Galaksi keluar menuju wilayah ujung paling ujung timur perdesaan. Wilayah ini di kelilingi dengan pagar tinggi mirip seperti benteng. Pintu gerbangnya di jaga dengan ketat. Akses keluar masuk sangat diperhatikan."Tunggu bocah, kau mau kemana?" Tanya penjaga. Ia mendorong tubuh Galaksi menjauh dari sekitar gerbang."Aku mendapatkan misi khusus dari perdana menteri." Galaksi memberikan gulungan perkamen yang terdapat cap tanda kerajaan. Penjaga pun memeriksa keaslian cap itu. Tak diragukan lagi itu memang asli. Tapi melihat penampilan Galaksi yang lain daripada yang lain itu membuat penjaga gerbang sedikit mengernyitkan dahinya."Kau boleh masuk," katanya setelah mengembalikan gulungan perkamen itu.Pintu gerbang pun di buka. Galaksi masuk ke pemukiman klan Demario yang dikucilkan dan dipenjara dengan tembok-tembok pagar yang tinggi.Galaksi berjalan sambil melihat kanan dan kiri. Penampilan klan Demario tidak seperti kebanyakan penduduk. Mereka tampak bersih dan berpenampilan rapi mes
"Ada sekitar tiga ratus kepala keluarga yang merupakan keturunan klan Demario. Dan pemimpin dari klan ini adalah aku. Kau bisa memanggilku dengan sebutan Puan." Terang ketua klan tersebut."Dengar Puan, kerajaan mengirimku untuk membantai klan Demario karena mereka mendapatkan informasi bahwa klan ini mampu menciptakan mesin penjelajah waktu. Mereka menganggap mesin itu berbahaya karena siapapun dapat dengan mudah dari dan pergi ke dimensi waktu yang berbeda. Mereka takut klan Demario melakukan pemberontakan." Galaksi menjelaskan duduk perkaranya."Lalu sebenarnya siapa dirimu bocah? Kenapa kau yang dikirim oleh kerajaan untuk membantai kami?"Galaksi diam terlebih dahulu."Aku berasal dari masa depan. Tubuh bocah ini masih keturunan tidak murni klan Demario. Dia dari keluarga Alterio yang tersisa dari pembantaian. Namanya Galaksi. Sedangkan jiwaku, aku sebenarnya King Arsen Daneswara yang terjebak di tubuh Galaksi karena teknologi klan Demario yang bernama soul changer."Ketua klan i
Ketua klan menoleh pada Galaksi."King Arsen, aku akan membantumu membantai klan Demario. Aku yang akan melakukannya.""Tapi kenapa?""Karena ini yang dikehendaki kerajaan." Ketua klan memandang lurus ke depan."Kau naif atau bagaimana? Sepatuh itu dengan kerajaan yang membuat klanmu menderita?""Itu sama saja King Arsen. Kau bilang tubuh bocah yang kau tempati adalah keturunan tidak murni klan Demario. Artinya kau saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari klan Demario itu sendiri. Jika aku tidak membantai klan ini kau juga yang akan membantainya. Pada akhirnya kerajaan tetap menyudutkan kita. Membuat kita tak punya pilihan selain membantai klan kita sendiri.""Menumpahkan darah. Daripada kami melawan kerajaan dan menumpahkan darah rakyat maka lebih baik kami saja yang berkorban. Biar darah kami sendiri yang tertumpah."Galaksi berdecih."Cih, situasi ini memuakkan.""Dibandingkan dirimu yang kami alami tentu tidak seberapa. Kami akan mati dan meninggalkan kepedihan ini denga
Liburan semester hampir usai. Entah kenapa malam ini Edo tiba-tiba saja mengajak Gara bertemu di sebuah cafe."Kenapa Do muda dilipet begitu?" Tanya Gara begitu melihat wajah sahabatnya begitu lecek seperti uang tertinggal di dalam kantong terus kecuci sampai kering."Aduh Ra aku harus gimana?" Edo meletakkan kepalanya di atas meja."Maksudnya apa do? Ngomong yang jelas dong."Edo kemudian menegakkan kepalanya lagi."Ra, Sabia hamil tau."Gara sih sebenarnya tidak terkejut. Tapi dia tidak enak jika ketahuan pernah menguping pembicaraan pribadi Edo dan Sabia.Tapi Gara salut juga dengan kejujuran Edo. Di saat ada masalah seperti ini Edo masih mencari Gara dan menceritakan semuanya pada Gara. Sementara Gara justru membohongi Edo tentang pernikahannya dengan Bella."Hamil?" Tanya Gara pura-pura tidak tahu."Ah, iya." Edo mengusak kepalanya dengan gusar."Yang waktu di pesta dia mabuk dengan Bella. Inget kan?"Gara mengangguk."Gimana ceritanya sih Do?""Ya gitu deh Ra," jawab Edo lesu."
