Share

6. Dinding Es yang Retak

Author: Lefayesme
last update Last Updated: 2025-06-23 15:12:56

Menjalani kehidupan sebagai seorang istri dalam pernikahan kontrak ini, nyatanya tidak terlalu sulit seperti yang dibayangkan sebelumnya. Ia hanya perlu mencoba untuk menjaga jarak dengan Kael, karena ia masih memikirkan tentang foto ibunya yang ia temukan di laci bawah lemari buku.

Sebenarnya itu bukan hal yang besar bagi Aurora. Sejujurnya ia tak memiliki emosi untuk itu. Keberadaan ibunya hanya sebatas ia mengetahui bahwa ia lahir dari rahim wanita bernama Isabelle, dan setelah itu… ia bahkan tak pernah mendapatkan kasih sayangnya.

Isabelle menikah dengan Matthew Vallen adalah karena sebuah kesalahan. One night stand, dan harus menikah karena mengandung dirinya. Selebihnya, Isabelle tak pernah mencintai Matthew. 

Benci? 

Well, Aurora bohong jika mengatakan tidak pernah membenci ibunya. Apalagi ketika di masa remaja ia mengetahui bahwa ibunya meninggalkan dirinya dan suaminya pada waktu itu karena seorang pria yang datang tiba-tiba di kehidupannya, lalu mereka menjalin cinta terlarang yang sangat kuat dan berbahaya.

Semenjak itu, ia tak pernah memikirkan tentang ibunya. Kenapa dan bagaimana Isabelle mampu melakukan semua itu pada Aurora, telah diganti dengan kalimat penutup yang membuatnya berhasil tidak pernah mempertanyakannya lagi.

Aurora ditakdirkan lahir melalui rahimnya, tapi tidak untuk perhatian dan kasih sayangnya. Aurora hanyalah hadiah dari semesta untuk Matthew Vallen, bukan untuk Isabelle Lambert.’

Setelah melakukan afirmasi itu hampir satu tahun, ia berhasil melepaskan semua ikatan emosi pada Isabelle yang tak pernah terbalas. 

Dan sekarang, ia hanya takut Kael mengetahui siapa dirinya sebenarnya, lalu membatalkan pernikahan ini, dan akhirnya ia kehilangan hak untuk apartemen yang telah dijanjikan oleh pria itu. Jika sampai itu terjadi, berarti ia harus siap-siap ditendang dari penthouse ini, dan saat itu juga… ia akan menjadi gelandangan muda yang mengenaskan. 

Yah, setidaknya ia tak lagi memiliki beban hutang. Namun tetap saja, Aurora tak ingin mau menjadi gelandangan.

Ketika ia memikirkan hal itu untuk pertama kalinya, ia sadar bahwa harga dirinya telah mati karena tuntutan hidup. Ia mulai bersiap realistis, persetan dengan harga diri. Nyatanya, ia bahkan menandatangani kontrak itu dan menikah dengan Kael.

Setelah malam itu—ketika ia menemukan foto ibunya—dan malam sebelumnya ketika ia menindih Kael dalam insiden mati lampu itu, Aurora memutuskan untuk menjaga jarak. Selain ia takut Kael menendangnya keluar, tapi ia juga merasa canggung tiap mengingat napas lembut pria itu yang menerpa tengkuknya.

Namun masalahnya, rencana briliannya itu tampaknya tidak berjalan dengan sempurna. Semakin ia menjaga jarak dengan Kael, semakin pula ia terlibat dengan pria itu secara tak sengaja. Well, sepenuhnya itu bukanlah sebuah kebetulan, karena bagaimanapun juga, mereka tinggal satu atap. Rencana Aurora itu sudah jelas gagal dari awal.

Wanita itu, dengan naifnya berusaha untuk mengamankan posisinya, tanpa tahu bahwa keberadaannya di sisi Kael adalah satu rencana pria itu untuk membalas dendam atas perbuatan Isabella Lambert.

“Kau yakin dia menemukan foto itu?” Kael mendongak, memperhatikan Luther setelah membaca satu dokumen pekerjaannya. 

