Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Posesif / Di rumah Christine

Share

Di rumah Christine

last update Huling Na-update: 2025-03-27 22:22:09

Berkali-kali Alisha mencoba menghubungi mamanya untuk mengadu tentang sang papa yang tega mengusirnya. Namun, panggilan itu sama sekali tidak digubris. Entah apa yang sedang dilakukan mamanya hingga di saat genting seperti ini, ia tetap enggan mengangkat telepon dari Alisha.

"CK... mama kemana sih?" gumam Alisha sembari menggeret koper besar miliknya.

Saat Alisha merasa tidak punya jalan keluar lagi, tiba-tiba notifikasi chat dari Christine berbunyi.

"Sha, jangan lupa besok PR fisika ya? Gue mau nyontek soalnya. Dari tadi gue ngerjain sendiri, tapi nggak bisa-bisa. Buntu."

Alisha menatap layar ponselnya, ragu sejenak sebelum akhirnya mengetik balasan.

"Chris, lo di rumah?"

Tak butuh waktu lama, balasan dari Christine muncul.

"Iya, emangnya kenapa?"

Alisha menggigit bibirnya. Ia tidak ingin menjelaskan panjang lebar lewat chat, jadi ia langsung menekan ikon panggilan.

"Halo? Sha? Lo kenapa?" suara Christine terdengar santai, tapi ada nada khawatir di dalamnya.

"Chris... boleh gue nginep di tempat lo malam ini?" suara Alisha bergetar tanpa ia sadari.

"Hah? Nginep? Lo kenapa? Berantem lagi sama nyokap bokap?"

Alisha menghela napas. "Gue nggak bisa cerita sekarang. Tolong, ya? Gue janji besok pagi langsung pergi kalau lo keberatan."

Christine terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Yaelah, ngapain pergi besok pagi? Udah, langsung ke sini aja. Gue siapin kasur."

Rasa lega sedikit merayapi dada Alisha. Setidaknya, malam ini ia masih punya tempat untuk bernaung.

Alisha menghela napas lega. Tanpa pikir panjang, ia segera meraih tas ranselnya yang hanya berisi beberapa pakaian dan ponselnya, lalu keluar dari rumah dengan langkah tergesa. Udara malam terasa menusuk, tapi dibandingkan tinggal lebih lama di rumah itu, kedinginan bukan masalah besar.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Christine, pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan. Kenapa mamanya tidak peduli? Kenapa papanya tega mengusirnya begitu saja? Apa salahnya?

Sampai di depan rumah Christine, ia menekan bel dengan tangan gemetar. Tak lama, pintu terbuka, dan Christine berdiri di sana dengan ekspresi khawatir.

"Sha, lo baik-baik aja?" tanyanya, menarik Alisha masuk sebelum gadis itu bisa menjawab.

Begitu pintu tertutup, Alisha akhirnya menghela napas berat. "Chris..." suaranya hampir bergetar.

Christine menepuk pundaknya pelan. "Udah, masuk dulu. Lo lapar? Gue ada mi instan."

Alisha tersenyum kecil. "Mi instan selalu jadi solusi, ya?"

"Ya iyalah," Christine terkekeh. "Udah, lo ke kamar gue dulu. Nanti kita ngobrol."

Tanpa banyak bicara lagi, Alisha mengikuti Christine ke dalam. Untuk sementara, ia merasa sedikit lebih tenang. Setidaknya, malam ini ia tidak sendirian.

Alisha duduk di tepi kasur Christine, memeluk lututnya sambil menatap lantai. Christine mengangsurkan segelas air mineral sebelum duduk di sebelahnya.

"Lo mau cerita sekarang atau nanti?" tanya Christine hati-hati.

Alisha menggenggam gelas itu erat, lalu menghela napas panjang. "Papa gue... ngusir gue dari rumah," suaranya nyaris berbisik.

Christine mengernyit. "Apa?! Ngusir? Serius, Sha? Kok bisa?"

Alisha menelan ludah, menahan emosi yang mengganjal di dadanya. "Gue juga nggak ngerti, Chris. Kayaknya dia udah lama nggak suka sama gue. Tiap hari rasanya gue salah terus di mata dia. Tadi gue cuma telat pulang sebentar, tapi dia langsung ngamuk dan nyuruh gue pergi dari rumah."

