Share

Chapter 5 Incaran Musuh

Diam-diam, wanita berambut panjang itu bernapas lega. Hanya beberapa menit setelah menelepon, pria itu mendadak berjalan ke arahnya. Apa mungkin Carl mengikutinya sejak keluar dari rumah sakit?

“Kate.”

Suara bariton Carl menyadarkan Kate dari lamunannya. Matanya mengerjap sebelum menatap pria di hadapannya itu.

“Pria yang memakai topi dan baju serba hitam itu mengikutiku hingga masuk lift. Terlihat jelas, dia ingin mengikutiku sampai depan pintu apartemenku.”

Refleks, Kate meremas lengan Carl cukup kuat saat melirik ke arah penguntitnya itu. Pria itu langsung menelepon seseorang.

“Ada yang mengikutinya. Bersihkan area lobi. Aku akan mengirimkan ciri-cirinya.”

Carl mengetik pesan pendek usai menutup panggilan untuk asistennya, sementara Kate mengerutkan kening.

“Apa yang akan kau lakukan?”

“Membersihkan sampah.”

Tak lama kemudian, beberapa pria berperawakan pengawal masuk dan langsung membawa paksa pria penguntit itu keluar dari gedung. Semua orang menatap dan terkejut. Tak terkecuali Kate.

“Kita pulang, lantai berapa apartemenmu?”

Carl membawa Kate ke arah lift, seolah tak peduli dengan keributan yang terjadi.

“Keributan itu ulahmu, kan?”

“Tentu saja, aku perlu segera menyingkirkan orang yang mengganggu.”

Kate menatap tegang ke wajah dengan ekspresi datar itu. Ekspresi yang sama dengan yang biasa ia lihat saat Carl menjadi bodyguardnya sejak beberapa bulan lalu. Tapi, kalimat yang baru saja terucap dari Carl membuatnya bergidik. Kate mencoba mengalihkan perhatiannya saat memencet tombol angka di lift.

“Kau bisa pulang ke tempatmu. Terima kasih sudah membantuku,” ucap Kate seraya membuka pintu apartemennya. Dengan sigap, Carl menyusup masuk begitu saja.

“Apa yang kau lakukan?”

“Pernahkah terbersit kalau ada penguntit lain yang mengawasi tanpa sepengetahuanmu?”

“Apa? Itu tidak mung ....”

“Mungkin saja.”

Suara ponsel berdering, menginterupsi percakapan mereka sesaat. Dengan malas, Carl mengangkatnya.

“Ini aku.”

Perlahan, ekspresi malas Carl berubah. Entah apa yang pria itu dengar sampai menggertakkan giginya dan tersenyum miring. Tak lama kemudian, pria itu menutup panggilan.

“Ada masalah?”

“Sepertinya aku tahu siapa yang mengirim penguntit itu.”

“Siapa? Tak mungkin musuh Elena, Alfred dan ayahnya sudah dipenjara.”

“Penguntit tadi tidak mengikutimu secara acak, Kate.”

“Apa maksudmu? Aku tak pernah memiliki musuh.”

“Kau mungkin tidak. Sepertinya aku harus bermalam di sini sekalian menjagamu.”

“Tunggu, kau tidak bisa berbuat seenaknya. Jangan menggunakan alasan ini untuk tinggal di rumahku malam ini.”

“Mereka tahu dan mengincarmu, Kate.”

“Siapa sebenarnya yang kau maksud?”

“Musuhku. Mereka tahu kalau kau adalah kelemahanku, jadi, mereka tak akan berhenti sampai mendapatkanmu.”

Kate membelalakkan matanya. Ia sempat mengira salah dengar. Tak mungkin seorang Carl yang banyak diam tapi ramah ini memiliki konflik dengan orang lain atau bahkan musuh.

“Kau bukan tipe orang yang memiliki musuh, Carl.”

“Atau karena kau memandangku dengan begitu tinggi, Kate?”

***

Semalaman, Kate hanya memejamkan mata sesaat. Pikirannya terus berputar seperti rekaman film. Perkataan yang terus terngiang dan tak terselesaikan karena pria itu memberi penjelasan lebih lanjut.

Kate bangkit dari ranjang, menatap ke arah Carl yang tidur menghadap ke arahnya di sofa seberang ranjang.

“Rasanya seperti dejavu, ya, kan?”

Mendadak, Carl membuka matanya. Membalas tatapan terkejut Kate dengan senyum lebar.

