Share

Terjerat Cinta CEO Posesif
Terjerat Cinta CEO Posesif
Author: Pretty_Serendipity

Bab 1

last update Last Updated: 2025-03-27 01:20:36

"Ahhh… Enak sayang. Lakukan lebih cepat, aku mau lebih," Pinta Alisha ketika Dareen, pacarnya, sedang menjelajahi tubuhnya dengan menggunakan jari. Dia sudah tidak lagi sabar menahan hasrat yang memuncak di seluruh tubuhnya. Namun bersamaan dengan itu, tiba-tiba teriakan terdengar menggema di ruangan itu.

"ALISHAAAA!!!!"

Alisha segera bangkit dan menoleh ke arah sumber suara, penampilannya masih berantakan dengan baju yang masih terbuka di bagian dada.

"Sial," Gumam Alisha sambil merapikan kembali penampilannya begitu melihat siapa pemilik suara itu.

Tidak lain adalah sang papa yang tengah memergokinya sedang bermesraan dan hampir melakukan hubungan seksual dengan sang pacar di sofa ruang tamu.

Tentu saja Alisha panik, dia bisa dihukum habis-habisan oleh sang papa. Ketahuan berteman dengan teman laki-laki saja papanya marah besar apalagi ini ketahuan pacaran!

Hari ini Alisha berani membawa Dareen ke rumah karena dia mendengar Mbak Ti, pembantu di rumahnya, mendapat telepon dari sang papa jika ia tidak pulang dalam beberapa hari karena langsung bertolak ke Lampung.

Marchel Mahendra, papa Alisha, memang jarang sekali pulang ke rumah dan sejak dulu, dia selalu menerapkan aturan yang terlalu ketat pada Alisha seperti tidak boleh main terlalu lama, tidak boleh mengenal laki-laki, bahkan tidak boleh pacaran sama sekali. Alisha merasa itu bukanlah hal yang wajar sama sekali karena teman-teman sekolahnya sudah banyak yang punya pacar.

Alisha berdiri terpaku, wajahnya pucat pasi dan tubuhnya gemetar. Ia tidak tahu harus berbuat apa, hanya bisa diam terpaku di tempat.

Sementara itu, Dareen sama sekali tidak menunjukkan ketakutan atau kepanikan di wajahnya. Sebaliknya, ia justru terlihat santai, seolah menganggap yang terjadi padanya dan Alisha adalah hal yang biasa terjadi.

"Halo om," sapa Dareen pada Marchel Mahendra, Papa Alisha.

Namun, Marchel sama sekali tidak menggubris sapaan Dareen. Dengan langkah cepat, ia langsung menghampiri Alisha dan tanpa peringatan langsung melayangkan tamparan keras ke pipinya.

"Dasar jalang!!! Keluar kamu dari rumah ini!" Teriak Marchel.

Bukan tamparan dari ayahnya yang membuat Alisha terkejut, melainkan kata pertama yang keluar dari mulutnya.

“Apa? Jalang? Apa maksud papa... aku?” tanya Alisha tidak percaya. Marchel menatap putrinya dengan sorot mata penuh amarah, napasnya memburu seolah menahan ledakan emosi yang hampir tak terbendung.

"Kau masih berani bertanya?" suaranya terdengar dingin dan menusuk, "Aku sudah muak dengan tingkahmu, Alisha! Kau membuat malu keluarga ini!"

Alisha menggigit bibirnya, menahan gejolak perasaan yang berkecamuk di dadanya. Pipinya masih terasa panas akibat tamparan itu, tapi bukan itu yang membuatnya sakit melainkan kata-kata ayahnya yang menusuk seperti belati.

Dareen yang sejak tadi diam, tersenyum tipis sambil menyilangkan tangan di dadanya. Seakan menikmati kekacauan yang terjadi.

Marchel melirik Dareen tajam, ekspresinya semakin mengeras. "Dan kau, pergi dari sini sekarang juga!" Kata Marchel mengacungkan jari telunjuknya tepat ke wajah Dareen. Dareen menatap Marchel sekilas, lalu tanpa sepatah kata pun, ia berbalik dan pergi. Langkahnya santai, seolah tak peduli dengan kekacauan yang ditinggalkannya.

Alisha menahan napas, berharap Dareen setidaknya menoleh. Tapi tidak. Bahkan sekilas pun, Dareen tak melihat ke arahnya. Pintu tertutup, meninggalkan keheningan yang justru terasa lebih menusuk.

Alisha menunduk, tidak tahu harus bagaimana menghadapi ayahnya sekarang.

"Apa yang kau tunggu? Sekarang juga keluar kau dari rumahku!" Kata Marchel memecah keheningan bahkan sebelum Alisha sempat mengucapkan minta maaf.

