Home / Romansa / Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius / 7. Gala Pertama di Mirador Heights

Share

7. Gala Pertama di Mirador Heights

Author: Lefayesme
last update Last Updated: 2025-06-30 11:19:26

Seharusnya Aurora memang sudah sepatutnya untuk curiga dengan ajakan makan malam Kael yang tiba-tiba. Tak hanya sekadar makan malam, tapi pria itu telah menyulap Aurora menjadi sosok nyonya besar Vireaux dengan semua hal yang kini melekat di tubuhnya.

Gaun satin hitam yang membentuk lekuk tubuh Aurora, tapi dengan potongan model yang membuatnya terlihat sangat elegan. Rambutnya pun telah ditata oleh pemilik salon—disanggul rendah dengan aksen kepang dan beberapa helaian rambut dibiarkan jatuh di sisi wajah. 

Makeup-nya pun dibuat secantik mungkin—fokus di bagian mata dan bibir, memberi kesan bold-glam yang memberi kesan tegas dan misterius. Tak hanya itu, Kael bahkan telah menyiapkan heels stiletto hitam dengan detail kristal di ujungnya. 

Ini bukan hanya makan malam, tapi Kael mengajak Aurora ke sebuah acara gala amal besar. 

“Seharusnya kau bisa memberitahuku pagi tadi, atau siang, atau sore juga tidak masalah biar aku bisa siap-siap!” dengus Aurora, begitu ia selesai dengan make over total yang diberikan oleh sang pemilik salon—Kael telah mem-booking tempat itu khusus untuk Aurora malam ini.

“Aku lupa.” Jawaban singkat dari Kael terlontar, tanpa pria itu mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

Aurora kehabisan kata-kata. Lupa? Hah! Mana mungkin pria itu lupa dengan acara penting seperti ini. Dia yakin Kael sengaja mengerjainya malam ini.

Kael selesai dengan urusannya. Ia menengadah, menatap Aurora dengan polesan elegan yang membuatnya terlihat luar biasa. Sesaat ia hampir terseret pada pesona wanita itu, tapi detik selanjutnya ia tersadar karena decakan kesal dari Aurora.

“Yang benar saja!”

Tanpa memperpanjang perdebatan, Aurora melewati Kael dengan dengusan pelan. Ia bukan tipe orang yang suka dengan rencana dadakan, apalagi dalam situasi seperti ini. Sementara Kael tak tampak merasa bersalah sama sekali.

Saking kesalnya, Aurora bahkan menolak uluran tangan Kael saat akan masuk ke dalam mobil. Wanita itu hanya melirik tajam, lalu masuk sendiri dengan perlahan, takut merusak mahakarya yang telah dilakukan padanya 

Meskipun ia kesal, tapi ia menyukai hasilnya.

Mirador Heights—tempat yang akan mereka tuju. Sebuah gedung pencakar langit mewah dengan ballroom di rooftop. Dinding kaca yang mengelilingi ruangan menyajikan pemandangan malam dari kota Vallmont—ibu kota negara Norvalen—negara kecil di Eropa yang hampir tidak pernah tidur. 

Jika Vallmont adalah kota yang seakan tak pernah tertidur dengan gemerlap kemewahan dan aktivitasnya, berbeda dengan kota kecil bernama Ravelle dan sebuah desa bernama Ednoar yang memiliki vibes berbeda. Tak ada gedung pencakar langit di sana, hanya bangunan lama terawat yang memberi kesan vintage.

Dan Aurora, kini akan menuju ke gedung pencakar langit tertinggi di Vallmont, dengan segala gemerlap kemewahannya yang hanya mampu didatangi oleh para jajaran aristokrat.

“Ingat, Rora. Jangan banyak bicara dan selalu di sampingku,” bisik Kael, dengan nada perintah yang jelas di nada bicara datarnya.

Ya.. ya… apalagi yang Aurora bisa lakukan kecuali menuruti ucapan pria itu? Kini posisinya masih belum aman, ia masih takut sewaktu-waktu ia akan ditendang dari penthouse karena siapa dirinya yang sebenarnya. 

Tidak, itu tidak boleh terjadi. Setidaknya, sampai Aurora bisa berhasil berdiri di kakinya sendiri. Well… you know, seseorang baru bisa dikatakan berdiri di kakinya sendiri ketika memiliki penghasilan sendiri. Dan Aurora, belum berada di titik itu.

“Tenang saja, aku tidak akan mengacaukannya walaupun kau mengatakannya secara dadakan.” Meski begitu, Aurora tidak bisa menyembunyikan nada sinisnya.