“Dejavu apanya?”

“Waktu aku menjadi bodyguardmu dan tinggal di apartemen lamamu.”

Kate mendengus kesal, sepagi ini Carl kembali mengingatkannya akan momen yang ia ingin hapus.

“Aku ingin kau menjelaskan situasi semalam padaku. Siapa yang mengirim penguntit itu dan bagaimana kau memiliki musuh yang sekarang mengincarku?”

“Pelan-pelan, Kate. Aku juga sudah selesai berpikir tentang penyelesaian semua ini.”

Tiba-tiba Kate turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi. Tak sempat menutup pintunya karena ia tak tahan untuk segera memuntahkan isi perutnya. Carl mengejar Kate. Ia mengikat rambut panjang Kate dengan karet rambut sebisanya.

Dengan lembut, Carl menepuk punggung Kate yang mulai berhenti. Napas wanita itu memburu, tubuhnya terduduk lemas di lantai kamar mandi.

“Aku akan membantumu bangun.”

“Aku bisa bangun sendiri sebentar lagi.”

Beberapa menit tak ada pergerakan, Kate sepertinya kehilangan tenaganya. Carl sudah hendak menggendongnya saat suara itu mencegahnya.

“Biarkan aku mencuci wajahku dulu.”

Kate berdiri, bersandar pada Carl yang memeganginya hingga ia selesai menggosok gigi dan mencuci muka. Ekspresi Carl yang muram membuat Kate mengernyitkan kening. Pria itu langsung menggendong Kate dan membawanya menuju ke ranjang.

“Aku tidak bisa membiarkanmu seperti ini sendirian tiap pagi.”

“Kenapa begitu? Aku akan baik-baik saja setelah beberapa minggu berlalu.”

“Ini poin utamanya dari apa yang akan kita bicarakan. Aku akan membuat sarapan dulu.”

“Tidak perlu, aku tidak lapar.”

“Aku yang lapar, dan bayinya.”

Kate tak bisa membalas kalimat bernada tegas dari Carl. Membiarkan pria itu berjalan ke arah dapur sementara ia merelakskan tubuhnya di ranjang.

***

Mendapat tatapan intens sejak memulai menyentuh sarapannya sampai selesai, Kate mengembuskan napas panjang. Carl dengan sangat cepat telah menghabiskan sarapannya sejak tadi. Mungkin, karena itu, pria berambut hitam legam itu memiliki waktu lebih banyak untuk menatapnya lama.

“Bisakah kau mengurangi tatapan intensmu itu?”

Carl hanya membalas dengan senyum singkat. Lalu, melanjutkan tatapan intensnya. Kate hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan jengah.

“Kurasa kau banyak berubah, Carl, kecuali ... tatapanmu.”

“Tentu saja, satu lagi yang tertinggal, dan perasaanku yang tak berubah.”

“Omong kosong yang diucapkan oleh pria yang pergi tanpa kabar. Sangat romantis.”

Carl menyeringai usai mendengar nada sarkas wanita cantik di depannya itu. Tanpa kaca mata dan wajah tanpa make upnya membuat kesan lembut Kate semakin jelas. Kontras dengan kalimat sarkasnya.

“Bisakah kita memulai pembahasan seriusnya sekarang?” tanya Kate dengan nada menuntut.

“Baiklah, aku akan mulai dari awal.”

Carl menyingkirkan piring dari hadapannya dengan pelan. Ia tak bisa mengelak, jika ingin Kate mendengar ceritanya.

“Sebulan yang lalu, ada situasi darurat. Ayahku membutuhkanku dengan segera, kondisinya cukup buruk. Begitu pulang, semua terjadi dengan cepat. Ia memberikan perusahaan padaku dan menjadikanku presdirnya. Tak peduli seberapa keras aku menjauh, kehidupan itu datang begitu saja. Alasan lain kenapa aku tak bisa menghubungimu adalah karena aku satu atap dengan musuhku. Lebih mudah menyebutnya begitu, karena dia menginginkan apa yang kudapat dari ayah saat ini.”

“Siapa yang kau sebut dengan musuh itu?”

“Kakak pertamaku, Letisha, akan menggunakan segala cara untuk menjatuhkanku.”

“Apa kau mencurigainya sebagai orang yang mengirim penguntit kemarin?”