Christine mendengus kesal. "Gila, sih. Terus, nyokap lo gimana?"

Alisha tersenyum miris. "Gue udah nelpon berkali-kali. Dia nggak angkat."

Christine terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Sumpah, gue nggak habis pikir. Tapi lo tenang aja, di sini rumah lo juga. Kapan pun lo butuh tempat nginep, lo tinggal datang."

Alisha menatap Christine dengan mata berkaca-kaca. "Makasih, Chris... Gue nggak tahu harus ke mana kalau lo nggak ada."

Christine menepuk punggungnya pelan. "Udah, nggak usah nangis. Mending sekarang kita makan mi instan dulu. Semua masalah bisa dipikirin lagi setelah perut kenyang."

Alisha tertawa kecil di sela harunya. "Bener juga."

Malam itu, di tengah kepingan hatinya yang berantakan, setidaknya ada satu hal yang membuatnya merasa sedikit lebih baik: sahabat yang selalu ada untuknya.

Setelah menikmati semangkuk mi instan bersama Christine, Alisha merasa sedikit lebih tenang. Mereka duduk bersandar di tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang dihiasi lampu-lampu kecil berkelap-kelip.

Christine melirik Alisha dari samping. "Besok lo mau gimana?" tanyanya pelan.

Alisha menghela napas panjang. "Gue nggak tahu, Chris. Gue nggak mungkin balik ke rumah kalau papa masih kayak gitu. Mama aja nggak peduli."

Christine menggigit bibirnya, tampak berpikir. "Lo nggak punya keluarga lain yang bisa lo datangi? Tante? Om? Nenek?"

Alisha menggeleng. "Nenek gue udah lama meninggal, om dan tante gue tinggal di luar kota. Gue juga nggak deket sama mereka."

Christine mengetuk-ngetukkan jemarinya ke lutut, lalu berkata, "Ya udah, sementara waktu lo di sini aja dulu. Bokap nyokap gue juga nggak bakal keberatan."

Alisha menatap Christine dengan mata berkaca-kaca. "Lo yakin nggak bakal nyusahin keluarga lo?"

"Udah lah, Sha. Lo pikir gue tega ngebiarin sahabat gue tidur di jalan?" Christine tersenyum, mencoba menenangkan. "Lagian, siapa lagi kalau bukan gue?"

Alisha mengangguk pelan, rasa haru memenuhi dadanya. "Makasih, Chris. Lo bener-bener sahabat terbaik gue."

Christine mendengus kecil. "Ya iyalah. Udah, tidur sana. Besok kita pikirin lagi semuanya."

Alisha tersenyum tipis, lalu berbaring. Malam ini, meskipun hatinya masih kacau, setidaknya ada rasa aman yang bisa ia genggam.

Keesokan paginya, Alisha bangun dengan perasaan sedikit lebih ringan, meskipun bayangan kejadian semalam masih menghantuinya. Christine sudah lebih dulu bangun dan sedang sibuk di dapur saat Alisha keluar dari kamar.

“Lo udah bangun? Cuci muka dulu sana, bentar lagi sarapan,” kata Christine sambil membolak-balik roti di atas teflon.

Alisha mengangguk dan segera menuju kamar mandi. Saat kembali, ia melihat Christine sudah menata sarapan di meja, sementara kedua orang tua Christine—Pak Rudi dan Bu Maya—sudah duduk di sana.

“Pagi, Om, Tante,” sapa Alisha sopan, merasa canggung.

Bu Maya menatapnya dengan senyum ramah, meski sorot matanya tampak penuh tanda tanya. “Pagi, Alisha. Christine bilang semalam kamu nginap di sini?”

“Iya, Tante… maaf kalau ngerepotin,” ujar Alisha pelan.

Pak Rudi meletakkan koran yang sedang dibacanya dan menatap Alisha dengan ekspresi serius. “Memangnya ada masalah apa sampai harus menginap di sini?”

Alisha menunduk, merasa tidak nyaman untuk langsung bercerita. Christine cepat-cepat menyela, “Papa, nanti aja, ya? Alisha masih capek. Boleh kan dia sementara waktu tinggal di sini?”

Pak Rudi dan Bu Maya saling bertukar pandang. Mereka jelas terkejut dan tampak sedikit keberatan, tetapi belum mengungkapkannya secara langsung.

