Share

4. Masa Kecil 1

Penulis: Kirana Quinn
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-03 06:12:38

Aris telah melewati garis polisi, semakin ke dalam, hutan itu semakin menyeramkan. Sebuah bayangan berkelebat, Aris waspada. Rupanya hanya seekor kelelawar. Ada jejak tapak kaki ukuran anak kecil di sepanjang jalan, Aris semakin yakin jika anaknya masuk ke hutan ini.

"Siapa itu ?" Teriak Aris tatkala melihat sebuah bayangan yang menurutnya itu adalah bayangan yang sangat dikenalnya.

Tak ada rasa gentar dalam hatinya, apapun yang terjadi, anaknya harus selamat.

"Nathan ?" Panggilnya dengan pelan.

Karena tak ada sahutan dia terus meneriakan nama anaknya dengan keras sehingga menggema di seantero hutan itu.

"Siapapun kalian, kembalikan anakku !"

Tak ada sahutan, sebuah bayangan berkelebat lagi lalu terdengar tangisan anak kecil. Itu suara Nathan.

"Nathan ! Jangan takut nak, ayah disini, ayah akan melindungimu."

"Ayah!" Terdengar suara Nathan yang sangat ketakutan.

Aris yang hanya mengandalkan cahaya dari senter kecilnya tak bisa melihat dengan jelas dimana Nathan berada. Seketika wajahnya pucat pasi, nampak Nathan sedang di dekap oleh sosok tubuh besar yang menyeramkan, bisa dibayangkan bagaimana takutnya Nathan. namun Aris sempat mengakui nyali putera sulungnya ini, orang awam pasti akan pingsan, jangankan di dekap seperti itu, melihat saja pasti sudah membuat mereka pingsan.

Sebagai seorang laki-laki yang pernah selamat dari hutan itu, tidak gentar sekalipun menghadapi wajah menyeramkan yang kini mendekap anaknya.

"Nathan tutup mata nak, ayah akan menyelamatkanmu, jika ayah belum memintamu membukanya jangan lakukan ya ?"

Nathan menurut, dia mengangguk dan menutup matanya lalu terdengarlah dentingan senjata tajam saling beradu, awalnya hanya satu lalu terdengar semakin banyak. Nathan sudah berjanji pada ayahnya untuk tidak membuka mata, perlahan dia merasakan tubuhnya melayang lalu terdengar suara ibunya.

"Dia selamat, tolong bawalah dia pulang, aku akan menghadapi mereka. Jangan pernah kembali lagi kesini, percayalah aku pasti akan pulang."

Sahara menyerahkan Nathan pada suaminya, lalu meletakkan tangan di kepala Nathan. Hanya ini yang dia bisa lakukan untuk menghilangkan ingatan Nathan akan hutan ini.

Aries segera membawa Nathan keluar dari hutan itu, masyarakat yang menunggu di tepi hutan terhenyak, nampak kelegaan terdengar dari helaan nafas mereka.

"Syukurlah kalian selamat, ayo kita pulang," perintah pak Rt kepada warga yang membawa obor.

Walau Nathan sudah ditemukan, namun kecemasan belum hilang dari wajah Aris. Dibaringkannya tubuh Nathan disamping Nela. Aris sebentar berdiri, sebentar duduk, lalu melongokkan kepalanya keluar jendela. Terdengarlah suara batuk isterinya dari arah dapur.

Isterinya jatuh tak sadarkan diri, darah kental keluar dari mulutnya.

"Tolong...tolong!"

Masyarakat yang baru saja masuk ke dalam rumah dikejutkan oleh teriakan dari rumah Aris. Mereka berbondong-bondong masuk ke rumah Aris yang nampak belum terkunci. Nampaklah oleh mereka Sahara dalam pelukan Aris dengan darah kental keluar dari mulutnya.

Aris yang melihat sebuah benda berbentuk bintang menancap di punggung isterinya, dia segera mencabutnya perlahan dan menyembunyikannya di saku celananya, oh Tuhan senjata beracun. Karena isterinya terlalu banyak mengeluarkan darah, dan racun terus menjalar di seluruh tubuh, akhirnya nyawanya tak tertolong.

Sejak saat itu Aris terlihat murung, Nathan tak tahu apa yang terjadi. Yang dia tau ibunya meninggal karena sakit, muntah darah lalu meninggal.

Dua bulan lamanya Aris berkabung atas meninggalnya sang isteri tercinta, sudah banyak tawaran dari beberapa warga untuk menjodohkannya dengan janda di desanya namun Aris terus menolak. Sampai ketika Nathan dan Nela jatuh sakit tak ada yang bisa merawat mereka, persediaan di dalam rumah habis. Keadaan ini menuntutnya untuk kembali mencari nafkah untuk kedua anaknya. Dalam kondisi ini akhirnya dia menerima tawaran warga yang menikahkannya dengan seorang gadis yang sudah lama memendam rasa padanya namun tak pernah diketahuinya. Namanya Ningsih. Dialah ibu sambung Nathan dan Nela saat ini. Gadis perawan yang menolak menikah kecuali dengan Aris, akhirnya keinginannya terkabul, mereka menikah, dan Ningsih jualah yang merawat Nathan dan Nela sampai mereka berusia tujuh belas dan lima belas tahun.

