共有

5. Tanda

作者: Amegatari
last update 最終更新日: 2023-11-24 20:00:06

Lita sampai di rumahnya menjelang sore hari. Ia merasa lelah karena tiba-tiba terlibat masalah dengan orang yang baru dikenalnya.

Perempuan itu meraih ponsel miliknya lalu memeriksa semua pesan masuk. Beberapa temannya menanyakan tentang kejadian siang tadi.

“Sebaiknya aku tidak cerita tentang penawaran itu ke mereka,” gumam Lita pelan.

Tatapan matanya tampak sayu karena ia merasa lelah. ‘Apa bocah itu akan mencari ku begitu dia bangun?’ Dahi Lita mengernyit, ia tidak tahu kenapa masih saja memikirkan bocah yang baru dikenalnya.

Lamunannya buyar begitu ia mendengar ponselnya bergetar. Ada ajakan untuk berkumpul dari teman-teman terdekatnya.

Setelah membalas pesan, Lita segera mandi lalu bersiap. Ia tiba-tiba lupa dengan rasa lelahnya karena merasa bersemangat untuk bertemu teman-temannya. Ia ingin memaksimalkan waktu liburannya untuk bersenang-senang sebelum kembali ke kota tempat ia bekerja besok.

“Kamu baru aja pulang, mau kemana lagi sekarang?” tanya nenek Kinanti heran saat melihat cucunya sudah rapi dan wangi.

“Mau ketemu temen lagi, nek. Besok kan Lita sudah harus kembali ke Jakarta.”

“Memangnya kamu tidak capek bepergian terus?”

“Biarkan dia, bu. Lita kan jarang bertemu teman-temannya,” sahut kakek Karsam yang kemudian menyeruput kopinya.

Nenek Kinanti hanya menghela nafas panjang karena suaminya selalu membela sang cucu.

“Lita pamit dulu ya.”

Lita melangkah meninggalkan rumah tua itu dengan senyum merekah. Ia memesan ojek online menuju tempat teman-temannya yang sudah berkumpul.

Suasana kafe yang sering ia kunjungi dulu membuatnya merasa nostalgia dengan masa perkuliahan yang dipenuhi cerita dan kenangan.

“Lita!”

Perempuan yang merasa namanya dipanggil itu menoleh ke arah sumber suara. Ia tersenyum begitu melihat teman-temannya sudah berkumpul.

“Hai Lita,” sapa pria berambut coklat sambil tersenyum.

“Hai juga, eh emang kamu boleh disini? Nanti pacar mu ngamuk lagi,” balas Lita sambil tersenyum. Ia duduk di salah satu kursi kosong di samping Mira.

“Lagi marahan mereka,” sahut Rini sambil tertawa.

“Eh Lita, kamu tahu tidak mantan mu yang dulu, akan menikah tahun depan?” tanya Saras membuka suara.

Semua teman dekat Lita yang ada di sekeliling meja itu menatap ke arahnya. Mereka mencoba melihat reaksinya. “Benarkah? Kalau begitu bagus. Mira juga bukannya akan menikah tahun depan?”

Perempuan bernama Mira itu tersenyum. “Ya, tapi itu masih terhitung lama karena aku akan menikah di penghujung tahun.”

Obrolan itu berlanjut, semuanya berbicara tentang topik pernikahan yang biasa dibahas oleh laki-laki dan perempuan seusia mereka.

“Kamu kapan nyusul sama Rey?” tanya Iren penasaran.

“Rencananya tahun depan kami akan bertunangan,” jawab Lita sambil tersenyum. Ada semu merah di pipinya saat ia mengingat kekasihnya.

“Oh iya, ta. Tadi siang bocah yang manggil kamu mama itu siapa?” tanya Iren mengalihkan pembicaraan.

Pandangan Lita beralih ke Iren. Ia tidak mengerti kenapa temannya itu bertanya lagi padahal ia sudah menjelaskannya melalui pesan singkat.

“Aku juga tidak kenal… ,” jawab Lita sambil menghela nafas. Ia teringat lagi tatapan pria yang seolah mampu membuatnya membeku itu.

Teman-teman yang tidak melihat kejadian itu mengernyitkan keningnya. “Bocah?”

