Setelah pertemuan dengan Raja, Nathan kembali ke Istana Timur. Dilihatnya Nela belum juga bangun. Makanan sudah tersaji di atas meja kecil berlapis emas. Nathan ingin tahu apakah Nela bisa melihat meja atau tidak. Dia menepuk-nepuk bahu adiknya. Nela menggeliat, matanya masih sulit untuk dibukanya. Dia terlalu menikmati tidurnya sehingga tepukan keras dibahunya tak dirasakannya. Mendengar teriakan Nathan membuatnya gelagapan. "A..ada apa kak ?" Nela tergagap, "Wuahhh!" Walau masih terus menguap dia tetap memaksakan diri untuk bangun. "Balok kayu ini terasa sangat empuk," Ucap Nela sambil menepuk-nepuk bantal. "Apa kau tidak lapar ?" Nathan menarik tangan adiknya. Nela buru-buru memakai sandalnya. Dilihatnya makanan sudah tersedia pada sebuah batang kelapa. "Dimana kakak menemukan batang kelapa untuk menaruh makanan itu ?" Nathan menepuk jidatnya, "Oh Tuhan, meja berukir kok jadi batang kelapa ?" "Cuci muka dan berkumur-kumur dulu baru makan" Nathan tidak ingin memperpanjang m
Nathan tak mengajak adiknya lagi, pagi ini dia ingin menuntaskan latihan ilmu bela dirinya, kemudian sorenya dia akan belajar ilmu sihir pada dayang tertua di istana.Pagi-pagi sekali Nathan sudah pergi ke arena latihan, dan meninggalkan adiknya yang tertidur pulas.Di lapangan sudah menunggu Putera Mahkota dan beberapa pengawal kerajaan. "Maaf saya terlambat," Nathan meminta maaf dan membungkukkan badannya memberi hormat."Tidak apa-apa, kami juga baru tiba," Jawab Putera Mahkota dengan datar. Dia lalu segera mencabut pedangnya.Nathan tak tinggal diam, dia segera meraih pedang yang disodorkan pengawal dan mulai memasang kuda-kuda.Hari ini Nathan berlatih dengan serius, semua jurus sudah dipelajarinya. Dia sendiri bingung bagaimana mungkin hanya dalam dua hari dia mampu mempelajari ilmu bela diri dengan sempurna.Dunia lain ini benar-benar berbeda, dimana waktu sehari terasa sangat lama. Atau jangan-jangan sehari di dunia manusia di sini seminggu atau sebulan. Pikir Nathan.Matahari
Sementara itu di desa, hilangnya Nathan dan Nela membuat Ningsih tidak tentram. Berbagai upaya sudah dilakukannya bahkan mengundang dukun terhebat di desa tetangga untuk menerawang keberadaan kedua anak sambungnya, namun tak membuahkan hasil. Bahkan dukun yang dibayarnya mahal itu terpaksa angkat tangan."Maaf, sepertinya ada roh halus penunggu hutan itu yang melindungi mereka," Kata dukun pada Ningsih."Ah bapak bagaimana sih, cari sekali lagi pak," pinta Ningsih setengah memaksa.Bukan tanpa alasan mengapa dia terus mencari anaknya. Dia takut ketika suaminya pulang dan tidak menemukan mereka, maka dia harus menerima nasib. Masih untung jika suaminya hanya akan memukulnya. Namun bagaimana jika suaminya sampai menceraikannya ?"Maaf bu Ningsih, aku sudah melakukan semua cara. Tapi menurut mata batinku, kedua anak itu masih hidup. Hanya saja mereka dibawah kendali makhluk penunggu hutan itu." "Lalu apa yang harus kulakukan ?" tanya Ningsih yang merasa sia-sia membayar dukun dihadapanny
Desa nampak sangat gelap gulita di malam hari, maklumlah lampu penerangan jalan hanya terpasang sampai di balai desa dan belum menjangkau sampai ke dusun empat dimana Aris tinggal.Dengan gemuruh di dada menahan amarah, Aris sengaja mampir di rumah Tetua Adat dan Kepala Desa. Malam ini dia meminta kedua tokoh masyarakat itu untuk ikut dengannya ke rumah."Ada apa Aris ?" Tanya Tetua Adat."Mohon ikutlah denganku kerumah pak, hari ini aku akan membuat keputusan.""Keputusan apa ?" Tanya Kepala Desa yang kebetulan hari itu sedang berada di rumah Tetua Adat."Aku tak bisa menceritakannya sekarang, mohon ikutlah denganku," Pinta Aris.Akhirnya kedua tokoh masyarakat itu ikut ke rumah Aris. Ningsih yang melihat Aris datang bertiga segera membuka pintu dan mempersilahkan tamunya masuk dan duduk di ruang tamu."Apakah kau sudah menemukan mereka ?" tanya Ningsih cemas."Duduk" Aris meminta isterinya duduk bersama mereka.Walau masih tak mengerti Ningsih ikut duduk tepat disamping suaminya."Ma