***

Ujian sekolah dimulai hari ini, Nathan buru-buru pulang ke rumah setelah menyerahkan hasil ujian tertulisnya. Ujian Sekolah Menengah Atas selesai maka seminggu kemudian ujian Sekolah Menengah Pertama.

Nathan sengaja tidak berlama-lama di sekolah karena dia ingin melindungi adiknya dari kekerasan di dalam rumah.

Nathan tak pernah tau ada dendam apa ibu sambungnya itu terhadap Nela. Toh Nela itu adiknya juga.

Pernah suatu hari dia bertanya pada Ningsih perihal perlakuannya yang tidak adil itu.

"Ibu, aku ingin tahu kenapa kau selalu saja menyakiti Nela."

Ningsih tertegun sesaat dan memandang anak laki-lakinya itu.

"Ibu tidak menyakitinya, tapi ibu menghukumnya, yang namanya salah pasti dihukum," kilahnya. Tangannya tak berhenti mengolah adonan roti pesanan warga. Namun dia waspada.

"Kesalahan Nela apa bu, jika terlambat pulang sekolah bukan berarti harus dihukum, cukup diperingati. Lagian kenapa hal itu hanya berlaku pada Nela, toh aku juga sering terlambat pulang sekolah"

Nathan memprotes ibu sambungnya yang terlihat tak sekalipun melihat dirinya yang sedang duduk di hadapannya. Nathan tak tau jika sebenarnya, Ningsih sering-sering meliriknya dengan jengah.

"Laki-laki berbeda dengan perempuan, menjaga anak perempuan itu sama dengan menjaga sebuah telur jangan sampai retak."

Nathan tak terima dengan alasan sang ibu yang menurutnya tidak masuk akal.

"Tapi ibu terlalu berlebihan menghukumnya."

Ningsih mulai gerah melihat Nathan terus membela adiknya.

"Dengar Nathan, kau itu tidak perlu terlalu membela adikmu, karena kalian tidak lahir dari rahim yang sama. Sudah sana, ganti bajumu dan bantu ibu memanggang roti ini."

Kening Nathan mengernyit, dia berusaha mencerna kata-kata Ningsih. Jika bukan lahir dari rahim yang sama lalu Nela anak siapa ? tapi menurut Nathan, sewaktu ibunya masih hidup, ibunya selalu memperlakukan Nela layaknya memperlakukan anak kandung.

Untuk urusan yang satu ini Nathan masih mendiamkannya, akan tiba saatnya dia tahu kebenaran itu. Lagian ayahnya tak sekalipun membedakan keduanya. Malah ketika ayahnya sebelum ke Malysia sempat berpesan.

"Jaga adikmu dengan baik, dia adalah tanggung jawabmu sekarang. Ayah percayakan dirinya padamu."

Menjelang ujian Sekolah, Nela sedang belajar di kamarnya. Lalu lampu tiba-tiba padam. Di rumah tetangga lainnya lampu menyala, artinya terjadi korsleting listrik di rumahnya.

Sebagai laki-laki Nathan berusaha mencari sumber korsleting listrik dan ternyata berasal dari colokan kipas angin di kamar Nela.

Untuk menutupi itu Nathan bertindak cepat, takutnya hal kecil ini lagi yang memicu kemarahan ibunya pada Nela. Namun terlambat, dengan masih memegang senter ibunya tiba di kamar Nela.

"Oh jadi ini ulahmu, kebiasaan kau ya, mau hidup enak, apa kau tidak tau jika ibu sedang membuat es lilin dan kau seenaknya menggunakan kipas angin ? Lihat hasilnya," Ningsih segera menghampiri Nela dan menarik rambutnya dengan keras.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak di Dunia Lain   227. Kelahiran bayi (END)

    Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.

  • Terjebak di Dunia Lain   226. Memulai kehidupan baru

    Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!

  • Terjebak di Dunia Lain   225. Rendy Bertaubat

    Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya

  • Terjebak di Dunia Lain   224. Badai telah berlalu

    Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di

  • Terjebak di Dunia Lain   223. Eksekusi

    Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh

  • Terjebak di Dunia Lain   222. Ibu Astrid mengamuk

    Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke

  • Terjebak di Dunia Lain   221. Kemarahan tuan Budi

    Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be

  • Terjebak di Dunia Lain   220. Tabib Jorgi Tertangkap

    Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men

  • Terjebak di Dunia Lain   219. Pertarungan Sengit

    "Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status