Share

BAB 9: Sekolah

Author: Asayake
last update Huling Na-update: 2022-04-18 13:10:51

Kepala Winter mendongkak menatap gerbang sekolah yang sangat besar terbuka lebar, beberapa bus sekolah berjajaran baru datang dan mengantar anak-anak sekolah.

Hiro menghentikan mobilnya dan segera berlari keluar membukakan pintu untuk Winter.

Winter menelan salivanya dengan kesulitan, Winter terlihat  sedikit panik karena baru ingat bahwa dia tidak tahu di mana kelasnya berada.

“Nona, Anda tidak apa-apa?” Tanya Hiro yang memperhatikan Winter masih duduk di kursinya terlihat kebingungan.

“Tidak apa-apa.”

Winter segera keluar dan memasang ekspresi sedatar mungkin menyembunyikan kepanikannya. Anak-anak sekolah yang semula sibuk sendiri perlahan berhenti berjalan dan terlihat kaget karena Winter sudah kembali ke sekolah dengan penampilan yang sedikit berbeda.

Winter terlihat lebih mencolok karena Winter mewarnai rambutnya menjadi terlihat lebih terang, rambut itu tidak lagi di kepang, Winter membiarkan rambutnya tergerai indah. Winter juga mengenakan pakaianna tidak lagi serba kebesaran, wajahnya terpoles make up dengan sederhana dan cantik, untuk pertama kalinya orang-orang melihat Winter mengenakan anting, jam tangan dan aksesoris yang sesuai dengan standar kemampuan kehidupan aslinya.

Beberapa orang sedikit berbisik membicarakan keributan gosip minggu lalu mengenai Winter yang menyatakan cinta kepada Hendery dan mendapatkan balasan di permalukan.

Perubahan kecil yang terjadi pada Winter berhasil mencuri perhatian banyak orang. Namun, orang-orang  lebih menahan diri untuk tidak bergosip lagi karena orang tua Winter mengancam akan menuntut siapapun yang berbicara buruk kepada puterinya.

“Nona, saya akan menunggu Anda di sini hingga pelajaran Anda selesai. Jika butuh bantuan, bodyguard akan membantu Anda,” kata Hiro sambil menunjuk dua pria bertubuh kekar berdiri di depan mobil hitam yang sejak tadi mengikuti mereka.

Winter mengangguk mengerti.

“Winter.”

Tubuh besar Winter sedikit terhuyung ke sisi karena tiba-tiba seorang anak perempuan memeluknya dan menangis. “Winter, maafkan aku” isak gadis itu terlihat sedikit panik juga sedih penuh penyesalan.

“Lepaskan pelukanmu!” titah Winter tidak nyaman.

Perlahan pelukan gadis itu terlepas, gadis itu menunjukan wajah cantik jelitanya yang berlinanagan air mata.

“Bitch” Winter memanggil Paula dengan tajam penuh penekanan.

Paula terpaku kaget mendengar ucapan Winter yang berkata kasar dengan tatapan merendahkan yang jelas tertuju kepadanya, dengan cepat Paula mengalihkan perhatiannya pada penampilan baru Winter yang kini berdiri di hadapannya.

 Paula sejenak terdiam karena terkesima, Paula melihat penampilan Winter yang kini menjadi berbeda dari biasanya, bahkan aura dan tatapannya pun berubah dari biasanya.

Di mulai dari wajah Winter yang terpoles riasan yang membuat wajah Winter terlihat segar, rambut yang terawat dengan gaya baru, bahkan sepatu boots heels tinggi. Mengajutkan, Winter bisa berdiri dengan tegak sempurna dan penuh dengan percaya diri.

Paula semakin di buat terbelalak karena dia tidak melihat lipatan di perut Winter karena kini Winter memakai korset.

Paula menarik napasnya dalam-dalam merasa bingung dengan penampilan Winter yang begitu berbeda dari biasanya.

Siapa yang sudah membuat Winter yang pemalu dan norak itu memiliki keberanian berpenampilan seperti ini?.

Terakhir kali Winter dandan adalah saat pertama kali masuk Sekolah Menengah Atas. Winter di tertawakan semua orang karena dia memakai make up seperti badut.

Namun sekarang?.

Penampilan Winter yang sekarang bahkan membuat Paula yakin jika Winter datang ke salon terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah.

