Beranda / Romansa / Terjebak diantara CEO & Superstar / 1.Pagi yang Mengubah Segalanya

Share

Terjebak diantara CEO & Superstar
Terjebak diantara CEO & Superstar
Penulis: Nadayyara

1.Pagi yang Mengubah Segalanya

Penulis: Nadayyara
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 04:11:18

Matahari pagi menyelinap masuk melalui celah tirai yang tertutup, menyoroti wajah Eve yang perlahan terbangun dari tidurnya. Kelopak matanya berkedut, menyesuaikan diri dengan cahaya samar di kamar yang terasa asing. Begitu tubuhnya bangkit dari posisi berbaring, hawa dingin dari pendingin ruangan yang masih menyala menyentuh kulitnya, membuat Eve sadar bahwa ia tidak mengenakan sehelai kainpun saat ini.

Dengan cepat Eve menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Jantungnya berdegup kencang, sementara matanya berkeliling mencari penjelasan. Di sebelahnya, seorang pria tertidur lelap. Wajahnya tampak damai, bertolak belakang dengan kekacauan yang memenuhi pikiran Eve.

Itu Alex, atasannya. CEO perusahaan tempat Eve bekerja selama lima tahun terakhir.

Kilasan ingatan kejadian semalam mulai berputar dalam kepalanya. Pesta perayaan ulang tahun perusahaan, anggur yang berjajar memenuhi meja, lalu tatapan Alex yang tiba-tiba terasa lebih lembut dari biasanya.

Eve menggigit bibir, mencoba meredam suara napasnya yang mulai tidak teratur. Dia ingat betul bagaimana Alex yang biasanya dingin dan kaku, tiba-tiba menjadi seseorang yang berbeda semalam, seseorang yang penuh kelembutan dan kehangatan hingga membuatnya luluh dan mengikuti ajakan atasannya itu memasuki kamar hotel dengan mudahnya.

Eve tahu semalam seharusnya dia menolak. Tapi bagaimana dia bisa? Selama lima tahun bekerja sebagai sekretaris Alex, Eve telah menyimpan perasaan yang tak seharusnya dimilikinya. Sosok pria dingin yang perfeksionis itu telah lama mencuri hatinya. Makanya ketika Alex memintanya untuk tidur bersama semalam, dia tak sanggup menolaknya dan menyerahkan keperawanannya begitu saja.

Ingatan saat tubuh perkasa atasannya itu mencumbunya penuh hasrat semalam berputar dengan jelas di dalam kepala Eve. Bahkan saksi betapa liarnya Alex mencumbunya semalam banyak bertebaran di leher dan dadanya membuat semburat merah muncul di kedua pipi Eve.

Eve mengamati tubuhnya yang dipenuhi kissmark dengan bahagia, perasaannya selama 5 tahun ini tersampaikan, atasannya itu mencintai dan menginginkannya juga!

Eve menoleh, mengamati wajah Alex yang masih tertidur lelap di sebelahnya dengan seulas senyum tipis, dia merasa menjadi orang paling bahagia saat ini.

Namun kebahagiaan yang dia rasakan mulai retak saat Alex bergerak dan membuka matanya menatap ke arah Eve. Pandangan pria tampan itu dingin dan datar, kembali menjadi sosok CEO yang selama ini dikenalnya.

"Sudah bangun?" tanya Alex tanpa ekspresi, suaranya rendah namun dingin seperti biasanya.

Eve tersenyum kecil, mencoba mengabaikan perasaan canggung yang menyelimutinya. "Iya... pagi" jawabnya pelan, berharap ada kelembutan yang tersisa dari semalam.

Namun apa yang terjadi selanjutnya menghancurkan semua harapannya.

Alex bangkit dan duduk memunggunginya di tepi ranjang, memungut lalu mengenakan kemejanya dengan gerakan cepat dan rapi. Tanpa menoleh, Alex berkata dengan nada tajamnya yang biasa. "Semalam adalah kesalahan. Aku harap kamu melupakan apa yang terjadi di antara kita semalam"

Ucapan Alex berhasil menusuk Eve seperti belati. "Kesalahan?" bisik Eve pelan, berharap dia hanya salah mendengar ucapan Alex.

