Siasat RuzalNawa merasa tidak bisa menggunakan kekerasan pada pria itu seperti sebelumnya sebab saat dia bersikap tegas, justru membuatnya semakin terdesak. Lalu, dia mengendurkan perlawanan.“Tuan, Jay!” Katanya penuh penekanan, “Aku minta maaf kalau memang terjadi kesalahan soal kejadian di hotel waktu itu. Aku yang ceroboh sudah mengira dirimu gigolo ... Jadi, biarkan aku menebusnya, dengan bekerja padamu, tapi bukan untuk menjadi istrimu! Maaf!” Katanya.‘Ya, harus begitu sebab aku tidak bisa dan tidak mungkin menjadi bagian dari keluarga pembunuh orang tuaku!’ pikirnya.“Apa kau tidak tahu kalau kedua Kakek kita punya sebuah perjanjian?”“Aku tidak tahu, sebab Kakek meninggal saat aku masih remaja, aku belum tahu apa-apa waktu itu!”“Lalu, tidak ada yang menceritakan padamu soal perjanjian itu?”“Tidak, perjanjian apa misalnya?”Jayid diam, dia melepaskan pegangan tangan Nawa begitu saja, karena merasa percuma memaksakan sesuatu yang Nawa tidak tahu menahu tentang perjodo
Tidak Menginap “Bukankah sudah ada dalam perjanjian kau harus datang ke rumah Bos sebelum berangkat ke kantor?”“Maaf, aku tidak bisa!”“Kalau begitu, kau harus melakukan pekerjaanku!”“Baiklah, apa itu?”“Bawa dokumen ini ke Gedung Bayaba, berikan pada Pak Leo dan, suruh dia untuk segera mengisi semua data dan bawa ke sini secepatnya, kalau sampai jam makan siang kau belum sampai ke sini lagi, maka, kau harus menginap di apartemen Tuan Jay malam ini! Apa kau paham?”“Apa?”“Apa masih kurang penjelasanku?”“Oh! Tidak ... terima kasih, Tuan Rizal. Sudah sangat jelas, saya akan segera ke sana sekarang juga!”Nawa segera memesan taxi dan dia melihat semua isi dokumen yang sangat banyak. Dia hanya bisa berharap Pak Leo mau bekerja sama dan bisa menyelesaikan data tepat waktu, hingga dia tidak harus menginap di rumah Jayid. Apalagi dia tidak ingin terus berbohong pada Rasyid—kakaknya.Sesampainya di lokasi, dia baru tahu jika ternyata gedung itu adalah proyek yang belum selesai
Menahan DiriJayid menarik napas dalam sebelum menjawab, “Aku pikir percuma, saja kau begitu keras berusaha untuk menunjukkan bahwa kau tidak suka, nyatanya kau kembali ke sini ... ya sudah, habiskan saja makananmu!”Nawa tidak napsu untuk menghabiskan makanannya lagi, hingga dia biarkan saja di atas meja. Lalu, dia bersandar sambil melihat Jayid dengan kesal.Sementara Jayid dan Rizal meneruskan pekerjaan mereka, berdiskusi dan menunjukkan beberapa gambar di laptop, menerima telepon seseorang, kemudian kembali mengerjakan berkas pada laptop masing-masing. Kedua pria begitu sibuk seolah dalam ruangan itu tidak ada Nawa.Waktu berlalu hingga hampir dua jam lamanya mereka dalam kesibukan, sedangkan Nawa yang duduk tak jauh dari dua orang itu, seperti melihat sebuah film dokumenter yang sangat menarik. Dia terlena dengan keindahan yang tersaji di depannya. Dua pria bekerja, terutama Jayid, tampak lebih tampan dari biasanya dan rasa kagum itu tidak berhenti begitu saja sebab gadis itu
Nawa SakitNawa seketika berpikir ulang keputusannya untuk memberikan nomor telepon Rasyid pada Jayid sebab dia khawatir jika pria itu akan merayu sang kakak agar mau menuruti keinginannya. Biar bagaimanapun, dua keluarga tidak mungkin bersama, dia tidak akan menikahi orang yang sudah terlibat dengan kematian kedua orang tuanya.Dasar licik! Pikir Nawa.“Tidak perlu!” sahut Nawa pada akhirnya.Dia memilih keluar kamar dan berniat melakukan pekerjaan yang bisa dia lakukan, di sana. Namun, beberapa saat lamanya dia hanya diam dan tidak melakukan apa-apa, lalu, berjalan berkeliling area apartemen untuk melihat-lihat.Setelah puas puas berkeliling, hal pertama yang dilakukan adalah pergi ke dapur melihat isi kulkas yang ternyata cukup penuh dengan segala macam bahan makanan di dalamnya dan, semua barang yang ada di sekitar ruangan itu pun tersusun dengan rapi dan bersih, membuat wanita itu bingung hendak memulai pekerjaannya dari mana.Tak lama dia mulai mengambil pakaian kotor dan m
