Share

Jatuh Pingsan

Penulis: Anita
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-04 21:24:56

Bekerja sebagai personal assistant bagi seorang Albert Kenzi ternyata cukup membuat Akira harus menyediakan kesabaran berlapis-lapis. Tak jarang sikap atasannya itu terasa sangat menyebalkan. Terkadang Akira curiga bahwa Albert sengaja memerintahkan hal-hal aneh untuk mengerjai dirinya.

Hari itu Albert memerintahkan Akira ikut bersamanya untuk meninjau pembangunan proyek. Mereka hanya pergi berdua tanpa Levin. Albert memerintahkan Levin tetap di kantor untuk mengerjakan tugas lain. Dia hanya mengajak serta seorang sopir.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di lokasi itu. Sebelum benar-benar memasuki area pembangunan, Albert dan Akira mengenakan pakaian khusus untuk keselamatan kerja. Akira menemani Albert berkeliling melihat proses pembangunan gedung. Perempuan itu bahkan juga membuntuti dan menjadi pendengar setia ketika Albert asik berbicara dengan sang arsitek.

Cuaca hari itu cukup terik. Akira merasa kepanasan. Apalagi di sebuah tanah lapang dengan bangunan yang belum beratap membuat dia tidak menemukan tempat untuk berteduh. Sementara Albert masih saja terlibat dalam perbincangan yang tidak membuat Akira berminat.

Di bawah panasnya matahari, tubuh Akira mulai terasa tak nyaman. Beberapa helai rambutnya sudah menempel di dahi dan leher yang basah oleh keringat. Semakin lama dia bahkan mulai merasa pusing.

Akira mengira dirinya mengalami dehidrasi tapi ia juga lupa tidak membawa air minum. Perlahan tubuh itu terasa semakin lemah. Pandangan Akira mengabur dan gadis itu akhirnya jatuh tak sadarkan diri.

Akira yang jatuh pingsan sontak mengalihkan perhatian Albert dan beberapa pekerja yang ada di sana. Mereka mulai berkerumun untuk melihat apa yang sedang terjadi. Albert memangku tubuh Akira. Dia dapat melihat wajah gadis itu sudah memucat.

“Akira, kau kenapa? Bangun, Akira. Sadarlah!” ucap Albert sembari menepuk-nepuk sebelah pipi Akira namun gadis itu tak sadar juga.

“Dia pingsan, Pak. Sebaiknya segera di bawa ke rumah sakit,” ujar salah seorang pekerja memberi saran.

“Itu benar. Aku harus membawanya ke dokter,” kata Albert sembari mengangkat tubuh Akira dan menggendongnya. Dia membawa Akira masuk ke dalam mobil dengan tetap memangku tubuh tak berdaya itu di kursi belakang. Albert langsung memerintahkan sopirnya untuk melajukan mobil ke arah rumah sakit terdekat.

Sesampainya di sana, Albert langsung dibantu oleh beberapa petugas untuk memindahkan tubuh Akira pada brankar. Mereka pun membawa Akira untuk ditangani oleh dokter. Albert hanya memberikan penjelasan bahwa Akira jatuh pingsan di tempat proyek. Dokter meminta Albert menunggu di luar ruangan.

Albert menunggu dengan dua sisi perasaan. Satu sisi dia merasa kebingungan atas apa yang terjadi pada Akira. Namun di sisi lain dia juga kesal karena merasa gadis itu sudah membuatnya kerepotan.

Setelah tak lama menunggu, akhirnya dokter yang memeriksa Akira keluar dari ruangan itu dan menemui Albert. Dokter bernama Fariha itu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi hingga menyebabkan Akira jatuh pingsan.

“Saya ucapkan selamat dan turut berbahagia untuk anda. Anda tidak perlu khawatir dengan kondisi Ibu Akira. Tapi tolong jaga kesehatan dan pola asupannya dengan baik. Jangan membuat dia terlalu kelelahan,” ujar Dokter Fariha yang tidak dapat dimengerti sepenuhnya oleh Albert.

“Apa maksud dokter berkata seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi pada Akira? Dia sakit apa?” tanya Albert meminta agar dokter itu mengatakan semuanya dengan jelas.