"P... Papa mengusirku?" Tanya Alisha tidak percaya, matanya berkaca-kaca menatap wajah ayahnya. Berharap apa yang di katakan ayahnya hanyalah halusinasinya saja. Namun ternyata tidak, sang ayah benar-benar mengusirnya.

"Apa kau tidak bisa mendengar?" Sarkas Marchel.

Dia tidak peduli apa yang dilakukan Alisha dengan pacarnya tadi, baginya ini adalah kesempatan untuk mengusir anak yang selama bertahun-tahun telah membuatnya merasa muak bahkan hanya untuk melihatnya saja.

Ya, Marchel sebenarnya sama sekali tidak pernah peduli dengan Alisha. Ada sesuatu yang membuat Marchel bersikap seperti itu pada Alisha.

Dengan berlinang air mata, Alisha segera pergi ke kamarnya dan mengemasi barang-barangnya. Ia sengaja berlama-lama berkemas sambil menanti Ayahnya datang menghampirinya ke kamar dan berkata bahwa apa yang dilontarkan oleh sang ayah tadi hanyalah emosi sesaat.

Namun detik demi detik berlalu, tidak ada apapun seperti yang dia harapkan. Sepertinya sang ayah memang benar-benar mengusirnya.

Di saat seperti ini, dia berharap ibunya datang menghampirinya dan memeluknya. Tetapi wanita yang dia sebut mama itu sedang berlibur entah kemana. Mama Alisha jarang di rumah, dia lebih sering berlibur bersama teman-teman sosialitanya tanpa mempedulikan Alisha seolah keberadaan Alisha bukan sesuatu yang penting baginya.

Selama ini Alisha hidup sendiri di istana yang mewah itu.

Ia menarik napas panjang, memaksa dirinya untuk tetap tegar. Dengan satu tarikan kuat, ia menutup koper dan menyeretnya ke luar kamar. Sepanjang lorong, ia melirik ke ruang kerja ayahnya. Pintu itu tetap tertutup rapat, seolah di baliknya tidak ada siapa pun yang peduli.

Ketika sampai di depan rumah, seorang sopir keluarga sudah menunggu di samping mobil. "Nona Alisha, saya akan mengantar Anda ke mana?" tanyanya dengan sopan.

Alisha menggigit bibirnya. Ke mana ia harus pergi? Tidak ada tempat lain yang bisa ia sebut rumah selain tempat ini. Namun, ia tahu ia tidak bisa tinggal.

"Saya bisa pergi sendiri," jawabnya pelan, suaranya terdengar tegas meskipun hatinya bergetar.

Ia meraih koper dan melangkah keluar gerbang, meninggalkan segalanya di belakang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 46

    Sejak malam itu, Bara tak pernah menghubungi Alisha lagi.Setiap pagi Alisha terbangun dengan mata sembab, menatap layar ponselnya berharap ada pesan masuk dari Bara. Namun nihil. Tak ada nama ‘Bara’ muncul di notifikasinya. Hanya grup keluarga dan pesan broadcast yang masuk.Ia duduk di pinggir ranjang, menatap kosong ke dinding kamarnya. Hatinya semakin hampa.Sementara itu, Bara memilih menenangkan pikirannya. Setiap pulang kerja, ia hanya masuk kamar, menyalakan lampu temaram, duduk bersandar di ranjang sambil menatap foto Alisha di layar ponselnya.Ia menatap mata gadis itu dalam foto. Senyuman lembutnya, tatapan teduhnya, semua selalu berhasil menenangkan hati Bara. Namun kali ini justru membuat hatinya semakin sakit.“Aku butuh waktu, Sha…,” gumam Bara pelan. Suaranya serak menahan tangis.Hari demi hari berlalu. Sudah tiga hari sejak kejadian itu, Bara belum juga menemuinya. Alisha menunggu di rumah, menatap setiap motor dan mobil yang lewat depan rumahnya, berharap salah satu

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 45

    “Bara kamu bercanda kan?” tanya Mama Bara.Bara menggeleng, lalu kembali melangkah keluar menemui Alisha yang masih menunggu di luar dengan bingung, namun dengan cepat Mama Bara kembali menahan pergelangan tangannya.“Bara, Mama lihat dia kemarin…” suaranya bergetar menahan emosi, “ dia cek kandungan sama laki-laki lain.”Bara menatap mamanya dengan dahi berkerut, hatinya berdegup kencang. “Maksud Mama apa? Nggak mungkin.”“Beneran!” sahut mamanya cepat, matanya melotot. “Kalau kamu nggak percaya, tanya adik kamu, Christine… Christine!” panggil mamanya dengan suara tinggi.Tak lama kemudian terdengar langkah tergesa menuruni tangga. Christine muncul dengan ponsel di tangannya.“Iya, Ma. Ada apa? Apa pacar Kak Bara sudah datang?” tanyanya menatap Bara dengan antusias. “Iya sudah datang, tapi kamu pasti kaget siapa pacarnya.” “Emang siapa ma?” “Lihat aja sendiri tuh kedepan! Nggak habis pikir mama, bis

