Drap! Drap! Drap!
Galaksi berlari cepat. Pikirannya terfokus pada IWS, sehingga ia tak sadar jika menabrak bahu seseorang.BBBAARRRKKK!!!Dua bocah itu sama-sama terpental ke belakang. Keduanya meringis kesakitan."Bangsat bocah miskin!" Umpatan kasar mengalun merdu dari mulut yang Ezar.Inilah trio geng kampret yang tidak diapa-apakan saja sungguh senang mencari perkara dengan Galaksi apalagi ini mendapatkan jalaran ditabrak. Bisa-bisa masalah kecil ini akan dibesar-besarkan. Diolah menjadi perkara sedemikian rupa supaya mereka bisa mem-bully Galaksi hingga puas.Rio dan Seto lekas membantu Ezar berdiri. Galaksi memandang tiga bocah itu.Duaakk!!!Ezar menendang dada Galaksi. Membuat bocah itu terlentang.Drap!Kali ini kaki Ezar yang naik ke atas dada Galaksi. Bocah itu bertingkah tengik dan sok jagoan."Minggir," ucap Galaksi dengan nada yang sangat dingin."Apa lo bilang? Minggir? Jangan ngesok lo Gala, gue hajar bengep juga muka lo."Galaksi menyeringai."Heehhh... Di usiaku yang sudah kepala tiga ini yang benar saja harus berurusan dengan bocah-bocah ingusan sok jagoan begini. Ah, sial!""Kalian punya masalah apa denganku?"Ezar menarik kerah baju Galaksi. Memaksa bocah itu bangkit."Jangan sok-sokan amnesia lo Gala. Lo kan yang ngelaporin kita ke guru BK? Gara-gara lo kita jadi ocehin sejam penuh. Gila, sampe budek kuping gue denger ocehan Bu Sukma."Galaksi memutar bola matanya jengah."Bocah-bocah ini apa tidak memiliki kerjaan lain yang lebih penting?"Galaksi berdiri. Ia menyingkirkan tangan Ezar dari kerah bajunya."Denger, aku nggak punya waktu buat kalian. Pergilah!"Galaksi berlalu."Kurang ajar!"Ezar melayangkan tinjunya ke arah belakang kepala Galaksi, namun tanpa di duga Galaksi justru berbalik dengan cepat.DUUAAAKKKK!!!Tendangannya membuat tubuh Ezar terpelanting sejauh lima meter. Rio dan Seto lekas mendekati Ezar. Selayaknya kacung setia mereka sigap menolong tuannya."Buang-buang waktu." Galaksi mendengus kesal. Ia langsung lari meninggalkan trio geng kampret itu.Sesampainya di hilir sungai cuaca sudah hampir hujan. Mendung-mendung hitam bergelayut rendah, tebal bergulung-gulung, berarakan cepat digiring angin.Galaksi menghampiri batu besar di pinggir sungai tempat ia menyembunyikan IWS."Loh? Kok nggak ada?" Galaksi panik bukan kepalang. Ia memasukkan tangannya ke dalam lubang batu. Mengoreknya lebih dalam. Jantungnya berdentam-dentam tak karuan."Ayolah, dimana benda itu? Jangan hilang."Tiba-tiba ujung jari Galaksi menyentuh suatu benda."Ketemu!" Galaksi berseru senang. Ia menarik keluar tabung yang berisi IWS itu. Demi melihat benda itu masih utuh Galaksi tersenyum senang. Segala rasa paniknya hilang.Akan tetapi tak berapa lama kemudian telinga Galaksi mendengar bunyi ranting-ranting pohon yang patah karena diinjak. Samar ada suara orang yang saling mengobrol. Suaranya sayup-sayup, semakin lama semakin mendekat."Gawat Mata Iblis menyusuri sungai hingga ke hilir."Galaksi buru-buru bangkit. Ia berlari cepat meninggalkan area hilir sungai. Sialnya anggota mafia Mata Iblis itu melihat kelebat tubuhnya yang berlari cepat di antara pohon-pohon rimbun."Seseorang berlari dari hilir sungai. Ini mencurigakan. Kejar orang itu!" Anggota mafia Mata Iblis bernama Simon berteriak memberikan perintah.Dua anak buahnya langsung lari mengejar Galaksi. Sedangkan Galaksi yang sadar sedang dikejar semakin mempercepat larinya. Ia pontang-panting melibas semak