima kasih atas bantuannya," jawab Naresh seraya memeluk erat tubuh besar Raymond.Yeah! Setelah kejadian kebakaran itu Naresh mengalami luka bakar lumayan parah dan juga benturan yang membuatnya tidak sadarkan diri. Sedangkan Raymond juga mengalami luka bakar, tetapi masih tergolong ringan. Itulah yang membuat Raymond berinisiatif membawa sahabatnya ke Prancis.Naresh mengalami koma selama satu Minggu, lelaki tampan itu meraih kesadarannya pada Minggu kedua, dan itu bertepatan saat Clara meninggalkan Italia. Makanya Raymond masih menahan sahabatnya.Namun, Raymond tetap me

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 113 | Rindu Menyiksa

    Clara menuju ruang meeting bersama dengan Anne, kedua wanita berbeda usia itu sepakat untuk melantik petinggi perusahaan yang baru. Sebenarnya ini adalah tugas Naresh, tetapi lagi-lagi Clara yang harus melakukannya.Beberapa kali wanita cantik itu tampak menghela napas. Bohong kalau ia tidak rapuh. Justru saat ini hatinya sudah hancur berkeping-keping, dan kepingannya pula yang menusuknya hingga berdarah-darah."Kamu baik-baik saja, Cla?" tanya Kenzie yang turut hadir dalam rapat ini."Iya," jawab Clara, singkat."Kalau dulu, mungkin aku akan mengatakan kamu harus mengikhlaskan Naresh dan mulailah menata hidup baru denganku. Namun, sekarang ... aku ingin mengatakan kamu harus kuat. Jika kamu percaya Naresh akan kembali, maka tidak ada yang mustahil. Semesta pasti mendengar doamu, Cla. Dan setiap doa pasti dikabulkan. Jika bukan sekarang, berarti nanti."Clara mengulas senyum tipis. Lelaki yang sempat membuatnya trauma ini sudah berubah menjadi lebih baik. Bahkan beberapa minggu lalu K

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 112 | Fakta Tentang Clara

    Clara menyembunyikan alat tes kehamilannya di dalam tas, kemudian ia lekas keluar kamar guna mencari Hilda. Beruntung pengawalnya itu masih duduk di ruang tamu. "Hilda ...."Wanita itu terperanjat saat melihat Nona-nya sedang berlari menuruni tangga. "Hati-hati, Nona!" ucapnya dan langsung menghampiri Clara."Kenapa wajahmu?" tanya Clara."Saya khawatir kalau Nona jatuh.""Ah, kamu ini. Sudah, ayo antarkan aku ke rumah sakit."Hilda membelalakkan mata."Nona sakit?!" tanyanya dengan nada serius."Ish! Apaan, sih?! Sudahlah nggak usah banyak tanya. Lebih baik kamu cepat siapkan mobil, mumpung Mama lagi tidur.""Baik, Nona," sahutnya dan lantas berlari menuju parkiran.Clara yang melihatnya tak ayal tersenyum, meskipun hanya senyuman tipis. Karena wanita cantik tentu juga memikirkan kondisi janinnya. Kasihan kalau ikut stres.•Beberapa menit kemudian, Clara sudah sampai di rumah sakit. Ia langsung menuju Dokter Kandungan tanpa ditemani oleh Hilda. Sengaja, karena wanita cantik itu be

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 111 | Kehidupan Baru

    Keadaan berubah gaduh saat beberapa Polisi kembali masuk ke dalam restoran, sementara Clara sudah tidak sadarkan diri. Namun, Hilda dengan sigap memberitahukan kepada teman-temannya untuk segera mencari jawaban atas cincin itu.Clara membuka mata dan mendapati bahwa dirinya sedang terbaring di kamar hotel. Perlahan wanita cantik itu berusaha menegakkan tubuhnya, sesekali netranya menelisik ke sekeliling."Hilda ...!"Hening! Sama sekali tidak ada jawaban."Hilda ...!" Clara kembali berteriak lebih lantang.Sekejap kemudian pengawal wanitanya itu masuk kamar dengan napas terengah-engah dan langsung menuju ke dekatnya."Ada apa, Nona? Ada sesuatu yang Anda butuhkan?""Bagaimana pencariannya? Apa ada titik terang?!" tanyanya dengan raut penuh harap."Maaf, Nona. Mereka mengatakan belum mendapatkan apa-apa," jawabnya dengan kepala menunduk."Apa?! Dari tadi masih belum mendapatkan apa-apa?! Sebenarnya kalian bisa bekerja tidak?!"Hilda semakin dalam menundukkan kepalanya. Sementara Clara

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 110 | Barang Bukti

    Clara terbangun dengan kepala yang masih terasa pusing, bola mata coklatnya mengedar ke sekeliling, dan hanya menemukan Hilda yang duduk di samping ranjangnya. Wanita cantik itu menekan sisi pelipis dengan sebelah tangan, sekejap kemudian tangisnya kembali meledak saat teringat Naresh."Nona, apa ada yang sakit? Sebentar, saya akan panggilkan Dokter.""Aku mau suamiku, Hilda."Deg!Hilda yang tadinya hendak beranjak, langsung mendudukkan dirinya di kursi, tangannya menggenggam erat lengan Clara."Para bodyguard dan kepolisian sudah mencari Tuan Naresh dan Tuan Raymond, tapi kebanyakan korban tidak dikenali, Nona. Saat ini mereka sedang menunggu hasil DNA, dan semoga saja Tuan Naresh tidak termasuk salah satu korban. Semoga Tuan Naresh selamat," ucap Hilda berusaha menenangkan."Tapi kemana perginya suamiku kalau dia masih selamat, Hilda?!""Nona, besok kita akan mencari tahu. Ini masih gelap, dan mereka berjanji subuh nanti hasil DNA korban sudah keluar. Jika tidak ada yang cocok den

  • Terjebak Pernikahan Kontrak dengan Pewaris Tampan   Chapter 109 | Insiden

    Matahari tepat berada di atas kepala, Clara melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dan jarumnya menunjukkan pukul setengah dua belas. Pesawat yang ia dan Naresh tumpangi baru saja mendarat di Bandara.Naresh dan Clara langsung menuju mobil yang menjemputnya, keduanya langsung dibawa ke sebuah hotel yang terletak di kawasan ellite pusat kota. Hotel bintang lima ini berdiri menjulang di tengah-tengah hiruk pikuk dan gemerlapnya Ibu kota Italia.Yeah! Negara itu menjadi tujuan bulan madu mereka. Clara sudah membayangkan akan mengunjungi banyak tempat wisata dan tempat bersejarah. Ia juga ingin mencoba banyak restoran pasta bersama suaminya."Mau istirahat sekarang?" tanya Naresh.Clara menggeleng. Ia lantas menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk berwarna putih itu dan memejamkan matanya sejenak."Aku nggak capek, kok, Mas. Lagian aku tadi udah tidur di pesawat.""Yakin? Atau kamu mau bercinta?" Naresh langsung mengungkung tubuh mungil itu, hal itu tak ayal membuat Clara ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status