Paula tidak tahu siapa yang sudah berhasil membangkitkan kepercayaan diri Winter. Padahal bertahun-tahun Paula sudah berhasil membentuk pribadi Winter untuk menjadi gadis pemalu, bodoh dan norak.

Paula yakin Winter hanya akan merubah dirinya dalam waktu beberapa hari saja karena kini gadis itu tengah malu dan sedang menjadi perbincangan banyak orang.

Paula berdeham tidak nyaman. “Winter, barusan kau bicara apa?” tanya Paula dengan mata yang masih berkaca-kaca terlihat sedih.

“Aku hanya memanggil namamu” jawab Winter dengan tenang.

Kening Paula sedikit mengerut kecil, barusan yang dia dengar bukan namanya, namun makian. Paula sedikit menggeleng mencoba untuk tidak memikirkannya, sekarang yang terpenting adalah memperbaiki kepercayaan Winter kepadanya.

“Winter, aku senang kau bisa kembali sekolah. Aku sangat bersedih dan merasa sangat bersalah hingga tidak berani menemuimu, maafkan aku Winter. Kau pasti sakit hati setelah melihat rekaman itu, tapi itu hanyalah sebuah candaan Winter. Percayalah padaku, mana mungkin aku memiliki hati seperti itu kepada sahabatku sendiri,” ucap Paula dengan suara indahnya.

Mata Winter sedikit menyipit, dia menangkap ada sesuatu yang janggal dari ucapan yang keluar dari mulut Paula.

Winter cukup penasaran dengan akan  apa yang sebenarnya telah terjadi di antara Winter dan Paula. Lebih baik untuk saat ini dia berpura-pura memaafkan.

“Winter, Aku benar-benar menyesal dan tidak bermaksud mempermalukanmu, kita lupakan pertengkaran kita ya?” Paula meraih tangan Winter dan menggenggamnya dengan kuat. “Winter percayalah padaku, mana mungkin aku mempermalukanmu dan menusukmu dari belakang. Kamarin itu aku khilap karena iri dengan kesempurnaanmu. Maafkan aku, aku sungguh menyesal, aku tidak akan mengulanginya lagi,” ucap Paula lagi terlihat bersungguh-sungguh.

Bibir Winter menekan menahan diri untuk tidak memaki, sementara tangannya terkepal kuat agar tidak menjambak rambut Paula.

Entah seperti pola pikir pemilik tubuh Winter yang dulu.

Mengapa Winter yang dulu sangat gampang di bodohi?.

Paula terus menerus mengatakan Winter sempurna, namun di belakang itu semua, Paula terus mendorong Winter ke jurang kehancuran yang membuat Winter menjadi bahan lelucon semua orang atas fisik dan kapasitas otaknya yang kian menumpul.

Dagu Winter sedikit terangkat, untuk kali ini dia akan terus bersikap seperti Winter yang dulu. Tidak indah balas dendam dengan menghancurkan lawan begitu saja.

Lawan harus tersiksa dahulu, baru di hancurkan.

“Winter aku mohon” bisik Paula.

“Mengenai kejadian di atas gedung sekolah” Winter memancing dengan mulai membahas di atas gedung sekolah yang sangat Winter yakini jika Paula ada hubungannya dengan Winter.

“Winter, kau salah paham. Sudah aku bilang, mana mungkin aku melakukannya” sela Paula terlihat panik. “Kau mau kan, kita tidak perlu membahasnya lagi? Kita bersahabat sejak kecil, aku tidak mungkin menjadi duri di dalam hidupmu. Kau tahu sendiri kan, selama ini aku yang selalu ada untukmu,  hanya aku yang tulus padamu.”

Jawaban Paula semakin membuat Winter ingin mengetahui apa yang sebenarnya di pertengkarkan sebelum Winter yang asli di temukan tidak sadarkan diri.

“Kau mau memaafkan aku kan, Winter?”

Kening Winter mengerut samar, dia sangat tidak suka mendengar permintaan maaf Paula yang terdengar sangat enteng keluar dari mulutnya, namun dengan cepat Winter kembali bersikap biasa. “Aku memaafkanmu,” jawab Winter.

Paula terbelalak kaget dengan jawaban Winter yang tidak terduga, kekagetan Paula berubah dengan cepat menjadi senyuman lembutnya yang manis. “Winter, kau memang sahabat sejatiku.”