belukar dan segala bentuk tanaman."Sialan! Mereka malah mengejar."Tanpa menoleh ke belakang Galaksi yang bertubuh kecil melesat cepat. Ia berhasil meninggalkan para anggota mafia Mata Iblis itu jauh di belakang. Masalahnya sekarang Galaksi justru sudah masuk ke dalam kawasan hutan lindung. Ia tak mengenal sama sekali daerah disini. Galaksi tersesat.GGGLLLEEEGGGGAAARRRRRRRR!!!Petir di langit menyambar keras. Galaksi yang kaget tak sengaja terperosok ke dalam jurang."Tidak! Tiddaaakkkk!!!"Tuhuh Galaksi terjung bebas. Ia terjungkal beberapa kali, terguling-guling seperti bola menggelinding sebelum akhirnya mencapai dasar juranga."Aaakkkhhhhhh!!!" Galaksi memekik kesakitan. Ia terkapar di atas tanah lembab.Langit di atasnya sudah gelap. Angin mulai bertiup kencang mengguncang dahan-dahan pohon. Rintik hujan mulai turun perlahan-lahan. Makin lama semakin deras. Mirip air yang ditumpahkan dari langit.Galaksi beringsut mundur. Ia merapatkan tubuhnya pada batang pohon, berteduh dari hujan sambil memandangi tabung bening yang berisi IWS."Benda ini tidak aman lagi. Kemana aku harus menyembunyikannya dari Mata Iblis?"Galaksi mendongak. Wajahnya basar diguyur hujan. Ia tak perduli karena pikirannya begitu kalut memikirkan keamanan IWS."Bagaimana jika aku membawanya? Ah, tapi itu juga tidak aman. IWS justru malah semakin mudah ditemukan."Galaksi mengusak rambut kecoklatannya yang basah. Ia merasa bingung. Tanggungjawabnya sebagai pewaris perusahaan terhadap benda yang diciptakan oleh perusahaannya sendiri begitu besar."Ah, bagaimana jika aku menginjeksikan IWS ke tubuh Galaksi? Itu ide bagus."Galaksi membuka tutup tabung transparan itu dengan gembira."Tapi, bagaimana jika nanti tubuh Galaksi tak kuat. Aku bisa saja mati untuk yang kedua kalinya."Galaksi jadi ragu. Ia mengurungkan niatnya. Lama ia merenung di bawah guyuran hujan. Petir sesekali menyambar lagi."Aku tidak punya pilihan. Jika memang harus mati maka biarlah aku mati dengan IWS di tubuhku. Itu jauh lebih baik daripada IWS jatuh ke tangan Mata Iblis dan dilelang di pasar gelap. Aku tidak akan pernah tahu IWS jatuh ke tangan siapa.Baiklah Arsen. Tidak apa-apa. Yakin saja tubuh Galaksi kuat. Ambil resikonya. Kau seorang laki-laki. Kau tidak boleh takut dan lemah. Segala resiko hadapi saja"Kini Galaksi telah mantap untuk menginjeksikan IWS ke dalam tubuhnya sendiri. Dengan sedikit gemetar karena kedinginan Galaksi mengeluarkan alat suntik yang sudah berisi IWS.Galaksi mengarahkan ujung jarum yang tajam ke pembuluh venanya. Perlahan ia mendorong ujung jarum itu menembus kulitnya, terus menuju pembuluh darahnya. Kemudian menginjeksikan seluruh IWS ke tubuhnya tanpa tersisa sedikitpun."Huuuffftttt..." Galaksi menghembuskan nafas untuk mengurangi tegang. Ia mencabut alat suntik dari tangannya.Galaksi mengambil tabung bekas IWS, menghancurkan bekasnya lalu menguburnya. Jaga-jaga saja kalau Galaksi mati dan seseorang menemukan jasadnya maka supaya tidak dicurigai jika Galaksi sudah menginjeksikan IWS ke dalam tubuhnya sendiri.Usai melenyapkan barang bukti Galaksi lanjut berteduh. Ia menunggu hujan reda sekaligus menunggu reaksi IWS di tubuhnya. Lama Galaksi menunggu ia tidak mendapatkan apapun selain rasa bosan. Hujan pun tak kunjung reda."Hahhhhhh... Benar-benar menjengkelkan!" Galaksi baru saja bangkit ketika kilat menyambar terang. Beberapa detik setelahnya petir yang sangat keras juga