Ansel mengedipkan matanya tak percaya. Apakah gadis ini sudah gila? Mengapa ia memilih pekerjaan yang sangat beresiko seperti itu?"Kamu masih waras kan, Clara?" Tanya Ansel heran.Clara mengangguk."Lalu kenapa kamu mau bekerja seperti ini?" Ujar Ansel kesal."Karena aku butuh uang, Ansel! Bayaran pekerjaan ini sangat tinggi dan pekerjaannya mudah! Sesederhana itu!" Seru Clara sebal.Ansel masih memalingkan wajahnya. Selama ini ia selalu melihat Clara dalam balutan piyama atau pakaian rumah lainnya. Ini pertama kalinya Ansel melihat Clara berpakaian seperti ini dan sejujurnya jantung Ansel menjadi sedikit tidak karuan karenanya."Tenang, Ansel! Tenang! Kamu harus kendalikan dirimu! Kamu bukan buaya darat yang tidak bisa melihat wanita seksi, kan?" Batin Ansel berusaha mengingatkan dirinya.Clara menatap Ansel yang tampak seperti salah tingkah. Seolah tanpa rasa bersalah, Clara dalam balutan pakaian dalam seksi itu berjalan menghampiri Ansel."Kamu tidak apa-apa?" Tanya Clara bingung.
Clara membuka emailnya dengan tidak sabar. Sudah tiga hari berlalu sejak ia mengirimkan portofolionya dan apabila ia memang diterima, seharusnya ia akan mendapatkan balasan dari agensinya hari ini. Jantung Clara berdebar kencang tidak karuan. Ia merasa sangat deg-degan sembari menunggu laman yang ia tuju sedang dimuat."Ada email masuk!" Seru Clara heboh saat melihat email balasan dari agensi yang ia lamar.Dengan mantap Clara membuka email itu dan membaca isinya. Matanya menjelajah setiap kalimat berkali-kali. Seolah tidak percaya, ia kembali membaca surat elektronik itu dari kalimat pertama. Setelah benar-benar yakin, Clara berteriak histeris karena bahagia."Aku diterima! Yeay! Aku diterima kerja!" Seru Clara heboh.Kakinya berjingkat-jingkat bahagia. Clara benar-benar merasakan euforia karena pekerjaan yang ia nanti-nanti akhirnya berhasil ia dapatkan. Dengan semarak ia berloncat dan menari-nari di atas kasurnya. Lalu kepalanya teringat dengan teman serumahnya yang sudah membantun
Tanpa terasa, sebulan telah berlalu sejak Clara bekerja sebagai model lingerie. Ia sungguh mencintai pekerjaan barunya karena ia tidak perlu capek-capek mengelap meja hingga malam seperti dulu ketika bekerja di restoran. Bahkan Clara berpikir untuk berhenti bekerja dari restoran itu dan fokus pada kariernya di bidang ini. Namun Clara belum bisa memantapkan hatinya karena ia khawatir Tante Ana malah akan mengkhawatirkan atau bahkan mencurigai pekerjaan barunya.Dan Ansel, meskipun awalnya terasa canggung berpose menantang di depan teman serumahmu, namun lama kelamaan Clara mulai terbiasa melakukannya. Dan tampaknya Ansel juga tidak bertingkah aneh lagi seperti biasanya. "Ah! Betapa menyenangkannya pekerjaan baruku!" Seru Clara bahagia.Ponsel Clara berdenting singkat. Sebuah notifikasi masuk ke dalamnya. Clara baru saja mendapatkan paket dari agensinya dan itu berarti ia harus melakukan pemotretan lagi dalam waktu dekat. Clara berjingkat riang. Pemotretan baru itu artinya penghasilan
Ansel baru saja mendapat kabar baik bahwa salah satu kenalannya yang berprofesi sebagai model mau membantu mereka dalam pemotretan selanjutnya. Dengan semangat membara ia berlari menghampiri Clara yang sedang memasak di dapur mereka. Clara bahkan sampai terkejut karena aksi mendadak Ansel."Clara! Aku punya kabar baik untuk kita!" Seru Ansel bahagia.Clara terhenyak dan menatap Ansel dengan sebal. Apakah Ansel tidak menyadari bahwa Clara adalah manusia yang sangat mudah terkejut? Tidakkah ia sadar bahwa teman serumahnya ini, gadis bernama Clara ini, memiliki jantung yang lemah dan tidak tahan dengan segala spontanitasnya?"Astaga, Ansel! Tenangkan dirimu! Lama-lama aku bisa terkena serangan jantung gara-garamu!" Sembur Clara sewot.Ansel hanya meringis menunjukkan barisan giginya yang rapih dan putih. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Maafkan aku, Clara. Hanya saja aku terlalu senang karena kabar baik ini." Ucap Ansel bersemangat.Clara lalu menyuapkan masakannya langsun