BBBUUGGG!!!PPPRRAKKK!!!PPPPYYAAARRRR!!!"Aakkkhhhhhh!!!" Galaksi memekik kesakitan ketika sebuah botol menghantam kepalanya. Darah merembes menuruni dahinya.Uncle Sam berjalan sempoyongan. Ia mabuk. Wajahnya terlihat memerah. Muntab.Grep!Ia menarik kerah baju Galaksi. Memaksa tubuh bocah itu mendekat."Kemana aja lo pulang cuma bawa duit segini?!" Uncle Sam menunjukkan beberapa uang kertas pecahan puluhan ribu."Main ya lo?!" Sembur Uncle Sam menuduh. Mulutnya berbau alkohol yang sangat kuat."Se-sekolah..." Jawab Galaksi takut.PPYYAARRR!!!Uncle Sam menghantamkan satu botol lagi. Kali ini Galaksi bisa melindungi kepalanya dari hantaman botol itu meskipun harus mengorbankan lengannya."Sekolah? Lo pikir sekolah bakal jadi apa hah? Bocah nggak tau diuntung lo! Numpang hidup! Beban! Nggak becus cari duit!!!" Hardikan-hardikan kasar Uncle Sam terlontar.Inilah nasib Galaksi yang harus hidup dengan Uncle Sam yang pemabuk. Sepanjang hari laki-laki itu hanya tahu mabuk, mabuk, dan mabu
Tubuh Arsen terseret derasnya arus sungai hingga ke hilir. Ia tidak tahu sudah berapa mil tubuhnya terseret. Yang jelas selama tubuhnya terseret arus sungai Arsen berusaha keras untuk menjaga kesadarannya.Dengan sisa-sisa energi Arsen merangkak naik ke daratan. Sepanjang tanah ia merangkak masih meninggalkan bekas ceceran darah. Tubuh Arsen gemetar karena kedinginan."Uhuk! Uhuk!" Arsen terbatuk. Setelahnya ia ambruk ke tanah. Nafasnya tersengal-sengal. Arsen merasakan kepalanya begitu pusing karena banyak kehilangan darah. Luka di sekujur tubuhnya juga terasa perih. Terutama luka bekas tembakan di dadanya."Aku sekarat." Arsen melihat ke langit. Matahari sudah jatuh ke barat. Semburat jingganya memenuhi garis horizon.Tangan Elsen bergerak mengambil sesuatu dari saku jasnya."Infinity weapon system," Arsen bergumam pelan. Ia memandang benda liquid berwarna biru yang sedikit pekat daripada air itu. Benda yang menjadi incaran kelompok mafia ganas seperti Mata Iblis.Infinity Weapon Sys
Di tempat Mbah Jortor, Galaksi direbahkan, badannya di pegangi oleh dua orang asisten Mbah Jontor. Mbah Jontor sendiri berdiri di hadapan Galaksi. Ia mengenakan setelan jas putih mirip seperti dokter hewan. Wajahnya serius menatap Gakaksi."Lepaskan aku!" Galaksi memberontak. Tapi tubuhnya yang kecil tidak berdaya."Pisau!" Pekik Mbah Jontor.Wajah Galaksi menegang. Ia mau diapakan?Aurora bergerak cepat menyambar pisau dapur yang karatan. Menyerahkan pada Mbah Jontor dengan takzim. Tanpa ba bi bu Mbah Jontor mengambil kunir. Memotongnya sambil komat kamit membaca mantra. Meniupnya tiga kali."Ppuuaahhh! Ppuuaahhh! Ppuuaaahhhh!!!"Kemudian menggoreskan kuning itu di dahi Galaksi membentuk tanda X yang sangat lebar."Hei, apa ini?! Lepaskan aku!!!"Sepertinya percuma saja jika Galaksi meminta dilepaskan. Orang-orang ini benar-benar sangat kompak, terencana, dan sistematis dalam membuat Galaksi menderita.Mbah Jontor menoleh pada Aurora. Ekspresinya tidak main-main. Kemudian ia memberika
Drap! Drap! Drap!Galaksi berlari cepat. Pikirannya terfokus pada IWS, sehingga ia tak sadar jika menabrak bahu seseorang.BBBAARRRKKK!!!Dua bocah itu sama-sama terpental ke belakang. Keduanya meringis kesakitan."Bangsat bocah miskin!" Umpatan kasar mengalun merdu dari mulut yang Ezar.Inilah trio geng kampret yang tidak diapa-apakan saja sungguh senang mencari perkara dengan Galaksi apalagi ini mendapatkan jalaran ditabrak. Bisa-bisa masalah kecil ini akan dibesar-besarkan. Diolah menjadi perkara sedemikian rupa supaya mereka bisa mem-bully Galaksi hingga puas.Rio dan Seto lekas membantu Ezar berdiri. Galaksi memandang tiga bocah itu.Duaakk!!!Ezar menendang dada Galaksi. Membuat bocah itu terlentang.Drap!Kali ini kaki Ezar yang naik ke atas dada Galaksi. Bocah itu bertingkah tengik dan sok jagoan."Minggir," ucap Galaksi dengan nada yang sangat dingin."Apa lo bilang? Minggir? Jangan ngesok lo Gala, gue hajar bengep juga muka lo."Galaksi menyeringai."Heehhh... Di usiaku yang