Luther mengangguk, membuat Kael meletakkan dokumen itu di meja kerjanya, lalu bangkit dari kursi kerajaannya. Langkahnya pelan, tapi tegas, membawanya bersandar di ujung meja dengan kedua tangan terlipat di dada. Seringai tipis menarik salah satu sudut bibirnya. 

“Jadi itu yang membuatnya menghindari diriku beberapa hari ini?” Kael menyipitkan kedua matanya. “Menarik. Dia pikir aku tidak tahu siapa dirinya.”

“Nona Aurora sangat berhati-hati akhir-akhir ini. Aku curiga ada hal yang tidak seharusnya terjadi, sampai aku mendengarnya bergumam tentang foto ibunya dan ketakutannya akan pernikahannya dengan Anda.” Luther kembali menjelaskan.

“Aku tak mengira dia lebih takut kutendang ke jalanan daripada mencari tahu kenapa ibunya bisa berfoto bersamaku dan pria tua itu” Suara Kael berat, sarat emosi yang ia coba samarkan.

“Aku yakin ada alasannya. Dari latar belakangnya yang telah aku pelajari, dia memang tidak pernah bersama dengan ibunya. Bahkan saat ibunya meninggal, dia tidak terlihat di pemakaman.”

Kael mengangguk kecil. Ia sedang menimbang hal apa yang harus ia lakukan setelah ini. Tentu saja ia tak akan menendang Aurora. Namun, ia mulai ragu dengan rencana awalnya untuk menyiksa wanita itu secara mental untuk membalas rasa sakit, kecewa, dan marahnya pada sosok Isabella.

Jika Aurora saja tak pernah mendapatkan kasih sayang ibunya, bukankah artinya semesta telah memberikan hukuman pada wanita itu?

“Apa yang akan Anda lakukan, Tuan?” tanya Luther, setelah lama menanti kalimat Kael yang tak kunjung diucap.

“Akan kupikirkan lagi. Aku akan memperhatikannya untuk sementara waktu ini. Tetap laporkan apa saja yang dilakukan olehnya selama tidak ada di sisiku.” Kael mengakhiri percakapan itu dengan perintah yang membuat Luther mengedikkan sebelah alisnya.

“Baik Tuan. Akan aku lakukan.” 

Luther berbalik, keluar dari ruang CEO Vireaux Group. Sementara Kael, masih tetap di posisi awal. Ia tak pernah menyangka jika rencana besarnya justru membawanya ke sebuah situasi canggung—dan yang lebih parah, membuatnya merasa sedikit bersalah.

Sial, sejak kapan Kael Vireaux bisa merasakan rasa bersalah?

***

Aurora segera berlari ke kamarnya ketika mendengar pintu utama penthouse dibuka. Jantungnya berdebar kencang saat ia menutup pintu. 

“Kenapa dia sudah pulang? Aku bahkan belum mengambil makan malamku!” bisiknya, sambil menghentak pelan sebelah kakinya ke lantai.

Aurora melihat jam digital di atas nakas dekat ranjang. Masih jam 18.56. Biasanya, Kael akan pulang di atas jam delapan malam. 

Derap langkah pelan mendekat, Aurora menahan napas. Tanpa sadar, ia menggenggam erat gagang pintunya, bersiap untuk menahan jika saja Kael menarik pintu dan memaksanya untuk keluar.

Semenjak ia menyadari siapa Kael, hidupnya menjadi tidak tenang. ketakutannya hanya satu: Diusir.

“Rora, kau sudah tidur?” Untuk pertama kalinya pria itu menyapanya lebih dulu semenjak mereka resmi menjadi suami istri.

Aurora menatap gelisah ke arah pintu. Ritme jantungnya semakin kencang, nyaris lompat dari dadanya.

“Aku tahu kau belum tidur, buka pintunya.” Suara Kael pelan, tapi berhasil membuat Aurora terlonjak dan mendesah resah.

Setelah menghela napasnya panjang beberapa kali, dengan sangat terpaksa, Aurora membuka pintu, dan memasang senyum palsu yang terlihat sangat dipaksakan. 