Langkah mereka terayun, dengan ritme yang serupa ketika keluar dari lift. Petugas yang menjaga pintu utama masuk ballroom mengenali sosok Kael—tentu saja. Tanpa banyak bicara, ia membukakan pintu megah itu, dan segera memperlihatkan keriuhan kelas atas dengan astmosfer penuh dengan baun uang dan kekuasaan.

Aurora mengeluarkan tawa sinis samar yang tersungging di satu sudut bibirnya. Acara gala amal besar adalah satu acara yang selalu menjadi ajang pamer kekayaan. Semua orang berlomba-lomba untuk memberikan nominal terbesar. Bukan karena rasa empati tinggi, tapi karena mereka tidak ingin terlihat rendah di mata para pengusaha dan old money lainnya.

“Sembunyikan wajah sinismu itu, Rora.” Kael menyadari hal itu dengan cepat.

“Aku selalu penasaran kenapa dad melarangku ikut ke acara seperti ini. Aura bersaingnya ketat sekali,” bisik Rora, sedikit menarik lengah Kael agar ia bisa menjangkau telinga pria itu.

“Dan karena itulah aku tidak pernah bertemu denganmu di acara seperti ini.” 

“Kau sering datang?” 

Kael menoleh, seringai tipis menyebalkan itu terlihat lagi. “Tentu saja.”

Live musik bernuansa jazz terus mengalun, memberikan sentuhan suasana lembut di tengah bisikan tajam. Seorang waitress melintas, menawarkan segelas champagne pada Aurora dan Kael.

Thank you,” ucap Aurora, setelah mengambil satu gelas di atas nampan. Buih lembut champagne itu menandakan jika minuman itu diproduksi dengan kualitas tinggi.

Oh, my goodness,” ucap lembut seorang wanita yang tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. “Kael Vireaux! Lama sekali aku tidak bertemu denganmu. Kau merindukanku?”

Seorang wanita cantik, dengan gaun terbuka sampai hampir menumpahkan bagian dadanya telah meraih lengan Kael dan merangkulnya agresif. Aurora mendelik, bukan karena ia cemburu, tapi karena ia takut kalau-kalau Kael akan marah besar.

Namun, Aurora hanya takut berlebihan saja.

“Celeste, kau tahu bahwa sikapmu ini sekarang terlarang, kan? Hubungan kita telah selesai.” Kael menanggapinya dengan nada lembut, bahkan lebih lembut dari saat berbicara dengan Aurora.

Auroa mengerutkan keningnya. Siapa wanita itu?

Come on, Kael. Kau tidak boleh bersikap begitu dengan mantan tunanganmu. Biar bagaimanapun juga, kita pernah mengukir sejarah indah bersama, kan?” Celeste lebih mendekat, berbisik di telinga Kael, tapi tidak bisa dikatakan berbisik juga karena ia sepertinya sengaja mengatakannya agar Aurora bisa mendengar. “Aku masih mengingat semua sentuhanmu.”

What?? 

Aurora menatap Celeste. Dalam sekali percobaan, ia bisa menilai jika wanita itu adalah tipe manipulatif yang penuh dengan racun. Ia sangat agresif, dan… murahan. 

Mantan tunangan? Aurora kini menatap Kael tak percaya. Seorang Kael Vireaux yang seakan memiliki harga diri dan keangkuhan seluas semesta ini, bisa bertunangan dengan wanita seperti Celeste? 

Wah… sungguh menakjubkan.

“Hentikan, Celeste.” Kael mendorong pelan lengan Aurora agar menjauh darinya. “Aku tidak akan memberikan keringanan lagi hanya karena kau mantan tunanganku. Aku sudah menikah, dan harusnya kau tahu itu.”

Celeste akhirnya melihat Aurora—akhirnya! Decakan meremehkan terlihat dari wajahnya. Ia bahkan sempat menatap Aurora dari atas ke bawah. 

“Tak ada yang menarik darimu,” ujarnya, sambil tersenyum ramah.

Aurora tahu wanita itu sedang memulai perang. Dengan berani, ia membalas senyuman itu dan menatapnya tajam dengan tangan meraih lengan Kael dan menggelayut manja. “Tak masalah. Yang jelas, saat ini yang menjadi istrinya Kael adalah aku, bukan dirimu.”

Celeste melotot. Wajahnya memerah menahan amarah. Ia tak terima dibalas seperti itu oleh Aurora. Sementara Kael, ia menoleh ke arah Aurora dan mengerjap beberapa kali. Pria itu tak menyangka Aurora mampu melawan mantan tunangannya itu dengan tenang. Satu senyuman tersungging di wajahnya, terlihat bangga.

Celeste menyadari ekspresi Kael itu. Ia semakin kesal, karena mulai menyadari bahwa ada ketertarikan emosional yang ditunjukkan oleh Kael pada Aurora. Rumor yang mengatakan bahwa pernikahan Kael adalah palsu, nyatanya mulai ia ragukan.