terdengar.GGGLLLEEEGAGAAARRRRRRRR!!!Degh!Jantung Galaksi seperti terkena kejutan listrik. Galaksi kaget."Kenapa?" Tanya Galaksi heran. Namun, karena tidak menemukan reaksi lanjutan Galaksi berniat pergi dari dalam jurang ini."AAAAKKKKKKKHHHHHHHHHHHH!!!" Tiba-tiba Galaksi meraung keras sembari memegangi dadanya. Tubuhnya sempoyongan. Ia sampai harus berpegangan pada pohon agar tidak ambruk.Panas berlomba-lomba menyebar ke seluruh tubuh Galaksi mengikuti aliran darah dalam pembuluh darah. Semakin lama rasa panasnya semakin menjadi-jadi. Galaksi seperti dibakar hidup-hidup. Bahkan saat tubuhnya basah kuyup karena diguyur hujan itu sama sekali tidak mampu mengurangi rasa panasnya."Panas! Aaarrrgghhhh!!! Tolong!!!"Sekeras apapun Galaksi berteriak mustahil ada orang yang mendengarnya. Terlebih dalam cuaca hujan petir. Siapa orang yang mau berkeliaran di hutan dalam kondisi cuaca seperti ini? Tak ada.Glleebbbuuukkk!!!Galaksi jungkir balik di atas tanah becek bercampur air hujan. Tubuhnya penuh lumpur. Ia sama sekali tidak perduli. Hawa panas itu sekarang berubah menjadi perih yang menyiksa walaupun tidak meninggalkan bekas luka di permukaan kulit terluar sama sekali.Di dalam tubuh Galaksi puluhan ribu robot super mikro sedang bekerja memodifikasi sel-sel tubuh Galaksi. Proses ini memang sangat menyakitkan.Urat-urat leher Galaksi menegang. Seluruh pembuluh darahnya terlihat membiru menyala dalam remang. Rasa sakit di tubuh Galaksi semakin memuncak. Bocah itu menggelepar tak karuan mirip ayam disembelih."AAAAAARRRRRRRRGGGGHHHHHHHH!!!"GGGLLLEEEGGGAAAARRRRRRR!!!Jeritan keras Galaksi beradu dengan sambaran suara petir. Setelahnya bocah itu ambruk ke tanah tak sadarkan diri.Galaksi tidak tahu bahwa cahaya biru di sekujur tubuhnya merambat naik ke leher. Berkumpul menjadi satu titik kemudian mentransformasi kulit mulus Galaksi menjadi sebuah pola naga.Ya, tak salah lagi. Pola naga dengan ekor melengkung dan dua sayap yang terentang. Pola itu tercetak jelas berwarna kebiru-biruan di permukaan kulit Galaksi yang putih.Esok, ketika Galaksi terbangun ia akan menyadari bahwa musuh-musuh besar telah menantikannya. Bahaya mengancamnya dari segala penjuru. Bahkan bahaya yang jauh lebih besar lagi dari mafia Mata Iblis. Apakah bahaya itu kira-kira?Esok harinya Galaksi sadar. Langit yang kemarin menggelora sekarang telah berubah cerah. Bocah itu merangkak naik dari dasar jurang yang ternyata tidak terlalu dalam. Hanya sekitar lima meteran saja.Meskipun rasa sakit di tubuhnya sudah menghilang tapi Galaksi masih merasa letih. Bocah keluar dari hutan dengan sesegera mungkin. Ia ingin membersihkan diri dan istirahat."Ah, yang mana rumah Galaksi?" Bocah itu terlihat kebingungan. Ia hanya berjalan berputar-putar di sekitar desa.Sampai ketika seorang lelaki tua menegurnya."Lho, Galaksi mau kemana?" Tanya orang tua itu heran melihat penampilan Galaksi yang penuh lumpur kering."Anu... Mau pulang."Kening orang tua itu berkerut."Kan rumah Galaksi sudah kelewat."Galaksi tidak tahu harus merespon bagaimana. Jujur ia malu karena lagi-lagi ia pasti disangka aneh seperti Aurora kemarin."Kalau boleh tahu rumah Galaksi yang mana ya Kek?""Tuh." Kakek itu menunjukkan rumah terpencil jauh paling ujung. Rumahnya paling kecil dan tampak reyot