Kael masih berdiri di depan pintu, dengan kedua tangan dijejalkan ke saku celana kerjanya. Gurat otot yang menonjol terlihat di lengan pria itu, terlihat jelas karena ia melipat lengan kemeja hitamnya sampai siku. Dengan tidak tahu malu, Aurora masih sempat memperhatikan itu di tengah keresahan dirinya.

“A-aku hampir tidur, dan kau memanggilku,” ujar Aurora, terbata dan berusaha mengalihkan perhatiannya dari lengan itu.

Kael mengangkat sedikit dagunya, menambah kesan angkuh dan tak tersentuh, seakan memberi batas pada wanita itu secara tak langsung, tapi dengan kesan tegas.

“Bagus, ganti bajumu sekarang, kita makan di luar.”

Tanpa menunggu jawaban, Kael telah berlalu, berjalan cepat menuju kamarnya. Sementara Aurora, masih terdiam di tempatnya, bingung dengan situasi yang sangat asing di antara mereka berdua. Apa yang sedang direncanakan pria itu? Aurora menggigit bibirnya. 'Apakah dia akan menendangku setelah makan di luar?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   31. Strategi Serangan Balik

    “Baru pulang?” Sedikit berjingkat, Ezra tetap menarik pintu utama sampai menutup. Aurora sedikit memiringkan kepala, dengan sebelah tangan memegang cangkir keramik hitam. Aroma earl grey menguar pekat, tampaknya baru saja diseduh.“Seperti yang kau lihat. Kenapa kau belum tidur?” Tak langsung pulang setelah menemui Celeste, Ezra berkeliaran sampai malam di sekitar mansion milik Bastien untuk mencari tahu tentang Elias.Pria tua itu tidak mengizinkannya mendekat selama misi belum selesai. Sementara ia harus memastikan apakah adiknya itu telah mengonsumsi obatnya dengan baik atau tidak. Ucapan Bastien tidak bisa dipegang. “Menunggu Kael pulang.” Aurora menjawab dengan nada gelisah.Alis Ezra bertaut. “Bukankah dia bilang akan segera pulang?”Aurora berbalik, melangkah menuju ruang makan. Gerakannya gugup, wajahnya berkali-kali mengernyit samar. “Itulah yang sedang kupertanyakan. Kenapa dia belum pulang?”“Kau sudah mencoba untuk menghubunginya?” tanya Ezra.“Setiap satu jam sekali.” S

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   30. Menciptakan Kebetulan

    “Ezra Roux?”Ezra mendongak, matanya menyipit lalu berdiri. Satu tangannya memberikan gerakan elegan untuk mempersilakan seorang wanita mengenakan dress A-line maroon ketat dengan lipstik warna serupa.“Silakan duduk, Celeste Belmont.” Suara Ezra terdengar ramah. “Terima kasih sudah meluangkan waktu.”Celeste, mantan tunangan Kael Vireaux yang berhasil dihubungi oleh Ezra—tentu saja dengan campur tangan Bastien di dalamnya—memandang penuh rasa penasaran. Tepat ketika wanita itu duduk, pelayan kafe mendatangi dengan notes kecil di tangan.“Sudah siap pesan, Nona?&rdq

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   29. Celah Kecil Dalam Sebuah Misi

    Bangsat!Hanya itu satu kata yang bisa diucapkan Ezra setelah sambungan teleponnya dengan Bastien Vireaux berakhir. Ponsel yang ada di genggaman nyaris dibanting, namun ia mampu menahannya meski harus menahan gemuruh dalam dada. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Elias. Apakah adiknya baik-baik saja di tangan psikopat berdarah dingin itu?Keputusan untuk masuk ke dalam rencana Bastien bukanlah hal yang ia rencanakan. Semuanya berawal dari utang yang tidak bisa dibayarkan. Perusahaan tempatnya bekerja dengan sepihak memecatnya hanya karena terlambat dua kali. Memang salah Ezra, tapi tetap tidak adil karena ia hanya terlambat tidak lebih dari lima belas menit.Jika dipikir lagi, Ezra yakin semua itu ada sangkut pautnya dengan Bastien. Pria tua itu, seseorang yang telah meminjamkan sejumlah uang untuk pengobatan adiknya yang terkena kanker leukimia begitu orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Ia tak pernah menyangka Bastien akan mematok harga mahal selain bunga yang harus dibaya