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 44

    “Maaf kalau Alisha ada salah ya, Mi,” kata Alisha setelah berpamitan untuk mengundurkan diri.“Sama-sama.”Alisha pun keluar dari tempat karaoke itu.“Untung aja orang tuanya kasih jaminan. Kalau nggak, nggak bakalan gue lepasin. Udah bikin masalah, nggak ngasih duit lagi,” gumam sang mami saat melihat Alisha pergi meninggalkan tempat karaoke.Begitu keluar dari tempat karaoke setelah menemui Mami, Alisha menarik napas panjang. Ia kini akhirnya bisa bernafas dengan lega dan tidak perlu lagi berurusan dengan pekerjaan yang penuh resiko seperti pemandu lagu.Di tangannya, ia masih tergenggam ponsel yang bergetar pelan. Ia menatap layarnya sejenak sebelum mengetik pesan.Bara,Tak lama, ponselnya langsung bergetar lagi. Balasannya datang begitu cepat.Iya, ada apa sayang? Butuh sesuatu?Alisha menatap layar sambil menahan senyum kecil. Tangannya mulai terasa dingin karena angin malam, tapi hatinya justru m

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 43

    Setelah mendapat izin dari Mamanya, Alisha akhirnya pulang untuk menemui Mami, bos di karaoke tempat kerjanya. Ia ingin berpamitan baik-baik, walau hatinya berat. Bagaimanapun, Mami sudah menolongnya saat ia terpuruk dulu.Dengan langkah cepat, Alisha berjalan di lorong rumah sakit menuju parkiran. Matanya sedikit sembab karena habis menangis menatap Papa yang masih belum sadar, meski sudah ada gerakan di jarinya pagi tadi. Doanya hanya satu, agar Papa segera pulih.Tanpa sengaja, saat melamun sambil menunduk, brakk!Ia menabrak seseorang cukup keras hingga tubuhnya terpental sedikit. Suara ringkikan kesakitan terdengar pelan.“Aduh!” rintih seorang wanita. Alisha cepat-cepat menoleh.Ia melihat seorang ibu hamil dengan perut besar, mengenakan gamis panjang warna mocca dan jilbab senada. Wanita itu memegangi perutnya sambil meringis.“Astaga… maaf ya, Bu! Saya nggak sengaja!” seru Alisha panik, matanya menatap perut sang Ibu deng

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 42

    Alisha senang sekali mendengar kabar baik dari Dokter tentang kondisi Papanya. Setelah menunggu cukup lama dengan perasaan cemas, akhirnya hari ini ia bisa bernapas lega. Papanya menunjukkan perkembangan signifikan dan diperkirakan dapat pulang dalam beberapa hari ke depan.Ia menatap Mamanya, Andin, dengan mata yang berembun, lalu memeluknya erat."Ma, Papa pasti cepat sembuh ya," ucapnya dengan suara bergetar menahan tangis haru."Iya, Nak. Tuhan pasti mendengar doa kita," balas Andin sambil mengusap punggung putrinya penuh kasih sayang.Dalam suasana bahagia itu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pelan di pintu ruangan.Tok... Tok... Tok...Keduanya menoleh bersamaan. Seorang pria berjas rapi masuk sambil membawa sebuah bingkisan besar dengan pita putih di atasnya."Nona Alisha?" tanyanya sopan."Iya, itu saya," jawab Alisha sambil melepaskan pelukan Mamanya."Ini ada kiriman dari Pak Bara," ucap pri

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Bab 41

    Alisha berjalan di samping Andin menyusuri lorong menuju ruang ICU tempat Marchel dirawat. Bau antiseptik yang khas memenuhi udara, membuat suasana terasa semakin sunyi dan tegang. Setibanya di depan pintu ruangan, seorang dokter keluar dan Andin segera menyapanya, "Bagaimana perkembangan suami saya, Dok?" tanya Andin, suaranya tenang namun jelas menyimpan kekhawatiran. Dokter itu menghela napas pelan, lalu menjawab dengan sopan, "Masih seperti kemarin, Bu. Kondisinya stabil, tapi belum ada respon kesadaran yang signifikan. Namun kami akan terus berusaha semaksimal mungkin." “Tetapi ada kemungkinan suami saya untuk sembuh kan, Dok?” Tanya Andin dengan penuh harap. Dokter itu mengangguk pelan, “Semoga saja bu, kita hanya bisa berdoa dan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Pak Marchel,” "Baik, Dok. Terima kasih atas usahanya." Sahut Andin. Setelah dokter itu berlalu, suasana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status