Lita mulai menceritakan kejadian tersebut. Ia hanya mengatakan sebagian dari apa yang dialaminya dan sama sekali tidak mengatakan tentang penawaran dari ayah bocah itu.

“Eh tapi kenapa dia manggil kamu mama, ta?” tanya Iren sambil mengernyitkan keningnya.

“Aku juga tidak tahu, sebenarnya aku ingin bertanya, tapi takut menyinggung… ,”

Semua teman Lita mengangguk mengerti meski sebagian di antara mereka merasa ada keanehan pada penjelasan perempuan itu.

Iren bahkan mulai menaruh rasa curiga karena ia mengetahui bahwa dulu Lita sempat menghilang selama satu tahun.

Perempuan berkacamata itu bergumam dalam hati, ‘tidak mungkin kan ada bocah yang tiba-tiba memanggil orang lain dengan sebutan mama? Apa jangan-jangan penyebab Lita yang dulu tidak ada kabarnya selama satu tahun itu karena–‘

“Oh iya, tadi di dekat tempat reuni ada aktris yang sekarang naik daun loh, aku sempat minta foto,” ucap Rini sambil memamerkan potret dirinya bersama seorang aktris cantik.

Melihat Rini menunjukkan potret bersama seorang aktris membuat Iren langsung mengeluarkan ponselnya dan memamerkan hal yang sama.

Lita tampak kaget saat melihat layar ponsel Rini. Ia yakin betul bahwa wanita yang menemui Ardan adalah aktris cantik itu.

Saat teman-temannya sedang membicarakan aktris tersebut, Lita hanya terdiam di tempatnya. Ia mulai merasakan sesuatu yang tidak nyaman di hatinya.

***

Waktu berlalu cepat, Lita telah kembali ke Jakarta setelah menghabiskan waktu cuti di kota kelahirannya. Ia sudah kembali ke rutinitas awal yang membosankan sejak beberapa hari lalu. Pergi pagi, pulang sore lalu mengulangi hal tersebut setiap hari.

“Bagaimana Tara liburannya?” tanya seorang laki-laki berkacamata yang disebut paling tampan di ruangan itu.

Perempuan itu memiliki nama lengkap Litara Diany. Teman kerja di lingkungan Jakarta memang terbiasa memanggil ia dengan nama Tara, karena itu adalah nama yang ia sebutkan mulai awal masuk perusahaan tersebut.

Sejak mengalami hal buruk beberapa tahun lalu, Lita menjadi lebih waspada terhadap banyak hal. Ia bahkan memperkenalkan diri dengan nama panggilan berbeda dari tempat asalnya agar merasa lebih aman.

“Tentu saja senang karena bisa bertemu teman-teman lama,” jawab Lita sambil memeriksa pekerjaan yang harus ia lakukan hari itu. Ia enggan membahas kejadian menyebalkan yang sempat menimpanya.

“Pengen liburan juga,” sahut Lina sambil memainkan bolpoin di tangannya.

“Jatah cuti mu tahun ini habis kan?”

“Ya mau bagimana lagi? kakak ku saat itu menikah dan aku diminta pulang kampung cepat.”

“Tenang, beberapa bulan lagi sudah ganti tahun, kita bisa libur semua.” Kali ini pria berkacamata kotak itu mencoba menghibur.

Lita hanya geleng-geleng kepala karena pergantian tahun yang dimaksud editor pelaksana itu masih sekitar empat bulan lagi.

“Oh iya, kita hari ini bakal kedatangan anggota tim baru.”

“Ada anggota baru? Pantas saja ada meja baru di seberang Lita,” sahut Nia yang langsung bersemangat.

“Dia pindahan dari H Media yang ada di Semarang, karena kinerjanya bagus jadi sekarang dia ditempatkan di pusat,” ucap Angga menjelaskan.

Belum sempat berbicara lagi, seorang perempuan datang bersama dengan laki-laki tampan dengan kacamata bundar.

“Pak Angga, pak Gio sudah sampai.”

“Nah, udah datang. Thanks ya.”

Perempuan itu mengangguk lalu berlalu pergi. Angga langsung memperkenalkan Gio ke semua tim editor yang beranggotakan empat orang itu.