Alex berbalik dan menatap Eve dengan mata dingin. "Kamu tahu aku sudah bertunangan dan akan menikah, Eve. Apa yang kamu pikirkan? Atau ini memang rencanamu? Menjebakku agar kamu mendapatkan sesuatu dariku?"

Eve membelalakkan mata, merasa wajahnya seakan ditampar. "Apa? Aku tidak pernah berniat seperti itu! Aku... aku hanya..." Ucapnya patah-patah, mencoba menjelaskan.

Belum selesai Eve bicara, Alex mengangkat tangan menghentikannya. "Cukup"

Satu kata itu terdengar bagai vonis hukuman mati bagi Eve.

"Aku tidak akan membiarkan hal ini menghancurkan pernikahanku" Alex berdiri dan mengenakan jasnya, menatap Eve yang masih duduk memeluk selimut di atas ranjang dengan angkuh. "Dan agar jelas, kamu dipecat pagi ini"

Pecat?

Dunia Eve terasa berhenti.

"Dipecat?" ulangnya, hampir tak percaya.

Alex menatap Eve dengan ekspresi dinginnya yang biasa. "Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi, pastikan kamu tidak muncul di hadapanku lagi jika tak ingin menyesal. Kamu mengetahui dengan sangat baik apa saja yang bisa kulakukan bukan nona sekretaris? Pergilah sekarang dan jangan pernah muncul di depanku lagi!"

Nafas Eve tercekat, ancaman itu begitu jelas.

Air mata mulai menggenang di mata Eve. Dia ingin berteriak, ingin mengatakan bahwa dia tidak pernah bermaksud membuat masalah. Juga ingin meluruskan kesalahpahaman bahwa semalam adalah keputusan mereka bersama, bukan perangkap. Tapi Alex sudah memutuskan dan Eve melihat itu di matanya.

Tanpa berkata apa-apa lagi Eve memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan mengenakannya dengan tangan gemetar, lalu bergegas meninggalkan kamar itu dengan hati yang hancur berkeping-keping.

Setelah menutup pintu di balik punggungnya Eve menghela napas panjang. Dunia yang selama ini dia kenal berubah dalam semalam. Harapannya, cintanya, dan keyakinannya pada Alex kini telah terkoyak tanpa ampun.

Namun rasa sakit itu semakin terasa menyesakkan ketika Eve mulai memikirkan kenyataan hidupnya yang pahit. Sebagai seorang sekretaris, gajinya selama ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, tetapi juga untuk membiayai ibu dan kedua adiknya yang tinggal jauh di kampung. Eve harus mengirimkan uang setiap bulan untuk membantu biaya hidup mereka, membayar tagihan, dan membiayai pendidikan kedua adiknya. Jika dia dipecat pagi ini sebelum gajinya turun, lalu bagaimana dengan biaya hidupnya juga keluarganya di kampung bulan ini? Darimana dia akan mendapatkannya?

Eve melangkah menelusuri koridor hotel yang lengang dengan bahu bergetar dan air mata yang mengalir deras di wajah cantiknya. Dunianya berubah gelap dalam semalam, dan kini, masa depan yang telah dirangkainya juga terancam gagal. Tapi di tengah keputus asaan itu, Eve meyakini satu hal. 'Aku harus menemukan cara untuk bertahan demi ibu dan kedua adikku'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   23. Pertemuan di Restoran

    Eve menatap Adam dengan lembut. “Bukan itu. Aku cuma ingin menyelesaikan semuanya dengan baik. Pagi itu aku langsung pergi gitu aja, dan Alex juga langsung mengusirku ketika dia baru saja bangun” Adam memejamkan mata sejenak sebelum menghela napas panjang. “Baiklah. Tapi aku ikut" Eve mengangkat alis. “Adam—” “Ini bukan tawaran Eve” Adam menatapnya serius. “Aku nggak bakal ngebiarin kamu sendirian ketemu sama dia lalu berubah fikiran dan.... berakhir meninggalkanku" ucapnya dengan suara lirih di bagian akhir kalimatnya. Eve yang mendengar ucapan lirih Adam tersenyum tipis lalu memberi isyarat pada pria itu untuk lebih mendekat padanya. Adam yang mengerti menurut dan mencondongkan tubuhnya, memudahkan Eve untuk melingkarkan kedua lengannya di tubuh Adam. "Aku nggak mungkin kembali padanya Adam. Kami tidak pe