“Bukan sakit. Istri anda saat ini sedang hamil. Kalian akan segera menjadi orang tua.”

Ucapan dokter itu cukup mengagetkan Albert. Bukan karena dokter salah paham mengira dirinya sebagai suami Akira melainkan tentang diagnosa kehamilan itu. Rasanya dia tidak percaya jika Akira sedang hamil. Lebih tepatnya dia gelagapan karena tahu ulah siapa yang membuat Akira harus mengandung.

“Apa dokter bisa memastikan bahwa hasil diagnosa itu benar dan Akira memang sedang mengandung?” tanya Albert ragu.

“Iya, Pak. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa memang istri anda sedang mengandung. Usianya kandungannya memang masih muda dan rentan. Oleh karena itu, saya berpesan agar bapak bisa menjadi suami yang siaga untuk menjaga ibu dan bayinya. Sekali lagi saya ucapkan selamat untuk kabar membahagiakan ini. Kalau begitu saya permisi dulu,” ujar Dokter Fariha yang kemudian melenggang pergi setelah berpamitan.

Albert tak menanggapi ucapan terakhir Dokter Fariha karena terlalu sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri. Dia mengusap kasar wajahnya yang terasa kebas. Jika Akira benar-benar hamil maka kemungkinan besar janin itu adalah anaknya. Darah dagingnya sendiri. Dia masih ingat betul bagaimana dia menjadi orang pertama yang merenggut hal paling berharga dari diri Akira malam itu.

Mendengar keterangan dokter justru membuat Albert gelisah. Dia tidak menyangka bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah. Meski dia sadar itu adalah hasil dari perbuatan yang salah. Tapi bagaimana pun juga Akira tidak tahu bahwa Albert adalah pelakunya.

Albert bingung apa yang harus dia lakukan pada Akira setelah mengetahui kehamilan itu. Akira tidak tahu apa-apa dan mungkin hanya menganggap kejadian malam itu sebagai sebuah kecelakaan yang begitu pahit.

Albert mulai khawatir kehadiran bayi itu justru akan menjadi jebakan yang mengikat dirinya lebih jauh dengan kehidupan Akira. Dia tidak mau upaya balas dendamnya sendiri yang justru menjatuhkannya. Dia tidak ingin peribahasa senjata makan tuan berlaku pada dirinya.

Albert masuk ke dalam ruangan setelah seorang suster memanggilnya dan mengatakan bahwa Akira sudah sadar. Setelah Albert masuk, suster itu pergi dan hanya meninggalkan mereka berdua.

“Apa yang terjadi pada saya? Kenapa saya bisa ada di rumah sakit?” tanya Akira kebingungan sembari mengedarkan pandangan ke seluruh sisi ruangan. Dia tidak mungkin salah menduga bahwa tempat itu adalah salah satu kamar di rumah sakit.

“Tadi kamu jatuh pingsan saat kita sedang meninjau pembangunan proyek, jadi aku membawamu ke sini,” jawab Albert.

“Maaf kalau saya sudah merepotkan bapak. Mungkin saya jatuh pingsan karena belum sempat sarapan tadi pagi. Seharusnya bapak tidak perlu membawa saya ke rumah sakit segala,” ujar Akira.

“Tidak, Akira. Kamu pingsan bukan hanya karena telat makan. Ada hal lain yang menjadi alasannya.”

“Apa dokter mengatakan sesuatu? Apa saya mengidap penyakit parah?” tanya Akira merasa ngeri membayangkan hal buruk.

“Dokter mengatakan bahwa kamu sedang hamil.”

Perkataan itu bagai sebilah mata pedang yang melesat cepat dan menusuk ulu hati Akira. Jauh lebih mengerikan dibanding penyakit apa pun yang dia anggap menakutkan. Dia tidak bisa percaya begitu saja atas apa yang didengarnya sekalipun dia tahu kemungkinan kehamilan itu pasti ada.

“Bapak tidak sedang bercanda atau membohongi saya?” tanyanya dengan nada lemah.

“Untuk apa saya berbohong untuk hal seperti ini, Akira. Tidak ada gunanya bagi saya,” jawab Albert.