Pria itu memakai kemeja navy lengan panjang. Rambutnya bergelombang dengan model fluffy yang tampak serasi dengan kacamata bulatnya.

Wajahnya bersih tapi kumis tipis yang dibiarkan begitu saja membuat ia terlihat seperti pria yang sudah berumur. Badannya tegap, hal itu menunjukkan jelas bahwa pria tersebut berolahraga secara teratur.

“Ini anggota baru kita, Gio, silakan berkenalan.”

Pria bernama Gio itu memandang ke arah Lita, dia tersenyum lalu kemudian baru melihat ke seluruh anggota lainnya.

*****

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   125. Firasat

    Hembusan angin sore itu membawa aroma hujan. Tidak lama setelah itu gerimis turun. Namun kedua orang itu tidak beranjak dari tempatnya duduk.Meski tidak terkena air hujan langsung, percikan air yang terbawa angin tetap mengenai keduanya. Udara yang semakin dingin itu mulai merasuk ke pori-pori kulit.Ardan memandang ke arah lain dengan ekspresi kosong. Ia kembali teringat percakapan putranya dan Lita beberapa saat yang lalu.Kenyataan bahwa Alen lebih ingin bersama Lita semakin membuatnya tersadar bahwa perannya sebagai ayah selama ini sangatlah buruk.Kalimat yang diucapkan oleh Alen menjadi lebih terasa menyakitkan karena ia sangat menyayangi putranya. Namun meski hatinya terluka, Ardan tetap menginginkan hal yang terbaik untuk putranya.Lita mengeratkan tangannya tanpa bisa menjawab perkataan Ardan. Ia hanya menatap wajah pria itu dengan ekspresi cemas.“Jangan memberitahu Alen dulu, aku akan berbicara dengannya di waktu yang sudah ditentukan. Kita lakukan seperti biasa sampai wak

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   124. Situasi tidak terduga

    Selama beberapa hari Lita terus memikirkan apa yang sudah dikatakan oleh Alen. Meski sikap Alen kembali seperti semula, perempuan itu masih merasa cemas.Ia masih belum mengatakan apa pun ke Ardan. Namun seminggu setelah liburan itu Lita akhirnya mulai memikirkan niatnya untuk berhenti bekerja supaya fokus mengurus Alen saja.Tentu saja ia masih perlu menyelesaikan pekerjaan yang ada dan membuat keadaan stabil lebih dulu. Ia tidak bisa begitu saja meninggalkan tanggungjawabnya pada orang lain.Lita menghela nafas lagi. Ia meijat dahinya pelan. Sikapnya itu sejak tadi diperhatikan oleh Ardan, tapi perempuan itu tidak menyadarinya.Ardan sendiri sempat merasa Lita dan Alen menjadi agak berbeda setelah berkunjung ke taman hiburan minggu lalu, tapi pria itu tidak sempat bertanya.Tidak hanya tentang itu. Kejadian-kejadian sebelumnya pun tidak dibicarakan lagi dan dibiarkan menumpuk begitu saja. Hal tersebut membuat Ardan merasa canggung untuk memulai percakapan.“Apa ada masalah?” tanya A

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   123. Penawaran tidak terduga

    Suasana sore hari di taman hiburan itu menjadi mendung tiba-tiba. Bianglala itu masih tidak bergerak. Semuanya seolah terhenti di saat yang bersamaan.“Alen? Apa maksud mu?” tanya Lita tergagap.Bocah kecil itu tersenyum tapi ekspresinya terlihat sangat sedih. Alen terlihat ragu, seperti sedang memikirkan apakah ia akan melanjutkan perkataannya atau tidak.Matanya mulai berkaca-kaca karena membayangkan kehidupan dimana Lita harus pergi dari hidupnya.Melihat mata Alen yang berkaca-kaca, Lita pindah tempat duduk di samping Alen. Ia membelai lembut kepala bocah itu, mencoba menenangkannya meski ia sendiri sebenarnya sedang merasa tidak tenang.“Alen, apa kamu mendengar ucapan mama saat di penginapan waktu itu?” tanya Lita mencoba memastikan.Alen mengangguk. Namun kali ini ia tidak berani menatap wajah Lita. Ia lebih memilih mengamati sepatu putih yang sedang dipakainya.“Sayang, kamu salah paham. Mama berkata begitu karena marah, maksud mama tidak seperti yang kamu pikirkan.”Bocah kec