Bu Maya akhirnya mengangguk kecil. “Ya sudah, sarapan dulu. Kita bicarakan lagi nanti.”

Alisha tersenyum kecil, meskipun dalam hatinya ia bisa merasakan ada ketegangan yang menggantung di udara.

Alisha duduk di meja makan dengan perasaan campur aduk. Christine mencoba mencairkan suasana dengan mengobrol santai, tapi Alisha tahu kedua orang tua sahabatnya itu masih menyimpan banyak pertanyaan.

Saat sarapan hampir selesai, Pak Rudi akhirnya berbicara. “Alisha, Papa dan Mama kamu tahu kamu di sini?”

Alisha menegang. Ia meletakkan sendoknya pelan, lalu menggeleng. “Aku udah coba hubungi Mama, tapi nggak diangkat, Om. Sementara Papa…” Suaranya tercekat sejenak. “Papa ngusir aku dari rumah.”

Bu Maya tampak terkejut. “Ngusir? Kenapa?”

Alisha menunduk, jari-jarinya meremas ujung bajunya. “Aku sendiri nggak tahu pasti, Tante. Aku merasa selalu salah di mata Papa, dan kemarin... dia benar-benar menyuruh aku pergi.” Katanya tidak ingin menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Pak Rudi menghela napas panjang. Ia menatap Alisha sejenak sebelum berkata, “Masalah keluarga itu sebaiknya diselesaikan di dalam keluarga. Kamu nggak bisa lari dari rumah begitu saja.”

Christine menyela cepat, “Tapi Pa, dia bukan lari. Dia diusir!”

Pak Rudi mengangguk pelan. “Papa mengerti. Tapi tetap saja, orang tuanya harus tahu di mana dia berada.”

Alisha menunduk semakin dalam. Ia ingin menelepon Mamanya lagi, tapi kalau Mama saja tidak peduli, apakah masih ada gunanya?

Bu Maya menepuk tangan Alisha dengan lembut. “Alisha, kamu boleh tinggal di sini sementara, tapi kamu harus coba bicara lagi dengan orang tua kamu. Setidaknya, beri tahu mereka kalau kamu baik-baik saja.”

Alisha mengangguk pelan. Ia tahu cepat atau lambat, ia harus menghadapi keluarganya lagi. Tapi untuk sekarang, ia hanya ingin menikmati sedikit ketenangan di rumah Christine, meskipun ia sadar ketenangan itu mungkin tidak akan bertahan lama.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Lakukan sayang,

    "CK... Ganggu banget sih!" desis seorang wanita yang hampir tidak ada satupun busana menempel di tubuhnya. Dia sedang berada di salah satu hotel bintang lima, bersama seorang lelaki, kekasihnya dulu sebelum dia menikah dengan adik dari lelaki itu. Dia adalah Aline, mama Alisha. Ya, saat ini Aline sedang bersama Marco, kekasihnya dulu yang sempat meninggalkannya ketika dia mengandung buah cinta mereka, yang juga membuat Aline berakhir dalam rumah tangga bersama Marchel, lelaki paling menyebalkan yang pernah dia kenal seumur hidupnya. Ketus, cuek, dan arogan. Sangat berbanding terbalik dengan Marco, yang sangat perhatian dan mampu membuat wanita ketika berada di dekatnya merasa di manja layaknya princess. Hal itu pula yang membuat Aline luluh dan kembali jatuh ke pelukan Marco setelah bertahun-tahun di tinggal. Membuat Aline mengkhianati cinta suci yang telah dia bangun bersama Marchel. "Siapa yang ganggu sayang?" "Ini, anak kamu. Terlalu di manja sama Marchel, semua di tur

    Huling Na-update : 2025-04-04
  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Ketahuan

    "Ahhh… Enak sayang. Lakukan lebih cepat, aku mau lebih," Pinta Alisha ketika Dareen, pacarnya, sedang menjelajahi tubuhnya dengan menggunakan jari. Dia sudah tidak lagi sabar menahan hasrat yang memuncak di seluruh tubuhnya. Namun bersamaan dengan itu, tiba-tiba teriakan terdengar menggema di ruangan itu. "ALISHAAAA!!!!" Alisha segera bangkit dan menoleh ke arah sumber suara, penampilannya masih berantakan dengan baju yang masih terbuka di bagian dada. "Sial," Gumam Alisha sambil merapikan kembali penampilannya begitu melihat siapa pemilik suara itu. Tidak lain adalah sang papa yang tengah memergokinya sedang bermesraan dan hampir melakukan hubungan seksual dengan sang pacar di sofa ruang tamu. Tentu saja Alisha panik, dia bisa dihukum habis-habisan oleh sang papa. Ketahuan berteman dengan teman laki-laki saja papanya marah besar apalagi ini ketahuan pacaran! Hari ini Alisha berani membawa Dareen ke rumah karena dia mendengar Mbak Ti, pembantu di rumahnya, mendapat telepon