Bersamaan dengan itu, Akira menundukkan wajah dan setetes air matanya meluncur dengan bebas. Traumanya tentang kejadian malam itu masih saja membekas. Tapi kini kehadiran janin dalam rahimnya semakin menyisakan kubangan luka terdalam yang tidak akan bisa dia sembuhkan. Setelah hari itu, Akira tidak akan pernah bisa melupakan kejadiaan naas yang menimpanya sekalipun dia sangat ingin untuk menghilangkan ingatan itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Skandal CEO   Kecemasan

    “Kenapa kamu melakukan ini, Akira?” tanya Albert tampak berat hati untuk menuruti. Permintaan Akira membuat Albert tidak percaya. “Kamu sudah menjadi seorang ayah. Bagaimana bisa aku membiarkan suamiku tidak merasakan kasih sayang seorang ayah? Aku ingin kita menata hidup kita lagi dengan semua hubungan yang lebih baik. Ayo kita benar-benar mulai semuanya dari awal, Al. Lagi pula aku sudah tidak punya ayah. Kalau kamu mau mengakui Pak Adrian sebagai ayahmu, maka aku akan mendapatkan sosok ayah juga walau hanya ayah mertua,” ungkap Akira dengan mata berkaca-kaca dan menatap Adrian pada kalimat terakhirnya. Adrian terharu mendengar ucapan Akira. Dia bahkan langsung merangkul istri putranya itu dengan erat. Tanpa ragu Adrian mengatakan bahwa dia akan menganggap Akira sebagai putrinya sendiri. Perlahan suasana haru semakin meliputi ruang kerja Adrian. Meski sempat ragu-ragu tapi akhirnya Albert pun mengikuti jejak Akira. Dia meminta maaf pada Adrian atas semua sikapnya yang tidak menyen

  • Terjebak Skandal CEO   Permintaan Akira

    Pagi-pagi sekali Albert sudah bersiap dengan rapi. Akira bahkan turut membantunya dengan senang hati. Perempuan itu memakaikan dasi di leher sang suami. Kini hubungan keduanya jauh lebih membaik.Mereka sepakat untuk memberikan kesempatan pada hubungan mereka. Bahkan mereka mulai menunjukkan perhatian satu sama lain seperti yang dilakukan Akira pagi itu. Sementara Albert hanya terus tersenyum dan memandang lekat wajah istrinya hingga Akira salah tingkah.“Jangan menatapku seperti itu,” tegur Akira tersipu malu.“Apa tidak boleh menatap istri sendiri?” tanya Albert.“Bukan tidak boleh. Aku khawatir saja kalau kamu terus memandangiku bisa berbahaya.”“Memangnya kenapa?” tanya Albert sembari mengerutkan kening. Dia kebingungan dengan maksud perkataan istrinya.“Kalau kamu terus menatapku, kamu bisa terpesona dan tidak jadi pergi ke kantor nanti,” jawab Akira justru menggoda.Albert memutar bola mata malas sementara Akira hanya tertawa melihat ekspresi suaminya. Sesaat kemudian Albert lan

  • Terjebak Skandal CEO   Sebuah Ketulusan

    Kabar kembalinya Akira tidak luput dari pantauan Erna. Seorang ibu yang menyimpan dendam terhadap anak tirinya itu tak mau menunda waktu untuk melakukan pembalasan. Erna sudah bersiap untuk melaporkan Akira ke polisi dan menyerahkan bukti rekaman yang dia miliki.Namun kehendak itu tak sampai terjadi karena rencananya kurang rapi. Albert yang cerdik sudah lebih dulu mengendus niat jahat Erna pada Akira. Selama ini diam-diam Albert memang memata-matai gerak-gerik Erna.Dia sadar ibu itu pasti merasa sakit hati karena Albert menjebloskan putranya ke penjara. Albert selalu waspada untuk mencegah pembalasan dari Erna.“Sialan! Bagaimana bisa Erna mempunyai bukti rekaman tentang perbuatan Akira?” ujar Albert merasa kesal setelah mendapat laporan dari orang suruhannya.“Saya kurang tahu, Bos. Tapi dia berencana untuk melaporkan Nona Akira dengan bukti yang dia miliki. Dia ingin balas dendam pada bos lewat Nona Akira.”“Kurang ajar!” umpat Albert.“Apa mungkin ini ulah Adrian? Mungkin saja A

