“Cepat katakan Arum, jangan diam saja, panas ini dan perut saya sudah keroncongan dari tadi,” ucapnya yang tidak sabar.“Ya kamu tidak cocok dengan Ibu, tetapi denganku, maksudnya begini yang seumuran denganku, jangan salah sangka dulu” ucapku malu-malu.Namun, Mas Fahri malah tersenyum seolah-olah dia tahu apa yang apa yang ingin aku katakan, sepertinya pipiku mulai merona.Setelah aku mengatakan itu Mas Fahri tidak mengatakan apa-apa lagi, tidak ada tanggapan, dan dia kembali menyalakan mesin mobil itu dan pergi ke suatu tempat.Selama dalam perjalanan tidak ada sama sekali kalimat yang dia ucapkan, pandangannya lurus ke depan dan fokus menyetir. Aku jadi tidak enak sudah mengatakan hal itu, tetapi dia sendiri kan yang memaksaku untuk berkata terus terang dan sekarang malah dia yang diam tidak seperti yang tadi yang banyak bicara seperti burung beo.Aku jadi takut untuk meminta penjelasan darinya. Aku melirik jam tanganku sudah sepuluh menit dari tempat kami berhenti dan aku kem
“Kamu tidak salah dengar, wanita yang akan saya nikahi adalah kamu.” “Apakah aku tidak bermimpi?” “Apakah saya harus mengulang jawabannya saya?” “Apa yang dikatakan oleh Nak Fahri betul Rum, makanya duduk dulu sini,” ajak Ibu membuat wajahku sepertinya sudah memerah.“Begini Arum, sebenarnya ibu dan Bu Yuni sepakat untuk menjodohkan kalian. Ibu nggak ada menutupi apa pun kalau kamu dulu sudah menikah juga perjodohan Bapak dulu.”“Ibu tahu kamu pasti trauma dengan pernikahan, tetapi kamu sudah menjadi janda sudah hampir dua tahun dan Raina juga sudah besar dia pasti mengerti.”“Dia juga pasti menginginkan orang tua lengkap walaupun baik kamu dan Fahri bukanlah orang tua kandungnya, tetapi kasih sayang kalian akan membuatnya menjadi keluarga yang utuh.”“Dan bukan itu saja jika kalian menikah kalian bisa bekerja sama untuk menggiring si Lingga itu ke tempat yang seharusnya yaitu di balik jeruji.”“Ibu takut kalau kamu kenapa-kenapa sama Lingga, Ibu nggak percaya sama dia Rum, kal
“Lira dengan senang hati mau memberikan bayi itu karena dia juga tidak menginginkannya. Aku juga baru tahu itu karena Mas Ariel sering ke Yogya“Tidak sampai di situ aku baru tahu lagi kalau ada lagi istrinya sebelum aku dan Lira, Mas Ariel juga menikah dengan tenan wanitanya karena ia sangat kaya namanya Kiranti. Dia juga menikahinya. Aku akhir hati dan sepertinya aku sudah dibohongi habis-habisan. Dan Mas tahu siapa Mas Lingga aku pikir dia sangat baik ternyata dia adalah dalang semua kekacauan ini, dia adalah anak tiri Papa Sugeng. Seperti Mas Ariel Papa Sugeng juga seperti itu dan hanya karena harta warisan mereka sangat kejam mengambil nyawa orang. “Jika hanya untuk harta warisan kenapa nggak minta secara baik-baik aku akan pasti mengalihkan semua harta warisan itu ke tangan Mas Lingga. Aku juga tidak mau harta warisan itu.”“Dan satu lagi yang kamu harus tahu Mas?”“Apa?”“Dana apakah kamu tidak mempunyai anak dari Ariel?” “Hahaha ... ya setiap pernikahan pasti tujuannya a
“Ya kalau saya beritahukan sekarang nggak seru lah nanti saja,” ucapnya dengan santai.“Huh bikin kesal saja ini orang tetapi nggak apalah bisa buat penasaran,” ucapku dalam hati.Aku percaya mungkin dia jodohku yang terakhir, aku tidak mau dipermainkan lagi oleh cinta, tetapi aku berharap dia memegang janjinya untuk setia kepadaku.Ah sungguh melelahkan hari ini tetapi ada rasa bahagia yang menyelimuti diriku. Entah kenapa aku merasa yakin dia pernikahan ini. Aku tidak bisa tidur sangat gelisah, lalu aku ambil ponsel pemberian Mas Fahri, tidak buruk hanya memang ponsel lama sehingga tidak banyak fitur yang ditampilkan .Lalu aku membuka ponsel itu dengan hati-hati, untungnya tidak memakai pas Word.Ternyata di dalam ponsel itu sungguh lengkap dan aku mulai membuka galerinya. Betapa terkejut aku saat melihat foto-foto Mas Fahri dan ibunya. Wajahnya yang sangat tampan bersama ibunya, kebersamaan ibu dan anak itu seperti tidak dapat dipisahkan Saat aku menikmati pemandangan waj