Di kediaman keluarga Dadeswara terdapat dua jasad yang di jajarkan dalam dua peti megah yang berbeda. Satu jasad Mr. Daneswara dengan luka tusuk yang merobek organ hatinya. Dan satunya lagi adalah jasad King Arsen, putra semata wayang keluarga Daneswara yang mati dengan kondisi lebih mengenaskan.Jasad King Arsen dipenuhi luka-luka disekujur tubuhnya. Tapi bagian luka fatal yang menghilangkan nyawanya adalah luka tembak yang tembus dari punggung hingga ke dadanya.Selain itu jasad King Arsen ditemukan dalam kondisi kulit yang berkerut dan pucat karena terlalu lama berada di air. Jasadnya baru evakuasi dua hari setelah pengejaran anggota mafia Mata Iblis."Mrs. Daneswara, kami tutut berduka cita sedalam-dalamnya atas musibah yang menimpa keluarga Daweswara." Rekan-rekan bisnis keluarga Daweswara bergantian mengucapkan bela sungkawa pada mamanya Arsen.Wanita itu matanya telah semerah buah saga. Ratusan air matanya pasti sudah menetes sejak kematian suaminya dan kini ditambah kematian pu
Kalian tidak bosan-bosannya berurusan dengan ruangan BK?! Sepagi ini bertengkar?! Ibu benar-benar tidak habis pikir." Bu Sukma melipat kedua tangannya di depan dada. Mata elangnya memandang tajam kepada empat murid bermasalah di depannya yang duduk tepekur dengan wajah menunduk dalam. Wajahnya senantiasa galak. Seolah ingin menelan hidup-hidup bocah-bocah yang selalu bermasalah."Ezar, Rio, Seto, sok jagoan bener kalian tiap hari mem-bully Galaksi!"Tiga bocah yang kena sembur itu memasang wajah seolah menyesal. Tapi, jangankan menyesal. Tidak ada kata menyesal dalam kamus tiga geng kampret itu. Yang ada mereka justru merencanakan dendam yang lebih kepada Galaksi."Bu, jangan hanya nyalahin kami dong. Orang Galaksi juga salah. Lihat tuh tangan Ezar sampai luka begitu." Rio memulai dramanya, memojokkan Galaksi sebagai pelaku. Padahal mereka lah tadi yang memulai perkara. Sungguh sikap yang sangat memuakkan.Ezar dan Seto mengangguk kompak, mereka mendukung drama yang diuat Rio. Bahkan u
Bu Sukma menggeleng. Ia menurunkan kedua tangannya yang terlipat di depan dada."Bukan Galaksi. Aku bukan anggota mafia brengsek seperti Mata Iblis itu.""Hn, kau pikir aku akan percaya begitu saja?" Tanya Galaksi dengan ekspresi merendahkan kemampuan ekting Bu Sukma yang dinilainya buruk.Bu Sukma baru akan membuka mulut untuk menjelaskan identitas aslinya pada Galaksi ketika ia mendengar suara jerit gaduh di luar. Suara bentakan kasar dan benda-benda yang jatuh ke lantai juga tak kalah keras.Penasaran dengan hal yang terjadi di luar guru berambut keriting itu buru-buru mendekati horden, menyibakkan sedikit untuk mendapatkan celah agar bisa mengintip keluar.Di luar keadaan tampak kacau. Loker-loker yang berjejer rapi di depan kelas sudah di acak-acak. Isinya dikeluarkan secara paksa. Bahkan loker itu sendiri ada yang sudah terjungkal di lantai.Bu Sukma berbalik dengan cepat. Wajahnya berubah panik. Ia menyambar jaket kulit hitam yang tersampir di lengan kursi miliknya, melemparkan
Gawat!"Seru Galaksi panik ketika melihat di depannya muncul tiga orang anggota Mata Iblis. Kemudian di belakangnya mengejar tak kurang dari tujuh orang. Dua orang lainnya muncul dari pintu kanan dan satu lainnya muncul dari lorong sebelah kiri. Galaksi terkepung di tengah."Mau kabur kemana lo?" Para anggota mafia Mata Iblis itu merangsek maju mereka mengambil pistol dan pisau yang terselip di pinggangnya. Siap menyerang Galaksi.Galaksi berhenti. Ia memejamkan matanya."Walaupun aku bisa bela diri tapi menghadapi semua musuh bersenjata ini rasanya peluang kalahku lebih besar daripada peluang menangku. Ditambah lagi aku belum bisa mengaktifkan infinity weapon system. Bagaimana ini?" Grep!Seseorang meraih leher Galaski. Mencekiknya. Galaksi yang kaget langsung meronta."Aakhhhhh!!!" Leher Galaksi tercekik. Ia tak bisa berteriak. Kondisi ini membuat ia tak berdaya untuk melawan. Gawat! Riwayat Galaksi akan segera tamat.Disaat keadaan semakin memburuk tiba-tiba semua orang bisa meliha
