Share

Bab 6

Author: Alina Tan
last update Huling Na-update: 2023-07-29 16:08:39

Gara-gara bahan masakan yang digunakan Clara tadi pagi, kini baik Clara maupun Ansel tergolek lemas karena keracunan makanan. Clara terpaksa izin untuk pulang kerja lebih awal karena fisiknya yang terasa sangat tidak sehat. Sementara Ansel harus absen dari kuliahnya karena ia terus bolak balik ke kamar mandi.

Clara terduduk lemas di sofa apartemen bersama Ansel yang terguling di sampingnya. Mereka sudah ke dokter dan mendapatkan obat untuk mengurangi gejala keracunan makanan yang dialami. Namun urusan perut mereka yang terus menerus mual tampaknya belum kunjung berhenti.

Mereka berdua sedang menatap kosong ke TV tanpa melakukan apapun. Lalu tiba-tiba Ansel berlari menuju kamar mandi lagi. Perutnya mules dan terus memanggil Ansel untuk ke kamar mandi.

"Sialan! Aku harus ke kamar mandi!" Seru Ansel sembari berlari meninggalkan Clara.

Gadis itu melihat teman serumahnya dengan tatapan geli. Ia tertawa lemas karena Ansel terlihat seperti orang bodoh. Namun tak lama kemudian perut Clara ikut bertingkah seperti Ansel. Gadis itu langsung berlari kencang ke satu-satunya kamar mandi yang ada di rumah merema. Ia menggedor pintu kamar mandi itu dengan tidak sabar.

"Ansel! Buka pintunya! Aku harus memakai kamar mandi!" Teriak Clara dari depan pintu.

Tak lama kemudian, pria itu keluar dari kamar mandi dengan ekspresi lega. Clara langsung mendorong Ansel untuk menyingkirnnya dari hadapan Clara ia lalu tergopoh-gopoh masuk ke kamar mandi untuk menutaskan panggilan alamnya yang tidak kunjung membaik.

Akhirnya, setelah siksaan tanpa henti oleh perut mereka, kondisi Clara dan Ansel berangsur membaik. Mungkin karena obat yang mereka telan sudah bekerja. Ansel menatap Clara dengan sebal. Karena kelalaian gadis ini, sepanjang hari ia seperti pindah tidur di kamar mandi.

"Kumohon, lain kali jangan masuk ke dapur lagi, Clara."

***

Insiden keracunan makanan kemarin sungguh menguras habis sisa uang yang Clara punya. Ia harus menanggung biaya pengobatannya sendiri karena polis asuransinya belum selesai. Praktis seluruh uang yang Clara sisihkan dan tabung ludes tak bersisa. Dan semua itu karena keteledorannya.

Pikiran Clara sudah buntu. Ia bingung harus mencari uang dengan cara apa lagi. Clara memutuskan untuk bertanya dengan sahabatnya, Jessica. Siapa tahu gadis itu memiliki solusi untuk masalahnya? Lagipula Jessica kan memang gadis dengan sejuta solusi.

Tuuttt... Tuttt... Tutt...

Clara menunggu Jessica menjawab panggilannya. Tidak berapa lama, suara ceria Jessica terdengar menyapa Clara dengan riang.

"What's up, Bae?" Sapa Jessica ceria.

"Hi, Jess. Kamu sibuk?" Jawab Clara dengan lesu.

Jessica yang mendengar sahabatnya terdengar tidak bersemangat tentu segera merasakan ada yang tidak beres sedang terjadi.

"Kamu kenapa? Kok suaramu terdengar sangat lesu?" Tanya Jessica khawatir.

Clara menghela nafas dalam.

"Ah, aku pusing, Jess. Uangku benar-benar habis sekarang sementara tanggalku gajian masih lama." Keluh Clara murung.

Ah, masalah Clara memang selalu seputar materiil. Bagaimana tidak, setiap rencananya tampak tidak berjalan sesuai harapannya. Clara kira ia bisa menghemat pengeluaran dengan tinggal bersama Tante Ana. Namun siapa yang mengira suami baru Tantenya malah menganggapnya parasit dan menolak mentah-mentah kehadirannya? Mau tidak mau Clara pun harus pindah agar tidak menimbulkan masalah dalam hubungan Tantenya.