  • Terjebak Skandal CEO   Benci dan Cinta

    “Apa yang kalian lakukan pada istriku hingga dia menjadi seperti ini?” tanya Albert geram. Anak buahnya memang sudah berhasil membawa istri dan anaknya kembali ke rumah. Namun Albert tampak marah karena Akira dibawa dalam keadaan pingsan.“Maaf, Bos. Kami terpaksa membius Nona Akira,” jawab salah seorang anak buahnya.“Dasar bodoh!” umpat Albert. “Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada istriku karena perbuatan kalian?”“Kami tidak punya pilihan lain, Bos. Nona Akira terus memberontak. Apalagi kami harus menempuh perjalanan dari luar negeri. Kalau pun kami memintanya ikut secara baik-baik atas permintaan Tuan Albert, apa nona akan mau ikut bersama kami begitu saja? Jadi kami terpaksa menculiknya,” bela salah seorang lainnya.“Bos juga meminta kami membawanya kembali dengan cara apa pun,” imbuhnya seolah tak mau disalahkan.“Terserah kalian saja. Lebih baik aku segera menghubungi dokter sekarang juga. Silahkan kalian keluar dari sini,” ucap Albert kesal.Dua lelaki berbadan kekar itu pun

  • Terjebak Skandal CEO   Penculikan

    Pagi-pagi sekali Albert sudah berpenampilan rapi. Dia sudah siap untuk mengambil alih posisinya kembali. Ia merasa kondisinya sudah cukup membaik dan bisa mulai bekerja.Pikirannya juga sudah lebih tenang karena sudah mendapatkan kepastikan terkait keberadaan Akira. Dia hanya perlu menunggu hasil kerja anak buahnya. Dia terus memantau dari jauh dan meminta laporan dari mereka.“Kamu yakin sudah bisa masuk kantor, Al?” tanya Sofia saat melihat menantunya keluar dengan pakaian rapi.“Iya, Ma. Aku sudah beristirahat cukup lama. Aku tidak tahu bagaimana kondisi perusahaan sekarang,” jawab Albert. Dia sadar kini dia bahkan tidak punya kaki tangan yang bisa dipercaya dalam urusan pekerjaan seperti Levin dulu. Dia harus mengurus semuanya sendiri.“Baiklah kalau begitu. Tapi jangan terlalu kelelahan ya. Sekarang kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat,” pinta Sofia yang mulai menyiapkan porsi makanan untuk menantunya. Albert benar-benar bahagia dilimpahi kasih sayang seperti itu. Rasanya ta

  • Terjebak Skandal CEO   Kabar dari Dannish

    Sebuah pelukan menandai perpisahan. Hari itu Akira mengantar Dannish ke bandara. Dannish akan pulang ke Indonesia.Sesungguhnya laki-laki itu tidak tega meninggalkan Akira hanya berdua dengan Elza di sana. Tapi Akira tetap memaksanya agar pulang demi Maria. Apalagi setelah kejadian pernyataan perasaan yang dilakukan Dannish.Akira merasa sungkan untuk terus melibatkan laki-laki itu lebih jauh dalam masalah kehidupannya. Apalagi Akira juga tidak bisa membalas perasaan yang sama pada Dannish. Akira menolak cinta Dannish.Meski sedikit kecewa, Dannish tetap bersikap bijaksana. Dia mengatakan bahwa pertemanan mereka tidak akan berubah hanya karena hal itu. Dia masih selalu siap menjadi orang terdepan untuk membantu Akira.“Aku ucapkan terima kasih atas semua kebaikanmu. Aku tidak bisa membalasnya. Kamu bahkan meninggalkan pekerjaan dan keluargamu demi mengikuti aku ke sini. Tapi aku dan Elza bisa menjaga diri sendiri. Lebih baik kamu pulang agar Tante Maria tidak sendirian,” kata Akira.“

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status