Setelah perceraian itu Aries memilih sendiri, untuk mengisi kesehariannya dia bekerja di sawah dan tak kembali lagi ke Malaysia. Uang yang dia peroleh semasa menjadi Tenaga Kerja Indonesia dipakainya membeli sawah. Selain itu dia menjadi juragan beras, semua beras milik warga desa ditampungnya. Jadilah dia sebagai juragan beras. Dia mempekerjakan beberapa warga sebagai karyawan yang membantu usahanya.Besar harapannya kedua anaknya kembali dan meneruskan usahanya kelak.Mantan isterinya datang memohon ampunannya dan meminta untuk rujuk tetapi Aris tak menghiaukannya. Hal inilah yang membuat Ningsih semakin menaruh dendam pada Nathan dan Nela. Dia mencari tukang ramal di desa tetangga. Dan menurut peramal itu jika mantan kedua anak tirinya itu akan kembali ke desa.Nathan menghadap Raja untuk menyampaikan maksudnya kembali ke desa."Maaf baginda, hamba datang mohon pamit karena akan kembali ke desa," Nathan duduk berlutut sambil bermohon."Aku mengizinkanmu untuk pulang ke dunia manusia
Nathan membuka pintu ruangan istana timur, dimana dia meninggalkan Nela yang sedang menekuni racikan obatnya."Aku pulang!" Teriakan Nathan membuat Nela terkejut dan berpaling ke belakang."Kakak dari mana ?" Tanya Nela."Aku mencari emas di hutan untuk biaya menyekolahkanmu sampai ke perguruan tinggi, lagian ayah sekarang sudah tidak bekerja lagi di Malaysia dan memilih jadi petani.""Mana ada emas di hutan rimba ini," cibir Nela."Sini, lihat apa yang aku bawa." Nela akhirnya berdiri dan mendekati Nathan yang membawa sebuah peti berukuran kecil."Dari mana kakak mendapatkan peti ini ?" Tanya Nela sambil mengamati peti yang diletakkan Nathan di lantai."Aku menemukan harta karun di dalam hutan, ternyata di dalam hutan sana banyak harta karun yang tersembunyi.""Alah..menghayal" Cibir Nela namun tak urung dia penasaran juga dengan isi kotak itu.Nathan membukanya perlahan, Nela nyaris berteriak saking kagetnya melihat emas batangan yang berkilau."Dimana kakak mendapatkan emas ini ?
Aris yang baru pulang dari sawah melihat kerumunan disamping rumahnya merasa heran."Ada apa ? Apa yang terjadi ?" tanyanya sambil menyeruak di kerumunan massa."Nathan, Nela !!" Seru Aris. Dia tak menyangka jika yang di kerumuni warga adalah kedua anaknya. Tak bisa heran, siapa yang tidak akan terkejut jika anak yang dinyatakan menghilang di hutan yang angker itu selama setahun dan kini kembali dengan segar bugar.Aris memeluk kedua anaknya erat, Nathan dan Nela tak bisa berkata-kata selain memeluk ayahnya dengan penuh haru."Bubar...bubar...!" Kepala desa membubarkan kerumunan warga.Satu persatu warga pulang kerumahnya dengan berbagai macam pertanyaan di benak mereka.Dulu empat warga tak pernah kembali dari hutan itu, namun kini kedua anak remaja itu malah pulang dari hutan dengan tubuh sehat tak kurang satu apapun. Mereka menyimpan pertanyaan itu sampai besok pagi, karena waktu sudah menjelang magrib.Aris membawa kedua anaknya masuk ke dalam rumah diikuti tetua adat dan kepala d
Nathan dan Nela datang ke ruang makan, mereka ikut makan bersama ayah dan tamunya. Menu yang dihidangkan lumayan menggugah selera. Nela jadi teringat makanan yang dia makan di hutan."Makanan ini seperti makanan yang dimasak kak Nathan di hutan."Aris hanya bisa menatap haru kedua anaknya, dia tahu jika makanan yang dimakan mereka pastilah disiapkan para dayang kerajaan.Usai makan, mereka menuju ruang tamu. Nathan dan Nela membantu merapikan peralatan makan minum."Biar saya saja dek, kalian berdua ditunggu tuan Aris di ruang tamu."Akhirnya Nathan dan Nela bergegas ke ruang tamu dan duduk di samping ayahnya."Apakah kalian berdua sehat ?" tanya Tetua Adat.Kedua anak remaja itu hanya mengangguk."Ceritakan pada kami bagaimana kalian bisa bertahan selama itu di hutan, apa saja yang kalian lakukan disana.""Hutan itu terasa seperti di rumah, kami mendapat sebuah gubuk, mungkin itu pernah dibuat oleh warga pada zaman dulu, karena terlihat mulai rapuh. Kami tidur di atas jerami, tapi aya