Dan sekarang insiden keracunan makanan yang baru saja ia alami. Rasanya selalu ada saja masalah yang memaksa Clara untuk menghabiskan uangnya.

"Apakah kamu mau meminjam uangku?" Tawar Jessica prihatin.

Clara terdiam sejenak. Ia tampak berpikir.

"Ah, tidak perlu, Jess. Aku takut aku tidak mampu mengembalikannya. Lagipula penghasilanmu juga tidak jauh berbeda dariku kan?" Balas Clara pelan.

Lalu Clara mendengar Jessica tertawa kecil di seberang telepon. Ia bingung. Kenapa sahabatnya ini tiba-tiba tertawa? Apakah sahabatnya sudah gila karena sesuatu hal? Atau mungkin Jessica sedang mabuk?

"Kenapa kamu tertawa, Jess?" Tanya Clara bingung.

"Oh, Clara Sayang. Kamu jangan mengkhawatirkan tentang keuanganku. Sejujurnya aku menghasilkan uang lebih banyak dari yang kamu kira, Clara." Ucap Jessica serius.

Clara tertarik mendengar percakapan Jessica. Jika dipikir-pikir, hidup Jessica memang tergolong mewah untuk seseorang yang hanya bekerja sebagai pramuniaga mall. Tapi Clara pikir itu semua karena Clara dimanjakan oleh kekasihnya. Clara kira semua kemewahan yang Jessica pakai adalah pemberian kekasihnya.

"Apa maksudmu, Jess? Aku tidak mengerti." Jawab Clara bingung.

Jessica tertawa lagi.

"Kamu ingin kuajari cara mencari uang yang menyenangkan?" Bujuk Jessica.

Clara berpikir apakah memang benar ada cara seperti itu? Sungguh Clara sangat tertarik dengan tawaran itu. Persetan dengan kerja keras bagai kuda. Clara lelah hidup dengan penghasilan pas-pasan. Mungkin ada baiknya Clara mengikuti saran Jessica. Lagipula tidak mungkin sahabatnya akan menjerumuskannya bukan?

"Bagaimana caranya?" Tanya Clara ingin tahu.

Jessica menjawab mantap tanpa ragu.

"Menjadi model lingerie!"

***

Sejak sore tadi hingga malam ini, Clara terus menerus memikirkan saran Jessica. Sahabatnya bilang pekerjaan itu akan membayarnya dengan bilangan yang cukup besar. Sekitar 5000 dollar ke atas. Tentu saja jumlah itu terdengar sangat menggiurkan bagi Clara. Ia tak perlu letih bekerja hanya untuk membayar sewa apartemennya. Clara hanya cukup berpose dengan pakaian-pakaian itu dan mendapatkan bayaran yang memuaskan. Ah, bahkan pekerjaan itu terdengar seperti mimpi bagi Clara.

Clara mengambil ponselnya dan mulai mencari lowongan pekerjaan sebagai model pakaian dalam wanita. Matanya terbelalak melihat jumlah bayaran yang ditawarkan per bulan. Memang benar kata Jessica. Ini adalah pekerjaan yang mudah dan menyenangkan.

"Wah, gila! Kenapa aku tidak mencoba bekerja seperti ini sejak lama ya?" Gumam Clara sambil menelusuri setiap halaman pencarian di ponselnya.

Lalu mata Clara tertuju pada sebuah iklan lowongan pekerjaan sebagai model lingerie untuk perusahaan pakaian dalam wanita yang berbasis di New York. Bayarannya pun sangat menggiurkan hingga Clara merasa sulit untuk melewatkannya.

"Wah, bayarannya 5000 USD? Itu berarti sekitar 7000 dollar Singapura? Gila! Ini pekerjaan yang sangat bagus." Seru Clara takjub.

Ia melihat lebih detail lowongan pekerjaan itu dan kembali menimbang-nimbang keputusannya. Perusahaan yang mempekerjakan tampaknya adalah perusahaan ternama dan syaratnya pun tidak terlalu susah. Tanpa ragu Clara pun mengirimkan lamarannya ke alamat email yang tercantum itu.

"Ah, semoga aku segera mendapatkan kabar baik." Gumam Clara berharap.