“Jadikanlah masa lalu adalah pengalaman dan pelajaran hidup Neng Arum, jangan mengingat-ingat masa lalu terus, lagian mereka sudah pergi meninggalkan kita.”“Mbok, kadang Arum takut untuk melangkah lebih jauh lagi, kadang masih trauma dengan yang lalu, entahlah Mbok.”“Dua Minggu Mbok, Arum akan berganti status menjadi istri dari seseorang, mudah-mudahan kami langgeng ya Mbok.”“Aamiin, pasti Neng.” “Makanya mulai sekarang raihlah masa depan dengan bahagia Neng, jangan menoleh lagi ke belakang teruslah maju ke depan karena kebahagiaan Neng Arum sudah ada di depan Neng Arum sendiri.” “Semangat Neng!” Nasihat Mbok Darmi membuatku lebih semangat dan percaya diri, tidak takut menghadapi tantangan yang sudah ada di depan mataku.Benar kata Mbok Darmi, aku tidak boleh menoleh lagi ke belakang, kini aku harus bangkit dari kertepurukan selama ini.Sudah dua orang pria yang telah membohongi mengatasnamakan tentang cinta tetapi ternyata hanya kepalsuan semata, aku tidak ingin di bodohi
Ibu melirikku untuk memperkenalkan calon suamiku yang tampan rupawan itu, dasar Mas Fahri tersenyum terus kepadaku membuat aku menjadi salah tingkah lagi.“Oh ya Mas, perkenalkan ini namanya Mas Fahri,” ucapku ragu-ragu.Mas Fahri mendekat dan menghampiri Mas Lingga, sekarang mereka sudah berhadapan. “Halo, perkenalkan nama saya Fahri.”“Nama saya Lingga Pratama, teman dekat Arum,” sahutnya dan mereka pun berjabat tangan.“Kamu bekerja di mana dan apa jabatanmu, soalnya saya kenal banyak pengusaha tetapi wajah kamu sangat asing, apakah kamu baru terjun menjadi pebisnis atau ada usaha lain?” tanyanya spontan.“Mas Lingga bertanya seperti reporter saja,” batinku berkata.“Maaf, saya hanya bekerja sebagai Marbot mesjid di dekat sini dan berjualan nasi goreng kalau malam,” sahutnya tanpa mengurangi senyuman di bibirnya.“Apa, saya nggak salah dengar? Marbot mesjid?” “Nggak ada kerjaan lain apa, padahal tampang kamu sangat pas loh menjadi pengusaha, atau bangkrut?” tanya orang itu mem
“Duh romantis banget sih Nak Fahri, jadi nggak sabar nimang cucu ,” celetuk Ibu semakin membuatku terbang melayang.“Tenang saja Arum, kamu jangan takut sama Fahri dia nggak galak kok, tetapi kalau dia macam-macam kasih tahu Mama ya Sayang.”Aku hanya tersenyum kembali bingung untuk mengatakan sesuatu kepada calon mertuaku ini semoga tidak sama dengan Mama Sumi.“Dengar Arum, mungkin kamu masih ada trauma dengan pernikahan kamu waktu itu, pasti kamu menganggap semua mertua itu sama saja, suka membuat menantunya susah.”“Tidak Arum, kamu juga tahu kan kalau dulu Fahri juga pernah menikah, wanita itu adalah seorang model dan lebih memilih kariernya di luar negeri dari pada menjadi Ibu yang baik untuk melahirkan anak-anaknya.”“Tanpa persetujuan kami dia memutuskan untuk menunda memiliki anak, karena katanya kesempatan untuk menjadi model di luar negeri hanya sekali dan jika dia memiliki anak dia merasa tubuhnya akan melar dan tidak menarik lagi, bahkan mungkin tidak ada lagi yang me
“Maaf Ibu tidak apa-apa?” Yola langsung memberikan tisu untuk membersihkan mulutku.“Kenapa kamu tidak memberitahukan saya?” “Maaf Bu, ponsel Ibu tidak aktif.”“Oh ya kamu benar, saya lupa memberikan nomor ponsel saya yang baru.”“Sebentar, mumpung saya ingat.” Aku langsung mengeluarkan ponsel milikku tepatnya punya Mas Fahri seketika kulihat wajah Yola sedikit bingung dengan ponsel yang aku pegang.“Kenapa wajahmu, kok begitu?” “Maaf Bu, itu ponsel lama Ibu?” “Iya kenapa, ada yang salah dengan bentuknya?” “Tidak Bu, siapa pun yang memberikan ponsel itu ke Ibu berarti orang itu sayang dan mencintai Ibu sepenuh hati.”“Kok kamu tahu kalau ini adalah pemberian dari orang lain?”“Sepertinya itu bukan dari Pak Lingga kan Bu?” “Kamu tuh ya dok tahu, tetapi kamu sudah siapkan semuanya kan tidak ada yang ketinggalan?” “Ibu tenang saja semua sudah saya siapkan sampai makanan camilan, tidak perlu khawatir.”“Dan ini semua proposal yang Ibu minta dan itu sesuai dengan Pak Lingga minta