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   22. Antara Aku dan Dia

    Eve yang sedang menyeruput sup hampir tersedak. Dia buru-buru meletakkan sendoknya dan menoleh ke sekeliling, memastikan tak ada orang lain di sekitar mereka lalu menatap Adam dengan mata membesar. "Adam! Kalau ada yang dengar gimana?" Adam tertawa renyah. "Kalaupun ada yang dengar juga nggak papa. Semua juga tau turn on karena pasangan sendiri di pagi hari itu hal yang wajar" Eve terdiam selama tiga detik sebelum memalingkan wajah menutupi semburat merah di kedua pipinya. "Kamu kayak gitu karena kita udah jadi pasangan? Perasaan kemarin pagi nggak begitu deh kamu." Adam mengambil sepotong roti dan mengoleskan selai dengan santai. "Kemarin juga seperti itu" akunya dengan nada datar. "Cuma aku nggak berani bertindak seperti tadi pagi aja, khawatir kamu ilfeel" lanjutnya Eve terkikik

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   21. Malam Pertama Sebagai Pasangan

    Eve langsung diam. Dia sudah cukup tahu betapa keras kepalanya seorang Adam. Setelah beberapa saat tanpa perlawanan, Adam tertawa kecil. "Nah gitu dong. Lebih enak kan?" Eve hanya mendengus. Tapi harus diakui, kehangatan Adam membuatnya merasa nyaman. Beberapa detik kemudian, Adam tiba-tiba bicara lagi. "Eve" "Hmm?" "Kamu yakin nggak nyesel kan ya?" Eve diam sejenak sebelum menjawab, "Tanya lagi besok pagi. Kalau aku masih di sini dan belum kabur, berarti aku nggak nyesel" "Deal" Adam tertawa pelan dan mengecup puncak kepala Eve hangat.

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   20. Membuka Hati

    Adam tertawa renyah, kembali menjadi Adam yang biasa. "Nggak Eve. Aku nggak mau kamu kecapekan. Jadi kamu cukup mantau aku dari rumah aja mulai sekarang. Aku pergi dulu ya, kamu baik-baik di rumah" Cup! Tanpa aba-aba Adam mengecup kening Eve singkat lalu melangkah cepat meninggalkan ruangan sebelum Eve tersadar dan berteriak protes. ***** Siang harinya Eve tidak bisa tidur siang. Dia berbaring di ranjang, menatap langit-langit dengan perasaan yang tak menentu. Percakapan dengan Adam tadi pagi terus terngiang di kepalanya. Kata-katanya, tatapan matanya, bagaimana dia mengatakan bahwa dia tidak akan membiarkan Alex merebutnya… Sejak kapan Adam menjadi bagian dari hidupn

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   19. Masa Lalu Adam

    Eve tersenyum kecil menahan tawa mendengar ucapannya, bisa-bisanya pria ini masih mengatakan bayi 'kita' di saat seperti ini. "Aku nggak bisa menjanjikan apapun Adam. Aku... aku nggak tahu...." ucapnya pelan, dia sendiri juga masih belum yakin dengan perasaannya. Adam menghela nafas panjang, lalu tersenyum kecil. “Ya udah, aku nggak bisa maksa juga. Tapi kalau nanti kamu udah tahu jawabannya, kasih tahu aku ya?" Eve hanya mengangguk pelan, dan mereka kembali duduk di sofa depan televisi. Tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda di antara mereka. Keheningan yang menggantung di udara bukan sesuatu yang canggung, melainkan sesuatu yang lebih dalam. Setelah beberapa saat, Adam tiba-tiba berkata, “Aku sangat membencinya" Eve menoleh. “Alex?” A