Kebohongan Soyu“Kenapa harus curiga padaku?” Jayid balik bertanya dari kursi penumpang belakang.“Ya, karena Tuan mengaku tidak tahu rumahnya! Tapi sekarang, Anda ke sana.”“Biarkan saja, pikirkan satu alasan kalau begitu!”Rizal menarik napas dalam, karena dia sendiri yang harus memikirkan jawabannya tiba-tiba dia jadi menyesal mengapa dia harus bertanya.Sesampainya di rumah keluarga Nawa, Rizal mendapati pintu rumah tidak terkunci. Dia langsung mempersilahkan Jayid untuk masuk dengan perlahan dia mengikuti dari belakang dengan membiarkan pintu tetap terbuka lebar, untuk memasuki kamar Nawa.Betapa gelisah nya Jayid saat menyentuh kening Nawa yang tertidur dalam balutan selimut itu sangat panas.“Telepon rumah sakit, siapkan kamar perawatan sekarang juga!” kata Jayid sambil mengangkat tubuh Nawa dengan hati-hati ke dalam gendongannya. Lalu, berjalan keluar dengan segera.Rizal mematuhi perintah majikannya untuk menghubungi seseorang sambil membuka pintu mobil, setelah menutu
“Jay! Aku tidak mencoreng nama keluarga tapi, justru melindungi aset yang kita miliki dari rongrongan pihak luar! Aku sudah menutupinya selama ini dengan baik! Jangan rusak semua yang sudah aku usahakan!” Misella berkata dengan penuh penekanan.Dia tidak akan membiarkan adiknya merusak keadaan yang sudah kondusif demi keinginan, untuk mematahkan sumpah sang kakek, hanya bisa dilakukan dengan cara membuat kedua keluarga salah paham. Setidaknya dia pikir itu perbuatan yang paling aman.Namun, apabila sekarang Jayid menemukannya sebagai orang yang bersalah, itu adalah resikonya. Dahulu, Misella memang berniat untuk mencelakai kedua orang tua Rasyid yang tidak bosan-bosannya mendatangi serta membujuk, membuatnya kesal dan benci. Alasan kedua orang tua itu hanya karena janji pada kakek Deono untuk menikahkan Rasyid dengannya.Namun, siapa sangka jika kecelakaan itu terjadi bahkan sebelum Misella sempat berbuat sesuatu. Disaat itu, otak cerdasnya memikirkan cara, untuk membuat kesalahp
Sikap MisellaNamun setibanya di sana, Misella mendapati rumah itu kosong dan informasi yang dia terima dari orang-orang sekitar adalah, pemilik rumah itu, baru saja meninggal beberapa hari yang lalu. Dengan demikian, dia tidak bisa mengajukan permintaan agar tidak melibatkan namanyak, ketika seseorang meminta kesaksian darinya suatu saat nanti. Maksud Misella, seseorang itu adalah Jayid—adiknya.Tanpa Misella ketahui, Jayid sudah menyelidiki dan mendapatkan keterangan dari saksi mata itu jauh-jauh hari sebelumnya. Dari orang itulah, dia mengetahui jika kemungkinan kakaknya terlibat sebab saat kejadian walaupun, dia terluka parah, dia masih bisa melihat keadaan termasuk melihat Misella yang justru bersikap berbeda.Karena tidak ada orang di rumah itu, akhirnya Misella pulang dengan langkah lunglai karena usaha untuk menutupi kesalahan dengan cara membungkam saksi mata tidak berhasil. Namun, di lain sisi dia bisa bernapas lega setidaknya dia tidak perlu kuatir lagi kalau-kalau orang
Keterangan Dari Neti“Kenapa harus Nawa yang menjadi asistenmu dalam satu ruangan di tempat ini? Aku tidak suka dia berada di sekitarku apalagi di sekitar suamiku!” Misella terlihat emosi dan dia berdiri kemudian melangkah meninggalkan kantor suaminya, sebelum sampai di pintu Dia kemudian berbalik dan berkata, “Awas ya, kalau kau macam-macam dengan perempuan lain, apalagi dengan perempuan seperti Nawa!”Setelah kepergian Misella, Jonu mengepalkan tangannya dengan geram, dia tidak berdaya untuk melawan adik iparnya itu karena selalu mengancam untuk memiskinkan keluarganya kalau dia berani melawan. Dia memang berasal dari keluarga sederhana, tapi dia memberanikan diri untuk melamar dan menjadi suami Misella karena begitu mencintainya.Jonu begitu tergila-gila dengan Michella apalagi gadis itu memiliki kekayaan yang banyak. Sebenarnya dia banyak melakukan manipulasi dan hanya mengandalkan ketampanan saja, agar terlihat menjadi orang yang kaya di depan istrinya demi bisa meraih hatinya