“Celeste, perkenalkan. Ini adalah Aurora Vireaux, istriku. Aku harap kau bisa memperlakukannya dengan baik, karena dia adalah segalanya bagiku.” 

Aurora menatap Kael sejenak. Ia melihat ekspresi Kael yang mengatakannya tanpa ragu. Celeste mengepalkan tangannya, tapi dengan cepat kembali bersikap ramah yang terpaksa. 

“Tentu saja, aku akan bersikap baik padanya. Well, selamat menikmati acara malam ini.” 

Celeste pergi, terlihat bersungut-sungut, membuat Aurora merasa menang dalam segala sisi.

Tak hanya itu, Kael memperkenalkan Aurora sebagai istrinya juga pada orang lain yang ia temui—hampir seluruh orang yang ada di sana. Aurora terus tersenyum, menyapa semuanya dengan ramah, bersikap menjadi istri yang baik, sampai ia hampir mempercayai bahwa Kael memang benar-benar suaminya.

Namun, tentu saja itu tidak akan pernah terjadi. Setelah acara selesai, ketika mereka sudah berada di dalam mobil untuk pulang, Kael kembali pada sisi Kael yang ia kenal sejak awal. Pria itu menarik diri secara emosional, begitu Luther menutup pintu mobil. 

“Terima kasih untuk malam ini, aku akan memberikanmu bonus. Malam ini juga akan ku-transfer,” ucap Kael tanpa menatap Aurora.

Aurora mengangguk pelan, lalu menghela napas. Pandangannya beralih ke luar jendela mobil. Ia memperhatikan beberapa rintik hujan yang mulai turun, memburamkan matanya. 

Tentu saja, memang pada kenyataannya pernikahan mereka hanyalah sebuah bisnis. Apa yang telah ia harapkan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   8. Ruang Rahasia

    Rasa penasaran Aurora terus bertumbuh, tak sebanding dengan larangan Kael yang hanya sekali diucap, tapi jelas dengan nada tajam, seolah pria itu akan memenggal Aurora jika melanggarnya. Ruangan di ujung lorong itu—yang katanya terlarang—semakin terasa seperti magnet yang menarik langkahnya, sedikit demi sedikit.Ah, ya… dia belum pernah membahas tentang hal ini. Di dalam penthouse milik Kael, ada satu ruangan yang selalu tertutup rapat—terkunci. Tak ada satu pun penjelasan, tak ada alasan. Hanya satu hal yang Kael tegaskan, ‘Jangan pernah membukanya!’Dan justru itu, Aurora semakin ingin tahu apa yang disembunyikan pria itu. Tak mungkin tanpa alasan jika ruangan itu terlarang baginya, kan?Sore ini tak ada siapa pun di penthouse. Kael? Seperti biasa, pria itu selalu berada di kantornya pada jam segini. Aurora memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri, tak ada hal yang harus ia lakukan untuk saat ini—atau mungkin untuk beberapa selanjutnya—sebagai istri seorang Kael Vireaux.Seakan

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   7. Gala Pertama di Mirador Heights

    Seharusnya Aurora memang sudah sepatutnya untuk curiga dengan ajakan makan malam Kael yang tiba-tiba. Tak hanya sekadar makan malam, tapi pria itu telah menyulap Aurora menjadi sosok nyonya besar Vireaux dengan semua hal yang kini melekat di tubuhnya.Gaun satin hitam yang membentuk lekuk tubuh Aurora, tapi dengan potongan model yang membuatnya terlihat sangat elegan. Rambutnya pun telah ditata oleh pemilik salon—disanggul rendah dengan aksen kepang dan beberapa helaian rambut dibiarkan jatuh di sisi wajah. Makeup-nya pun dibuat secantik mungkin—fokus di bagian mata dan bibir, memberi kesan bold-glam yang memberi kesan tegas dan misterius. Tak hanya itu, Kael bahkan telah menyiapkan heels stiletto hitam dengan detail kristal di ujungnya. Ini bukan hanya makan malam, tapi Kael mengajak Aurora ke sebuah acara gala amal besar. “Seharusnya kau bisa memberitahuku pagi tadi, atau siang, atau sore juga tidak masalah biar aku bisa siap-siap!” dengus Aurora, begitu ia selesai dengan make ove