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   18. Alex Kembali Muncul

    "Pergi sana! Nggak usah drama!" Eve langsung mendorong Adam menjauh. Adam tertawa kecil lalu bangkit dan mencium puncak kepala Eve singkat sebelum berlari cepat ke kamar mandi. Sementara itu, Eve memejamkan mata dan tersenyum kecil. Jika terus menghadapi Adam yang seperti ini Eve yakin hatinya akan mencair dalam waktu yang tak lama. ***** Pagi harinya, Eve terbangun lebih dulu. Biasanya dia bukan tipe orang yang bangun pagi dengan penuh energi, tapi pagi ini berbeda. Mungkin karena semalam dia tidur dengan cukup nyaman... atau karena ada sosok di belakangnya yang masih memeluknya erat. Eve melirik ke belakang. Adam masih tidur, wajahnya tenang, dan nafasnya teratur. Tapi... ada sesuatu yang aneh. "Adam..." Eve mengerutkan dahi, mencoba menarik tangann

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   17. Anak Alex?.

    Mendengar pertanyaan tiba-tiba Adam, tangan Eve mengepal di pangkuannya, menahan rasa sakit, marah juga kecewa yang kembali muncul. Eve menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab pelan. "Adam…." Adam meliriknya sekilas, ekspresi wajah pria itu tak terbaca. "Aku butuh jawaban Eve" Suaranya lebih dalam kali ini, nyaris seperti bisikan. Eve menggigit bibir, hatinya berdebar kencang. Apa yang harus dia katakan? Eve menatap Adam tajam, mencoba menahan gejolak emosinya sebelum akhirnya membuka mulutnya dan bertanya ragu. "Boleh aku bertan

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   16. Tidur Bersama.

    “Kamu terlalu dramatis" Eve mendecakkan lidah. “Aku kan aktor, wajar kalau aku dramatis" Adam menyeringai kecil. Eve mendengus, tapi tidak bisa menyangkal kalau ucapan Adam memang terdengar masuk akal, walaupun alasan itu terasa dibuat-buat. “Aku masih bisa memanggil pembantu kalau ada apa-apa. Aku akan tetap tidur di kamarku” Eve berdalih. Adam menggeleng lagi. “Kalau kamu bersikeras tidur di situ, biar aku yang tidur di kamarmu. Aku lebih percaya diri kalau aku sendiri yang ada di dekatmu dibanding seorang pembantu” “Ranjangnya sempit Adam, nggak muat untuk kita berdua" Eve memijat pelipisnya lelah. "Aku tidak masalah" Adam mengangguk santai. Eve ingin membantah, tapi dia tahu Adam. Pria itu tidak akan menyerah sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. “Oke, aku tidur di kamarmu" gumam Eve akhirnya. “Tapi aku tidur di sofa" “Sofa? Serius? Itu nggak nyaman buat ibu hamil” Adam mengangkat sebelah alisnya, tampak tak setuju. “Bayiku baru enam minggu Adam” “

  • Terjebak diantara CEO & Superstar   15. Tawaran Gila Adam

    Adam melipat tangan di dada. "Dan aku orang yang bertanggung jawab. Aku bakal jadi ayah yang baik. Aku bisa gendong bayi, bisa bikin susu, bisa...." "Kamu bahkan nggak bisa masak mie instan tanpa bikin dapur kebakaran" potong Eve tajam. Adam mengerjap sebentar lalu berkata santai penuh percaya diri. "...Itu kan kemarin. Mulai sekarang aku bakal belajar dan berusaha" "Oh ya? Buktiin" Eve tertawa sinis. Adam berpikir sejenak, lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik sesuatu. "Kamu ngapain?" Eve melangkah mendekat dan melirik ponsel Adam curiga. "Aku mau cari tutorial cara jadi ayah yang baik di YouTube" sahutnya santai, sibuk menggulir jarinya di layar ponsel. Eve menepuk dahinya sendiri. 'Pria ini sungguhan gila!' batinnya frustasi. "Eve, serius" Adam mendongak dari layar ponselnya, kali ini suaranya lebih le

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status