Keesokan paginya, Clara buru-buru mengecek emailnya. Ia tidak sabar melihat apakah perusahaan itu sudah membalas email yang ia kirim. Seolah nasib baik berpihak kepadanya, balasan email dari pemberi kerja itu masuk beberapa menit yang lalu. Clara deg-degan dan tidak sabar lagi membaca balasan tersebut.

Dear Ms. Clara.

Kami dengan senang hati ingin menerima Anda menjadi bagian dari kami.

Setelah membaca informasi yang Anda berikan, kami merasa Anda akan sangat cocok untuk bekerja sebagai salah satu model kami khususnya di seri pakaian dalam wanita. Namun untuk itu, kami membutuhkan portofolio Anda yang berisi foto serupa agar dapat menjadi bahan pertimbangan kami selanjutnya.

Terimakasih.

Clara terbelalak melihat persyaratan yang diberikan oleh perusahaan itu.

"Sialan, aku harus punya portofolio foto lingerie dulu."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 120

    Ansel dan Clara tiba di kamar pengantin mereka. Ansel sengaja menyewa kamar dengan pemandangan terbaik di Castle Bromwich Hall, salah satu hotel dengan desain klasik yang paling menakjubkan di Birmingham. Ia akan membuat malam ini menjadi malam paling romantis bagi mereka berdua.Kedua tangan Ansel menggendong Clara layaknya seorang pengantin wanita. Ia membawa istrinya masuk ke dalam kamar itu sembari sesekali mencuri ciuman ke bibir Clara. Tawa Clara terdengar renyah dan menghangatkan hati Ansel.Sesampainya di kamar, Ansel segera menurunkan Clara dan gadis itu berseru senang sembari memeluk Ansel erat."Kita akhirnya menjadi suami isteri, Sayang!" Seru Clara bahagia.Ansel mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibir Clara. Matanya lalu menatap Clara dengan penuh cinta seolah cinta itu bisa menenggelamkan Clara saat itu juga. Tangan Ansel menarik turun resleting gaun yang dipakai Clara dan pakaian putih itu dengan cepat meluncur ke kedua kaki Clara. "Tidak sabar lagi, hmm?" Goda Cla

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 119

    Semuanya bak mimpi yang begitu indah. Taman yang cantik ini, suasana yang begitu romantis, dan Ansel yang berlutut dengan cincin di hadapannya. Clara begitu terkejut hingga ia tak bisa mengatakan apapun. Satu-satunya reaksi yang bisa ia keluarkan hanyalah menangis. Tangisan haru yang meleleh dari kedua matanya."Clara Deolindra, will you marry me?"Ansel mengatakan itu dengan senyuman yang begitu lebar. Seolah kebahagiaan begitu besar ada di depan matanya sekarang."Aku sangat mencintaimu, Sayang. Aku bahkan tidak bisa membayangkan masa depan dimana tidak ada kamu di dalamnya. Dan kejadian kemarin membuat aku sadar betapa aku tidak ingin kehilangan dirimu." Ujar Ansel lembut.Ia mendongakkan wajahnya dan menatap ke arah Clara yang menangis terharu. "Jadi, maukah kamu bersamaku selamanya sebagai isteriku, Sayang?"Tak ada keraguan sama sekali di hati Clara. Sejak lama ia mendambakan hari dimana Ansel akan melamarnya. Berandai-andai dengan mimpi yang sepertinya tak akan pernah tergapai

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 118

    Kondisi Clara sudah jauh membaik sejak kesadarannya pulih. Alat bantu yang mempertahankan hidupnya sudah dilepaskan satu persatu dan bahkan Clara sudah diperbolehkan untuk keluar dari ruangannya untuk berjalan-jalan sejenak.Dan kebahagiaan teramat besar dirasakan Ansel, Elliott, serta Adeline. Bagaikan diberi keajaiban yang luar biasa, ketiganya tak henti tersenyum setiap kali melihat perkembangan pada kondisi Clara.Hari ini, tepat tiga minggu Clara berada di rumah sakit. Hari ini juga merupakan hari dimana dokter sudah memperbolehkan Clara untuk pulang. Pukul sebelas siang, Ansel dan Clara siap pergi meninggalkan rumah sakit itu. Ansel mendorong Clara yang berada di atas kursi roda untuk menyusuri koridor rumah sakit."Kita akan pulang hari ini, Sayang. Kamu senang?" Tanya Ansel bersemangat.Clara mengangguk mantap. Sejujurnya ia sudah sangat muak berada di rumah sakit. Tidak bisa melakukan apapun dan yang ia lakukan hanyalah terbaring di ranjang seharian. Clara merindukan rutinita