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   28. Misi Manipulasi

    Sedikit canggung selama perjalanan kembali ke Vallmont. Dan menjadi lebih canggung lagi ketika mereka sampai di sebuah rumah dengan lantai satu di kawasan elite Vallmont yang memiliki penjagaan berlapis. Yang artinya, akan sulit bagi selain penghuni perumahan untuk mengakses kawasan ini.Kael terus menunjukkan sikap over protektifnya terhadap Aurora. Ezra tampaknya tidak begitu peduli dengan itu. Ia hanya terlihat sedang mengagumi semua hal yang ada di dalam rumah baru mereka. Sementara Aurora, berusaha dengan keras untuk tetap menjaga suasana di antara Kael dan Ezra menjadi sedikit… normal.Sang kakak yang setiap detik ingin memenggal kepala sang adik. Dan sang adik yang tidak memiliki takut untuk melewati batas teritorial yang telah ditetapkan sang kakak, terutama mengenai interaksi dengan Aurora.“Aku tidak mengerti kenapa kau sampai harus mengamankan situasi.” Ezra memperhatikan sekeliling rumah. “Apakah ada hal mengerikan yang pernah terjadi?”Satu pertanyaan itu berhasil membua

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   27. Kita Kembali ke Vallmont

    Semua yang diceritakan oleh Ezra, semua yang digambarkan mengenai sosok Isabelle Lambert, itu semua sangatlah… Isabelle Lambert. Aurora seakan sedang melihat tayangan ulang bagaimana kehidupan ibunya yang tak pernah bisa ia jangkau dari kalimat demi kalimat yang Ezra lontarkan.Mungkin, Aurora mulai bisa menerima jika ternyata ia memiliki seorang adik.Sedikit.Belum sepenuhnya, namun ada setitik rasa percaya pada alur kehidupan yang dipresentasikan oleh laki-laki itu.Sementara Kael, jelas ia masih berada pada titik dinginnya. Ucapan dan bukti yang disodorkan padanya dimentahkan begitu saja. “Dia memiliki hasil tes DNA itu, Luther,” desis Kael, ketika ia tersambung dengan Luther.[Dan Anda percaya dengan hasil selembar kertas itu?]“Jelas tidak. Tapi aku tidak bisa membuat Rora membuka matanya. Sepertinya dia mulai percaya dengan bocah tengik itu.”[Aku harus menyelidikinya dulu untuk memastikan apakah Ezra benar-benar putra dari Tuan Lucien dan Isabelle. Jika dia datang tidak memil

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   26. Lawan Seimbang Kael Vireaux

    Ezra tak hanya bicara omong kosong saat mengatakan menyimpan bukti bahwa dirinya juga merupakan seorang Vireaux. Karena Kael menolak untuk pergi ke rumah Ezra yang berada di kawasan yang tidak jauh dengan villa milik orang tua Luther, pria yang mengaku sebagai adik dari Aurora dan Kael itu membawa sertifikat kelahirannya ke villa.Selembar kertas tebal itu masih terselip di tangan Kael. Keasliannya, sangat sulit untuk diragukan. Hasil tes DNA pun disertakan dengan hasil 99.9% memiliki kesamaan dengan Lucien Vireaux. “Tidak mungkin.” Kael bergumam pelan.Alis Ezra mengedik cepat, seolah ia sudah bisa memprediksi reaksi dari Kael. “Aku tidak pernah berniat untuk mengklaim diriku sebagai bagian dari Vireuax, Brother. Tapi aku juga butuh bukti yang kuat kalau-kalau… aku harus membuktikan siapa diriku sebenarnya.” Ezra menghela napasnya berat. “Hidup sebagai anak haram, bukan kah itu hal yang paling berat? Terlebih hasil dari skandal besar Lucien Vireaux dan Isabelle Vallen.”Di sebelah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status