Galaksi melangkahkan kakinya pulang ke kediaman Uncle Sam dengan keadaan letih. Ia memang melarikan diri dari sekolah setelah membunuh anggota Mata Iblis. Susah payah bersembunyi agar tidak tertangkap.Sesampainya di dalam rumah ia melihat seseorang tengah bertamu. Galaksi berhenti di depan pintu."Nah, itu dia anaknya. Bocah nggak berguna yang hidupnya cuma nyusahin gue!" Tunjuk Uncle Sam dengan wajah bengisnya. Ia masih marah lantaran ditipu Galaksi yang pura-pura mati dan malah menakut-nakutinya hingga ia terkencing di celana.Sampai kapan pun jika teringat kejadian itu Uncle Sam ingin rasanya menggorok leher Galaksi.Orang yang berperawakan tinggi dan berwajah tanpa ekspresi itu menatap Galaksi dengan intens, seolah sedang menyelidiki sesuatu dari Galaksi. Beruntung saat ini tubuh Galaksi terlihat normal. Warna matanya juga kembali normal. Tidak ada tanda-tanda aneh seperti saat ia di sekolah tadi."Kelihatannya biasa saja" Orang itu tampak meragukan Galaksi."Ck, apa lo masih bisa
Bu Sukma meloncat ke atas motor sport berwarna hitam metalik yang terparkir di depan rumah Uncle Sam. Tangannya cepat mengenakan helm full face."Naik cepat!" Perintah Bu Sukma.Galaksi ragu."Yang benar saja naik motor? Bu Sukma bisa mengendarainya untuk melarikan diri?""Cepat! Jangan bengong. Resna bisa pulih dan mengejar lagi!"Galaksi tersadar. Bisa mengendarai motor atau tidak terserah. Pokoknya yang penting melarikan diri dulu. Galaksi tak bisa berlama-lama disini.Galaksi naik.Bbrrummm... Brrruummmm... Bbrrruummmm!!!Bu Sukma menggeber motor sport-nya. Tak berapa lama kemudian ia menekam koplingnya. Mengoper gigi ke depan sekali, dilanjutkan ke belakang beberapa kali. Ketika kopling perlahan dilepaskan dan gas mulai ditarik, kendaraan itu langsung melesat dengan kecepatan tinggi meninggalkan kediaman Paman Ron."Woe Galaksi bocah kurang ajar! Balik nggak lo!!!"BBBBRRRUUUMMMMM!!!Motor sudah jauh saat Uncle Sam mengejar dengan badan bongsornya."Melarikan diri ya?" Resna menye
Motor Bu Rukma terus berjalan pelan melewati jalanan sepi menuju pinggiran kota. Rumah Bu Rukma memang terletak jauh dari pusat kota. Itu sih sangat jauh sekali dari wilayah pedesaan Galaksi tinggal. Kurang lebih hampir dua puluh lima kilometer jaraknya. Galaksi tidak menyangka bahwa guru berambut ikal itu menempuh perjalanan begitu jauh setiap harinya pulang-pergi untuk mengajar.Ckit!Motor sepenuhnya berhenti. Galaksi turun lebih dahulu daripada Bu Sukma."Padahal aku belum mempercayaimu. Sialnya aku justru mengikutimu sejauh ini," oceh Galaksi sembari mengitarkan pandangan kesekitaran rumah Bu Sukma.View di sekitar rumah Bu Sukma memang cukup menawan. Rumahnya dibangun di atas dataran tinggi. Di bawahnya terdapat lembah hijau yang langsung menyatu dengan danau. Sisi kirinya terdapat hamparan barisan bukit-bukit tinggi. Udara di sini sangat sejuk dan jauh dari hiruk pikuk manusia.Bu Rukma melepaskan helm dari kepalanya."Ck, kau ternyata anaknya tidak mudah percaya ya Gala."Galak