    Huling Na-update : 2025-03-27

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Lakukan sayang,

    "CK... Ganggu banget sih!" desis seorang wanita yang hampir tidak ada satupun busana menempel di tubuhnya. Dia sedang berada di salah satu hotel bintang lima, bersama seorang lelaki, kekasihnya dulu sebelum dia menikah dengan adik dari lelaki itu. Dia adalah Aline, mama Alisha. Ya, saat ini Aline sedang bersama Marco, kekasihnya dulu yang sempat meninggalkannya ketika dia mengandung buah cinta mereka, yang juga membuat Aline berakhir dalam rumah tangga bersama Marchel, lelaki paling menyebalkan yang pernah dia kenal seumur hidupnya. Ketus, cuek, dan arogan. Sangat berbanding terbalik dengan Marco, yang sangat perhatian dan mampu membuat wanita ketika berada di dekatnya merasa di manja layaknya princess. Hal itu pula yang membuat Aline luluh dan kembali jatuh ke pelukan Marco setelah bertahun-tahun di tinggal. Membuat Aline mengkhianati cinta suci yang telah dia bangun bersama Marchel. "Siapa yang ganggu sayang?" "Ini, anak kamu. Terlalu di manja sama Marchel, semua di tur

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Di rumah Christine

    Berkali-kali Alisha mencoba menghubungi mamanya untuk mengadu tentang sang papa yang tega mengusirnya. Namun, panggilan itu sama sekali tidak digubris. Entah apa yang sedang dilakukan mamanya hingga di saat genting seperti ini, ia tetap enggan mengangkat telepon dari Alisha. "CK... mama kemana sih?" gumam Alisha sembari menggeret koper besar miliknya. Saat Alisha merasa tidak punya jalan keluar lagi, tiba-tiba notifikasi chat dari Christine berbunyi. "Sha, jangan lupa besok PR fisika ya? Gue mau nyontek soalnya. Dari tadi gue ngerjain sendiri, tapi nggak bisa-bisa. Buntu." Alisha menatap layar ponselnya, ragu sejenak sebelum akhirnya mengetik balasan. "Chris, lo di rumah?" Tak butuh waktu lama, balasan dari Christine muncul. "Iya, emangnya kenapa?" Alisha menggigit bibirnya. Ia tidak ingin menjelaskan panjang lebar lewat chat, jadi ia langsung menekan ikon panggilan. "Halo? Sha? Lo kenapa?" suara Christine terdengar santai, tapi ada nada khawatir di dalamnya. "Chri

  • Terjerat Cinta CEO Posesif   Ketahuan

    "Ahhh… Enak sayang. Lakukan lebih cepat, aku mau lebih," Pinta Alisha ketika Dareen, pacarnya, sedang menjelajahi tubuhnya dengan menggunakan jari. Dia sudah tidak lagi sabar menahan hasrat yang memuncak di seluruh tubuhnya. Namun bersamaan dengan itu, tiba-tiba teriakan terdengar menggema di ruangan itu. "ALISHAAAA!!!!" Alisha segera bangkit dan menoleh ke arah sumber suara, penampilannya masih berantakan dengan baju yang masih terbuka di bagian dada. "Sial," Gumam Alisha sambil merapikan kembali penampilannya begitu melihat siapa pemilik suara itu. Tidak lain adalah sang papa yang tengah memergokinya sedang bermesraan dan hampir melakukan hubungan seksual dengan sang pacar di sofa ruang tamu. Tentu saja Alisha panik, dia bisa dihukum habis-habisan oleh sang papa. Ketahuan berteman dengan teman laki-laki saja papanya marah besar apalagi ini ketahuan pacaran! Hari ini Alisha berani membawa Dareen ke rumah karena dia mendengar Mbak Ti, pembantu di rumahnya, mendapat telepon

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status