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 117

    Kedua pria itu begitu larut dalam pikirannya masing-masing. Hingga akhirnya Ansel memutuskan untuk memecahkan keheningan dengan menegur sang ayah."Ada apa, Dad?"Elliott berdeham. Ia memutar tubuhnya untuk menghadap ke arah puteranya itu. Tatapannya serius dan Ansel seolah mengerti apa yang ingin dikatakan ayahnya saat itu."Tentang Mom?" Tanya Ansel pelan.Elliott mengangguk. Ansel mengusap wajahnya dengan kasar."Ada apa lagi? Apa yang Mom keluhkan kepadamu kali ini?""Aku memintamu untuk memaafkan Mom, Ansel. Apakah kamu bisa melakukannya?" Elliott bertanya dengan begitu hati-hati. Ia tahu permintaannya itu sangat sulit dikabulkan Ansel sekarang. Setidaknya hingga Clara sadar.Ansel tertawa pahit. Ia lalu mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Clara yang masih terbaring dalam koma di atas ranjangnya."Setelah semua hinaan yang diberikannya pada Clara, Dad? Kurasa tidak, Dad." Ucap Ansel lirih.Elliott menghela nafas berat. Ia memegang pundak Ansel dan meremasnya pelan. Puteranya

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 116

    Tiga hari berselang, kondisi Clara dinyatakan jauh lebih baik. Walaupun belum sadar dari pingsannya, Clara sudah bisa dipindahkan ke kamar perawatan umum. Dan Ansel bisa merawat kekasihnya dan berada di sisinya setiap saat."Iya, Clara akan baik-baik saja, Bu. Maafkan aku karena semua ini terjadi saat Clara bersamaku. Tapi aku berjanji aku akan merawat Clara dengan baik." Ansel mengakhiri pembicaraannya di telepon. Ia menatap layar ponselnya dengan kosong. Helaan nafasnya terdengar berat namun Ansel memaksakan senyum tersungging di bibirnya.Ia kembali masuk ke kamar tempat Clara dirawat dan duduk di sisi ranjang."Ibumu menelepon, Sayang. Dia sangat mengkhawatirkanmu. Tapi aku sudah mengatakan kepadanya bahwa kamu akan baik-baik saja. Iya kan?"Hening. Gadis yang ditanya pun tidak menjawab apa-apa. Clara masih tertidur bak puteri di dalam dongeng. Wajah cantiknya tampak pucat dan Ansel tersenyum getir melihatnya.Ansel meraih tangan kekasihnya itu, meremasnya lembut, dan menciumnya

  • Terjerat Cinta Fotografer Pribadiku   Bab 115

    Kabar itu datang bagaikan petir di siang bolong. Menyadarkan Ansel dari segala lamunannya dan menghentakkannya kembali ke bumi. Begitu hancur hingga rasanya ia tak sanggup untuk menatap lurus ke depan.Dua kata. Hanya dua kata yang dikatakan ibunya di telepon. Tapi dua kata itu sukses menjungkirbalikkaan kehidupan Ansel. Membuatnya berlari dengan nafas memburu seperti orang gila.Clara kecelakaan. Kekasihnya mengalami kecelakaan. Dan bagaimana keadaan Clara sekarang? Apakah ia baik-baik saja? Astaga, Ansel bahkan belum sempat berbicara dengannya tentang kesalahpahaman kemarin. Dan semuanya sudah menjadi kacau seperti ini dalam satu kedipan mata.Dengan terburu-buru, Ansel memacu mobilnya ke rumah sakit tempat Clara dilarikan. Ia tak peduli bagaimana kacaunya ia terlihat saat itu. Persetan dengan dasinya yang masih belum terikat dan sepatunya yang ia pakai secara asal-asalan. Yang terpenting bagi Ansel sekarang hanyalah melihat Clara. Tidak ada yang lain.Dua puluh menit memacu mobilny

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status