Ansel berjalan dengan canggung mendekati Clara. Gadis itu menatapnya tak berkedip. Membuat Ansel semakin salah tingkah."Jangan menatapku seperti itu, Clara. Kamu membuatku malu." Seru Ansel sebal.Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya beberapa kali. Seolah berusaha menyadarkan dirinya sendiri."Ah, maaf Ansel. Hanya saja kamu tampak berbeda." Balas Clara pelan.Marcel tersenyum sumringah sembari menghampiri mereka berdua. Tangannya memegang kamera besar yang akan digunakan untuk pemotretan."Kalian sudah siap? Ayo kita mulai pemotretannya!" Seru Marcel antusias.Dengan kikuk, Clara dan Ansel berjalan ke tempat pemotretan akan dilakukan. Keduanya berdiri berjauhan dan tidak mampu menatap wajah masing-masing."Astaga! Bagaimana aku akan melakukan pemotretan kalau kalian berpose sangat kaku seperti ini?" Ucap Marcel kesal.Ansel mendelik ke arah Marcel. Ia sebal dengan Marcel yang seolah-olah ingin terus mempermalukannya."Ansel, ayo peluk Clara dan Clara, kumohon letakkan tanganmu
"Uncle Liem, aku pulang dulu ya!"Clara berpamitan pada Uncle Liem yang sedang asyik menghitung lembaran dollarnya. Pria tua itu hanya melambaikan tangan memberi isyarat yang mempersilahkan Clara pulang. Gadis itu berjalan dengan langkah ringan dan bahagia. Uang pemotretannya kemarin baru saja cair dan hari ini Clara akan mentraktir Ansel sebagai tanda terimakasihnya.Clara berjalan dengan penuh semangat menyusuri barisan pertokoan di kanan dan kirinya. Lalu matanya tertuju pada sebuah poster yang baru saja di tempel di etalase sebuah toko. Toko pakaian dalam wanita. Clara terhenyak. Ia melihat fotonya dipajang disana. Fotonya yang berbalut pakaian dalam seksi ditempelkan di etalase toko dan dilihat oleh ratusan pasang mata."Kenapa fotoku bisa ada disini? Bukankah Miss Grace bilang fotoku tidak akan digunakan di Singapura?!" Ucap Clara panik. Ia segera berlari menjauh dari tempat itu karena orang-orang tampak menyadari bahwa ia adalah model yang ada di poster. Dengan tergopoh-gopoh,
Ansel membelalak mendengar permintaan Clara. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana menanggapinya. Melihat reaksi Ansel, Clara langsung melepaskan pegangannya."Tidak apa-apa jika kamu keberatan." Ucap Clara pelan.Ansel tersenyum canggung."Tidak, bukan begitu. Hanya saja aku sedikir kaget mendengar kata-katamu."Clara menatap lurus ke arah dinding kamarnya."Maafkan aku, aku sangat takut mimpi itu kembali muncul, Ansel. Makanya aku memintamu untuk menemaniku malam ini." Jelas Clara lirih.Ansel buru-buru mengangguk dan menempelkan bokongnya di kasur Clara."Tidak, aku tidak keberatan, Clara. Dimana aku harus tidur?" Tanya Ansel kikuk.Clara tertawa kecil. Lucu sekali melihat Ansel salah tingkah seperti ini. Gadis itu lalu menepuk sisi di sebelahnya beberapa kali."Disini. Kamu bisa tidur disampingku, Ansel." Ucap Clara.Dengan hati-hati Ansel berbaring di samping Clara sementara gadis itu juga merebahkan dirinya. Keduanya tidur bersisian tanpa berbicara sepatah kata pun. Kedua pasan
Clara tertawa kecil melihat Ansel yang tampak sangat bergairah."Apa yang ingin kamu lihat?" Tanya Clara geli.Ansel mengelus bagian kewanitaan Clara yang mulai menghangat."Tentu saja ini." Bisiknya halus."Apakah boleh?" Sambung Ansel yang dijawab oleh anggukan pasti dari Clara.Dengan cepat Ansel menarik celana pendek dan celana dalam Clara turun. Seperti yang ia lakukan pada kaos Clara, Ansel melempar dua potong bawahan itu entah kemana. Kini di hadapan Ansel, Clara tampil bugil. Tanpa sehelai benang pun yang menutupinya."Astaga, Clara. Bagaimana mungkin kamu bisa secantik ini." Puji Ansel lagi.Clara tertawa kecil. Ansel lalu membenamkan kepalanya di antara kedua kaki Clara. Dengan manja, Ansel menggosok-gosokkan jarinya di bibir kewanitaan Clara. Naik turun dengan dengan cepat dan sesekali melambat. Lalu jari telunjuk dan jari tengah Ansel menjepit tonjolan daging yang ada di atas bibir kewanitaan Clara. Titik yang disebut dengan nama klitoris. Titik dimana berjuta saraf terkum