“Nona.” Hiro menarik tangan Winter dan membawanya mundur beberapa meter agar terjauh dari Paula. “Nona, tolong ingat pesan tuan Vincent. Mulai sekarang Anda harus lebih berhati-hati” kata Hiro menasihati.

Winter mengangguk, tanpa perlu mengingat nasihat Vincent, dia memang akan hati-hati kepada Paula dan kepada siapapun yang di temuinya.

“Nona, hati-hatilan” nasihat Hiro lagi mengingatkan agar Winter tidak lupa.

“Iya” Winter segera berbalik dan pergi mendekati Paula lagi yang kini berdiri menunggu.

“Winter, ayo ke kelas denganku” ajak Paula.

Winter mengangguk setuju, kini dia tidak perlu repot-repot mencari kelasnya karena Paula akan mengantarnya.

Untuk beberapa menit Winter bisa menahan jijik dengan Paula yang terus menempel dan bersikap manis kepadanya, ke depannya dia akan menjambak rambut Paula hingga kepala Paula pitak.

 “Winter.” Paula yang baru beberapa langkah berjalan langsung berhenti melangkah, gadis itu merasakan langkah tegas Winter yang tidak seperti biasanya, tidak hanya itu, Winter juga memakai sepatu berheels tinggi tanpa hambatan apapun.

Winter berjalan dengan sangat tegas dan terlihat nyaman, gadis itu tidak oleng dan  jatuh sama sekali.

“Kau… sejak kapan kau bisa memakai sepatu seperti itu?” tanya Paula bingung. “Tidak seperti biasanya kau juga dandan dan memakai korset.”

To Be Continue..

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 230: END

    Dua tahun kemudian.. Kota Den Haag Sebuah gedung hotel tampak sibuk dan ramai malam ini karena ada pesta besar yang sedang merayakan ulang tahun hotel Lessy yang berpusat di kota Neydish. Di dalam sebuah ruangan besar orang-orang berkumpul, mereka terlihat anggun dan tenang, saling berbicara satu sama lainnya menikmati pesta yang sedang berlangsung. Seorang wanita bergaun putih memainkan cello opera di tengah pesta, wanita itu memainkan musik Romeo & Julliet Love Theme. Para tamu undangan yang berdiri dan sibuk bicara di buat terkesima mendengarkan alunan musik yang begitu dalam menghiasi malam pesta. Mereka berbalik melihat sepenuhnya ke arah orang-orang yang bermain musik dan sejenak menghentikan pembicaraan mereka. Di antara banyak orang yang melihat musik, seorang pria berdiri di depan jendela, pria itu sibuk dengan kesendiriannya, memandangi langit malam yang begitu gelap. Alunan musik dalam pendengarannya membawa dia dalam sebuah ingatan indah ketika dia belajar menari di

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 229: Harapan Baru

    Sebuah photo terbingkai di pajangkan di atas meja belajar, Winter menopang dagunya melihat photo dirinya saat pelulusan sekolah di hadiri Benjamin dan Vincent. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kematian Marius dan kepergian Marvelo, kini Winter bisa duduk santai di meja belajarnya, tidak tahu apa yan harus dia lakukan karena semua tujuan hidupnya yang dia cari sudah berada dalam genggaman, yaitu kebahagiaan dan balas dendamnya yang sudah di tuntaskan. Setiap akhir pekan Winter akan mengunjungi makam Kimberly dan Marius, sudah dua kali juga Winter bertemu Jenita akhir-akhir ini. Keadaan Jenita terlihat lebih baik dari sebelumnya, Jenita bersama Levon membangun lebih luas panti asuhan tempat tumbuhnya Kimberly. Keduanya tampak mulai menikmati masa-masa tua mereka, Felix menjaga mereka dengan baik sebagaimana keinginan Marius. Sejak hukuman Paula di tetapkan, kini Winter tidak lagi bertemu dengannya. Untuk Marvelo, sejak kepergiannya ke Belanda, dia tidak memberikan kabar

