Share

Bab. 53.Aksi Arnold.

    Arnold kembali ke meja kerjanya. Membuka laptop berselancar mencari informasi tentang cabang perusahaan Chandra Company. 

Dia mencari para pemegang saham dari Perusahaan Ryan. Setelah dapat, mencoba menghubungi. Tapi rata- rata  dari mereka menolak mencabut Investasi dari Perusahaan Ryan dan beralih ke Perusahaan miliknya. Memang Perusahaan Milik Ryan. Loyal terhadap para investornya. Mereka selalu mendapat keuntungan yang besar tatkala Perusahaan mengalami untung besar. 

Arnold menghela nafas sejenak. Memikirkan langkah apa yang tepat menghancurkan perusahaan Milik Ryan. Dia juga punya dendam pribadi  dengan perusahaan milik Ryan. Ia selalu menang tender darinya. Saat ini adalah waktu yang tepat menghancurkan cabang perusahaan tersebut. Arnold mencoba sekali lagi merayu para investor untuk Menarik sahamnya di perusahaan Chandra Companya. Tapi jawaban mereka sama. Menolak memcabut investasi. 

Hari ini Arnold merasa lelah. Setelah merayu investor meninggalkan perusahaan Chandra company tak mendapatkan hasil Arnold menghubungi Sekertarisnya.  George segera masuk ke ruangan Arnold. 

"Bapak memanggil saya?" 

"Tolong kamu cari tau kelemahan Cabang Perusahaan  Chandra company," 

"Siap pak!" 

George langsung membalikan badanya. Kembali ke ruanganya. 

George mencari data tentang perusahaan Chandra, terpaksa menyewa hacker untuk membobol data dari perusaahaan tersebut. Setelah data di kumpulkan, sang hacker menyerahkan pada George. George merasa puas hasil hacker. Ternyata semudah itu untuk menghancur cabang perusahaan Chandra Company. 

Setelah membayar hacker, George ke ruangan Tuanya. 

"Tuan ini data Perusahaan Chandra company," 

Arnold mendadak semangat mendengar penjelasan George. 

Ia menerima berkas data dari tangan George.

"Makasih George," ucap Arnorld sumringgah. 

"Sama- sama Tuan Arnold, saya permisi," ucap George seraya membungkukan badanya kembali ke ruanganya. 

Arnold segera turun ke bawah, memanggil sopir. Tak sabar menemui suplier, pemasok bahan untuk pabrik milik Ryan. 

Arnold berpura- pura sebagai pegawai Perusahaan Company menemui Suplier. Ia menukar bahan kualitas premium dengan kualitas biasa. 

Suplier merasa heran, tapi karena ada surat kuasa palsu dari Ryan. Ia percaya sepenuhnya. 

*****

Kembali ke Amelia

Ryan terpaksa menuruti kemauan Istrinya. Ingin tenang bersama keluarganya. Ryan berpamitan kepada kedua orang tua Amelia.  Amelia mengantar suaminya sampai ke depan pintu. 

"Pak, Ibu titip Amelia dulu ya, sebulan lagi aku jemput,"  Ryan mencium kedua tangan Orang tua Amelia secara bergantian. 

"Iya nak. Kami juga masih kangen dengan Amelia. Kamu hati- hati di jalan ya, semoga sampai  Singapore dengan selamat," ucap Ibu. 

Ryan menatap istrinya sendu. Tak rela berada jauh dari sisinya. Walau saat ini bersama keluarganya. Tapi serasa ada yang kosong dalam jiwa Ryan. Amelia juga tak tega melihat tatapan sendu Ryan. Tapi ini demi kebaikan hatinya sendiri. Saat ini butuh waktu untuk kembali mencintai suaminya sepenuh hati. 

Ryan masuk mobil tapi tatapanya masih memandang istrinya. Amelia melambaikan tanganya. Lambaian tanganya menorehkan rasa sakit di hati. Ia mengusap dadanya sendiri. Serta menguatkan jiwanya bahwa ini hanya sementara. Sebulan lagi akan berkumpul lagi dengan cinta yang lebih indah tentunya. 

Mobil melaju meninggalkan kediaman orang tua Amelia. Membelah jalan perkampungan. Suasana sepi menyergap sisi hati Ryan. Terpaksa ia alihkan memandang pohon di sepanjang jalan yang seolah mengejarnya ketika berada di dalam mobil. 

Akhirnya Ryan sampai di Bandara. Segera turun menarik tas kopernya. Sebelum chek in ia mengisi perutnya yang terasa lapar. Ketika di rumah Amelia tak merasakan lapar, Sangat sedih berpisah dengan Amelia. 

Sampai di rumah, Ryan menyalakan lampunya. Mengedarkan pandangan di semua sudut rumah tapi serasa kosong. Ryan menunduk sedih. Menghela nafas panjang hembuskan pelan. Agar sesak hilang dari dadanya.  

Drrrtt.. 

Telepon dari sekertarisnya. 

"Halo ... ada apa Akbar?" 

"Pak ada masalah di pabrik!" ucap Akbar panik. 

"Oke, aku segera ke Pabrik!"  Tapi merasa bau badannya menganggu ia mandi dulu. Setelah mandi menuju ke Pabrik. 

Akbar sudah menyambutnya di depan pintu. 

"Ada apa Akbar?" 

"Ini pak,  untuk pembuatan dress bahanya tidak seperti biasanya  yang premium. Ini yang datang kualitas standar!   sepertinya ada yang sengaja sabosate !" 

Ryan shock mendengar penjelasan Sekertarisnya.  Ia melengang masuk ke Pabrik. Mengecek bahan. Wajah Ryan menegang. Matanya menahan amarah. 

"Siapa yang berani melakukan ini?!" Teriak Ryan. Seluruh karyawan pabrik hanya diam membisu. Takut mendapat amukan dari Bosnya. Ryan terkenal ramah. Tapi ketika sudah marah tak ada yang berani melawanya. 

"Akbar, antar aku menemui suplier!" 

"Baik Tuan," 

Ryan melangkah membawa emosi yang membara. Tanganya mengepal geram. 

'Siapa orang dalam  yang berani melakukan ini' batin Ryan. 

Sampailah  Ryan di kantor suplier. Tanpa basa basi  langsung masuk ke dalam kantor menemui suplier. 

"Ini maksudnya apa?!"  Tanya Ryan  menaruh contoh bahan di depan meja suplier. Orang itu bangun dari duduk menatap Ryan tak mengerti. 

"Bukan Tuan Ryan yang menyuruh memakai bahan yang biasa? Itu kata Asisten Anda," 

"Apa ini orangnya?" Tanya Ryan seraya menunjuk Akbar. 

"Bukan ...." 

"Badanya  jangkung, kulit putih. Di pipinya ada jambang sedikit. Alis tebal, hidung mancung," 

Ryan terdiam mendengar penjelasan Suplier. Merasa tak punya karyawan dengan ciri- ciri tersebut. 

"Namanya siapa Pak?" 

Suplier itu menepuk jidatnya sendiri. Lupa menanyakan nama orang yang mengaku suruhan Ryan. 

Bersambung. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status