“Tentu saja, telepon semalam adalah telepon darinya. Secara tak langsung mengakui dirinya yang mengirim orang itu, hanya sebagai peringatan jika dia mengawasiku. Tapi, semua tahu seperti apa sifatnya. Tak ada jaminan dia akan diam setelah ini. Dia tahu tentangmu dan bayi kita.”

“Aku melihat ini sebagai satu alasan untuk semakin menjauhimu, Tuan Carlos Rionard Spentwood yang terhormat. Itu akan lebih aman.”

“Daripada berpikir seperti itu, lebih baik kau dalam perlindunganku daripada bersembunyi seorang diri dan membahayakan bayi kita.”

“Kalau aku tetap di sekitarmu justru akan lebih berbahaya.”

“Akan lebih mudah baginya untuk membuat bayi kita menghilang jika kau sendirian dan di luar perlindunganku. Kau pasti bisa memahami situasi ini, Kate.”

Wanita berhidung mancung itu membuang pandangan ke arah lain, menyugar rambutnya ke belakang dengan gusar.

“Aku tidak bisa membiarkan kandunganku dalam bahaya.”

“Kau benar, Kate. Aku setuju denganmu. Seperti sebelumnya, saat menjadi bodyguardmu, aku bisa menjagamu dengan baik.

“Apa yang harus kulakukan?”

“Menikahlah denganku. Kita akan tinggal bersama ayahku di tempat yang aman, Kate. Aku akan menghadapi Leti secara langsung dan memastikan kau dan bayi kita aman.”

***

Wanita berambut pirang itu menggendong bayinya usai memberikan ASI. Bayi laki-laki itu tampak mulai mengatupkan kelopak matanya beberapa kali. Tanda jika ia mulai mengantuk setelah kenyang.

Elena memperhatikan putranya yang perlahan terbawa alam mimpi dengan senyum hangat. Ia mencium pipi gemuk bayinya yang wangi. Mendadak lengan besar memeluk pinggangnya.

“Bagaimana kabar Rayzel kita pagi ini?”

“Baik dan sedang tidur kembali.”

Elena meletakan putranya ke box bayi agar lebih nyaman. Wanita mengulas senyum saat bayi kecilnya tersenyum dalam tidur pulasnya.

“Kalau saja aku juga mendapat senyum hangat itu dari Mamamu, Ray.”

Elena langsung menoleh ke belakang, mendapati Drake tersenyum dengan canggung.

“Kenapa?”

“Sejak semalam kau bersikap dingin padaku, Elena. Apa aku membuat kesalahan?”

Tangan Elena menarik pergelangan tangan Drake lalu membawanya kembali ke kamar utama. Wanita itu menatap kesal suaminya cukup lama.

“Ada masalah apa?”

“Tentang Carl. Kemarin tiba-tiba saja dia datang ke kantorku sebagai perwakilan dari perusahaan Spentwood, sebagai CEO baru. Apa yang kau ketahui tentang ini?”

“Oh itu, berarti dia memutuskan kembali.”

“Apa? Kau tahu ini sejak awal dan tak memberitahuku?”

“Kau tahu aku orang yang sangat berhati-hati. Memeriksa setiap bodyguard dan staf yang bekerja di sekitarku. Kualifikasi Carl terlalu baik saat mendaftar menjadi bodyguardku. Dan ya, aku mengetahui yang sebenarnya kalau dia satu-satunya anak laki-laki di keluarga Spentwood yang diharapkan menjadi pewaris. Kerjanya bagus, aku mempercayainya untuk menjagamu. Setelah keadaan memburuk karena Alfred terus berulah mengancam semua orang terdekatmu, termasuk Kate, aku setuju untuk menjadikannya bodyguard Kate. “

Elena menekan jidatnya dengan telapak tangan, rasa pusing mulai terasa. Ia mengingat hari-hari yang dijalani Kate usai Carl mendadak menghilang sebulan lebih.

“Elena, kau sakit?”

“Hari itu, sejak Carl menghilang dan mengundurkan diri. Apa kau tahu jika dia kembali ke keluarganya? Kembali ke identitas aslinya?”

“Ya, tentu saja aku sudah menduga hal ini.”

“Kenapa kau tidak memberitahuku?”

“Kenapa ini penting bagimu, Elena?”

“Astaga, Drake. Sangat penting! Kau tahu apa yang terjadi pada Kate saat Carl pergi tanpa kabar? Kate mengandung anak Carl!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status