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   6. Dinding Es yang Retak

    Menjalani kehidupan sebagai seorang istri dalam pernikahan kontrak ini, nyatanya tidak terlalu sulit seperti yang dibayangkan sebelumnya. Ia hanya perlu mencoba untuk menjaga jarak dengan Kael, karena ia masih memikirkan tentang foto ibunya yang ia temukan di laci bawah lemari buku.Sebenarnya itu bukan hal yang besar bagi Aurora. Sejujurnya ia tak memiliki emosi untuk itu. Keberadaan ibunya hanya sebatas ia mengetahui bahwa ia lahir dari rahim wanita bernama Isabelle, dan setelah itu… ia bahkan tak pernah mendapatkan kasih sayangnya.Isabelle menikah dengan Matthew Vallen adalah karena sebuah kesalahan. One night stand, dan harus menikah karena mengandung dirinya. Selebihnya, Isabelle tak pernah mencintai Matthew. Benci? Well, Aurora bohong jika mengatakan tidak pernah membenci ibunya. Apalagi ketika di masa remaja ia mengetahui bahwa ibunya meninggalkan dirinya dan suaminya pada waktu itu karena seorang pria yang datang tiba-tiba di kehidupannya, lalu mereka menjalin cinta terlara

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   5. Luka Lama dan Awal Misteri

    “Apakah aku harus memelukmu?” bisik Kael, tepat di sebelah telinga Aurora. Helaan napasnya yang sedikit berat terasa menyapu tengkuk Aurora.“Tidak!” Aurora menarik dirinya cepat, sampai hampir terjengkang. Kael dengan cepat menarik lengan wanita itu dan menahannya. Detak jantung Aurora semakin cepat, nyaris melompat dari dadanya.“A-aku… aku tidak tahu kalau ini kamarmu. Aku yakin masuk ke kamarku!” Suara Aurora naik satu oktaf karena panik. Ia berusaha menjelaskannya dengan cepat, tak ingin Kael salah paham.“Rupanya kau pandai beralasan.” Kael melepaskan genggamannya, suaranya berat dan serak—sisa dari tidur yang baru saja terbangun.“Bukan begitu! Sudah kubilang aku tidak tahu kalau ternyata aku masuk ke kamarmu. Lampunya padam, aku tidak bisa melihat dengan benar ketika gelap, dan… aku belum hafal dengan lorong di tempat ini dan—”“Kau berakhir menindihku,” ujar Kael lagi, dengan nada menggoda.Aurora tak bisa mendebatnya. Pada kenyataannya, ia memang telah menindih Kael tanpa a

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   4. Pernikahan Tanpa Rasa

    “Malam ini??” Aurora benar-benar berteriak, membuat Luther yang dari tadi berdiri di dekat pintu penthouse menoleh cepat.“Lebih cepat lebih baik, Rora. Kau sudah mengulur banyak waktu untuk keputusan ini. Jadi, saat ini kau hanya perlu mengikuti semua aturanku.” Suara Kael dingin, tak memiliki celah untuk dibantah.Jemari Aurora saling meremas, menyembunyikan gemetar yang seketika ia rasakan. Ia memang menyetujui untuk menikah dengan Kael, tapi… ia tak pernah menyangka akan secepat itu. “Maksudku, bagaimana persiapannya? Aku tidak memiliki apa-apa untuk pernikahan.” Aurora berusaha menyembunyikan ketegangannya.Kael tertawa kecil. Ia berdiri, merapikan rambutnya sebentar, kemudian mendekat pada Aurora yang masih duduk. Tubuh Kael menunduk ketika berada di hadapan Aurora, menghilangkan jejak yang sejauh ini berhasil terjaga.“Aku sudah menyiapkan semuanya. Luther akan mengantarmu ke kamar, dan kau bisa bersiap untuk pernikahan kita.” Kael menoleh sejenak ke arah jam dinding, empat j

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO Misterius   3. Jalan Buntu dan Kontrak Pernikahan

    Aurora kembali ke penginapan yang telah menampungnya selama beberapa hari. Ia masih merasakan kesal dengan sikap dan tawaran dari Kael yang seakan begitu menjatuhkan harga dirinya.Sling bag yang masih menggantung di badannya, kini ia raih dan dilempar kuat ke atas kasur. Umpatan kecil lolos dari mulutnya.“Dia kira siapa dirinya? Seenaknya saja memutuskan jalan hidup orang lain. Aku memang butuh uang, tapi aku tidak serendah itu!”Ketukan halus menghentikan omelannya. Ia menghela napas, merapikan anak rambutnya yang berantakan, lalu berjalan mendekati pintu. Saat pintu terbuka, pemilik penginapan telah berdiri di hadapannya.“Selamat sore, Nona Vallen. Maaf, aku mendapat laporan jika pembayaran kamar untuk dua hari kemarin belum kami terima. Jika sampai malam ini kau tidak membayarnya, maka kau harus pergi dari penginapan ini.”Aurora terdiam. Ia memang hanya membayar untuk dua hari awal ia menginap. Selebihnya, ia belum membayarnya karena beranggapan bahwa sebentar lagi ia pasti aka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status