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 228: Lembaran Baru

    Satu bulan setelah kepergian Marius, kini Winter kembali harus melanjutkan kehidupannya seperti biasa, sedikit demi sedikit gadis itu berusaha menyembuhkan hatinya dan kembali menemukan kekuatannya lagi. Winter harus berjuang lebih kuat karena Marvelo juga sudah menghilang dari sisinya, tidak ada lagi seseorang yang bisa menjadi teman penghapus kesedihannya. Jiwa Kimberly sempat berpikir, melepaskan Marvelo akan membuat perasaan dia lebih baik karena tidak lagi membuat Marvelo tersiksa karena memendam perasaannya. Rupanya tidak semudah itu, karena jiwa Kimberly merasakan kekosongan besar di dalam hatinya. Ternyata, Marvelo memiliki tempat yang begitu spesial dia dalam hati Winter Benjamin. Meski kini mereka berpisah jauh, kini Winter hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Marvelo. Hari ini adalah hari persidangan pertama Paula, persidangan akan di adakan secara terbuka sehingga siapapun dapat menyaksikannya. Winter sudah siap untuk menghadirinya. Winter berdiri di depan jende

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 227: Vincent Tahu

    Marvelo menarik kopernya melewati beberapa orang yang ada di depannya, sekilas pria itu melihat ke belakang, Marvelo tersenyum hangat melihat Charlie dan Lessy melambaikan tangan mereka mengantar kepergian Marvelo. Marvelo kembali melangkah, pria itu tetap tersenyum menyembunyikan suatu perasaan yang mengganjal di hatinya. Kepergian Marvelo terasa tidak begitu menyenangkan karena dia meninggalkan Winter dalam keadaan sedang terluka. Tidak ada maksud untuk dia meninggalkan Winter sendirian, namun keadaan yang memaksa Marvelo harus mengambil keputusan ini. Meski Marvelo ingin menemaninya dan membantu gadis itu bangkit dari kesedihannya, namun Marvelo juga tidak berani terus mendekat karena dia harus segera melenyapkan perasaannya. Marvelo tidak ingin menjadi pria lemah yang hidup tanpa tujuan dan tidak berani mengambil keputusan karena sebuah keraguan. Marvelo harus melangkah ke depan. Andaipun suatu hari nanti dia masih tidak bisa melupakan Winter dan masih memiliki kesempatan un

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 226: Kepergian Marvelo

    Payung yang meneduhi Winter menghilang, Nai pergi ke belakang dan berdiri dengan para pengawal lainnya. Sementara Winter, gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya melihat makam dirinya dan Marius yang berdampingan berada di tempat yang jauh dari pemakaman yang lainnya. “Aku akan merindukanmu Marius, sama seperti saat kau merindukanku ketika aku hilang. Namun aku juga akan bangkit Marius, seperti apa yang kau inginkan, aku akan bahagia dan menjalani kehidupanku dengan baik. Terima kasih telah menjadikanku cinta pertama dan terakhirmu, aku merasa begitu terhormat.” Winter membungkuk,meletakan bunga yang sejak tadi tidak lepas dari pelukannya. “Aku tidak akan melupakanmu Marius, aku mencintaimu.” Matahari yang turun mulai kehilangan cahayanya, pohon-pohon besar yang berdiri menjulang mengelilingi area pemakaman mulai menghalangi sore terakhir hari ini. Angin berhembus lebih kuat menggerakan rumput-rumput dan bunga liar di sekitarnya. Winter tercekat kaget, samar dia melihat bayang

  • Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter   BAB 225: Merelakan Marius

    Marvelo terduduk di kursinya melihat keluar jendela, memperhatikan Irina yang kini tengah makan siang bersama Lessy dan juga Charlie. Marvelo menghela napasnya dengan berat, dua hari ini terakhir ini dia sempat di buat galau karena mendengar pengakuan Winter, rupanya gadis itu sudah tahu mengenai perasaannya, sayangnya Winter tidak ingin mendengarkan pengakuan cinta Marvelo. Marvelo sedikit marah dan kecewa, jika saja Winter tidak terlalu menggodanya dan menunjukan sikap seperti seseorang yang suka kepadanya, mungkin Marvelo tidak akan menaruh harapan yang banyak dan berpikir bahwa gadis itu memiliki perasaan juga kepadanya. Marvelo malu karena ternyata dia terlalu terbawa perasaan dengan kebaikan yang Winter berikan kepadanya. Ini sangat menyakitkan, mengecewakan dan membuat Marvelo beberapa kali harus duduk termenung memikirkan bagaimana cara mengatasi patah hatinya. Kini, tidak ada lagi alasan yang bisa menahan Marvelo berlama-lama di Neydish, Marvelo akan segera pergi. Di am

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status