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   122. Menanti

    Esok harinya Alen bangun pagi sekali karena bersemangat untuk jalan-jalan. Seperti yang sudah dijanjikan oleh Lita, mereka akan pergi ke taman hiburan lagi.Keduanya diantar oleh Zan. Meski awalnya menolak, Lita tidak bisa mengabaikan permintaan Ardan yang ingin menjaga keamanan putranya.Pukul 10 pagi mereka bertiga sampai di taman hiburan L Fantasy di Bandung. Suasana ditempat hiburan itu sudah ramai seperti biasa. Namun cuaca hari itu lebih cerah daripada sebelumnya.Lita sudah melihat prakiraan cuaca sehingga ia sudah menyiapkan topi dan kipas kecil jika nanti Alen kepanasan.“Zan, kamu ikut masuk atau ada hal lain yang ingin kamu lakukan?”“Om Zan pergi saja ya? aku ingin disini berdua saja dengan mama,” sela Alen sebelum Zan menjawab.“Alen, tidak boleh begitu,” ucap Lita yang kemudian mengelus kepala Alen pelan. Namun bocah kecil itu hanya menggembungkan pipinya.Zan yang melihat itu tertawa. “Tidak apa-apa, saya sepertinya akan mengunjungi kerabat saya disini. Tapi tolong jaga

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   121. Ketulusan

    Lita sengaja berangkat lebih lambat dari biasanya supaya bisa menemani Alen sarapan dan mengantarnya ke playgroup.Ia juga pulang lebih awal meski seharusnya masih lembur untuk menyelesaikan pekerjaan. Perempuan itu ingin menemani Alen makan malam sampai bocah kecil itu tidur.Sebagai ganti waktu yang ia gunakan untuk Alen, Lita harus kembali mengerjakan pekerjaannya setelah ‘putranya’ tidur.Perempuan itu mengurangi waktu istirahatnya karena tidak ingin membuat Alen merasa sendiri. Baginya itulah hal terpenting yang harus dilakukannya.Hal itu berlangsung hingga beberapa hari. Tidur setelah jam 2 dini hari lalu bangun pukul 5, kemudian langsung bersiap. Lita menjalani rutinitas itu dan mengabaikan rasa lelah yang mulai menumpuk pada tubuhnya.Tatapan matanya fokus dengan layar di depannya sedangkan tangannya menari lincah di atas keyboard putih. Lita bahkan tidak sadar jika sejak tadi seseorang sedang mengamatinya dari belakang.Pria itu mengamati jam di tangannya lalu masuk ke dalam

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   220. Membohongi diri sendiri

    Lita, Ardan dan Alen kembali ke Jakarta pada malam hari setelah hujan reda. Suasana hening dalam perjalanan menyelimuti keluarga kecil itu.“Kamu baik-baik saja?” tanya Lita yang menangkap perubahan suasana hati Alen.Bocah kecil di samping Lita itu tersenyum. “Ya aku hanya masih merasa mengantuk.”“Tapi kamu sudah tidur cukup lama loh.”“Hmmm, tapi aku masih mengantuk.”Ardan melirk dari spion tengah lalu kembali fokus menyetir. “Kamu bisa tidur lagi.”“Ya…”Suasana kembali menjadi hening. Lita akhirnya memilih memejamkan matanya karena tidak tau harus bebicara apa.Setelah ia mengungkapkan amarahnya ke Ardan sore tadi, Lita tetap berada di luar ruangan dekat kolam ikan di penginapan itu. Perempuan bermata coklat itu baru kembali begitu matahari tenggelam.Ia tidak tau harus berkata apa kepada Ardan, jadi ia memilih diam seolah tidak terjadi apa pun. Tidak seperti yang dikhawatirkannya, Ardan juga tidak membahas hal itu lebih lanjut. Sikap pria itu tetap sama seperti biasa.Sesampain

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status