“Apa yang kau katakan sayang? aku hanya ingin menikah denganmu,” ucap Wilson menatap lembut manik hitam Kasih.
“Tapi Tuan, aku masih kecil. Biar Kak Karin saja yang menggantikan pernikahan kita,” ucap Kasih menunduk, ia tidak berani menatap wajah Tuan Wilson.
“Aku tidak peduli, aku hanya menginginkan mu! ayo kita pulang!” Wilson menarik lengan Kasih namun gadis itu menepisnya.
“Tuan, biarkan aku di sini menjaga Bunda. Lihatlah Bunda sedang terbaring lemah.”
“Bunda tidak apa-apa sayang, kamu tidak usah memikirkan Bunda.”
“Tapi Bun...”
“Nak, di sini kan ada kedua Kakakmu. Mereka yang akan menjaga Bunda.”
“Benar Kasih, kamu tidak perlu khawatir,” ucap Kania menimpali, sedangkan Karin gadis itu sedari tadi menatap fokus Tuan Wilson tanpa berkedip.
“Baiklah, aku akan pulang,” ucap Kasih.
“Bunda, jaga diri baik-bai
Pernikahan adalah sebuah ikatan suci dua insan manusia yang saling mencintai. Pernikahan bukan untuk saling menyempurnakan atau menuntut kesempurnaan. Sejatinya pernikahan adalah menjaga komitmen yang sudah disepakati, bertahan dalam suka maupun duka, untuk mewujudkan harapan dan impian keluarga, dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing.Akhirnya setelah melewati persiapan yang sangat singkat. Kasih dan Wilson kini resmi menyandang status sebagai suami istri. Mereka telah mengucapkan janji suci di hadapan keluarga serta para anak buah Tuan Wilson yang hadir. Pernikahan yang di adakan sangat tertutup itu menjadi perbincangan salah satu mata-mata yang hadir dalam pernikahan tersebut.Mereka bahkan memotret momen itu diam-dian dan mengirimkan nya pada klan Kenzi Anggara.“Selamat kau telah menyandang status sebagai Nyonya Alexander,” ucap Erland dengan mengulurkan tangannya.“Terima kasih, Tuan Erland,” ucap Kasih membuat Er
Malam menunjukkan pukul 21.00 WibPara tamu penting yang mengucapkan selamat sudah mulai pergi satu-persatu.Kasih menuju kamar sang suami untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, sedangkan Tuan Wilson masih mengobrol dengan Sam dan Erland di ruang tamu.DretttPintu terbuka, Kasih terbelalak menatap kamar Tuan Wilson yang kini telah di ubah menjadi kamar pengantin yang sangat indah. Banyak nya bunga di atas kasur serta deretan lilin yang terpajang rapi membuat suasana menjadi lebih aesthetic. Kasih menatap kagum, padahal saat pagi tadi kamarnya masih utuh seperti semula.Dia tidak tahu saja Tuan Wilson memberikan kejutan, Tuan Wilson menyuruh Mbok Sanih dan Shinta meracik kamarnya menjadi seromantis mungkin.Kasih langsung bergegas masuk ke kamar mandi. Tak lupa dia membuka gaun yang di kenakannya. Beruntung Kasih bisa membuka sendiri, padahal impian nya ingin di bukakan oleh suami seperti novel-novel yang ia baca sehabis menikah pas
BrakkWilson melempar Kasih ke atas ranjang dengan senyum yang menyeringai. Matanya tertuju pada buah tomat yang terlihat sangat jelas menyembul keluar. Wilson merangkak di atas tubuh Kasih membuat gadis itu menarik nafas karena tubuh suaminya yang begitu berat.Tanpa banyak basa-basi, Wilson langsung melahap buah tomat itu penuh nafsu. Kasih menjenggut rambut Wilson sambil memejamkan mata. Dadanya membusung membiarkan laki-laki di hadapan nya berbuat lebih.“Tuan aku...” gumam Kasih menggigit bibir bawahnya.Kini ciuman Wilson naik sampai ke telinga.Kasih menggeliat karena geli. Wilson juga mengecup kening, hidung lalu turun ke bibir.Keduanya kini saling berpandangan. Kasih meraba dada bidang Wilson yang di penuhi dengan bulu halus.Tidak butuh waktu lama, Wilson membuka lingerie Kasih dan melempar nya ke bawah lantai. Kasih menutupi dadanya dengan menyilangkan kedua tangan. Kini tubuhnya sudah polos, hanya cd nya saja yang
Sore menjelang, Tuan Wilson berangkat menuju markas setelah mendapat kabar bisnis yang di jalaninnya berjalan dengan lancar. Kasih sempat merajuk karena di tinggalin. Bagaimana pun juga mereka adalah pengantin baru. Sebagai seorang istri, ingin rasanya di sayang dan di perhatikan dengan tulus bukan cuma bernafsu di dalam kamar saja. BahkanTuan Wilson tidak pernah mengatakan bahwa ia mencintainya, hal itu membuat Kasih bingung dengan perasaan suaminya seperti apa.“Kasih,” tepukan lembut mendarat di bahunya memecah keheningan Kasih.“Kak Kania.”“Kenapa kau melamun?”“Tidak Kak, aku hanya memikirkan Bunda.”“Memikirkan Bunda apa Tuan Wilson hayoo,” goda Kania membuat wajah Kasih bersemu merah.“Apaan sih, Kak,” ucapnya seraya nyengir kuda.“Kenapa kau bersedih, apa Tuan Wilson bersikap kasar denganmu?”“Tidak Kak, hanya saja Tuan Wils
“Tuan, sudah pulang?” ucap Kasih dengan suara serak khas bangun tidur.“Sudah, kapan kau selesai datang bulan?“Bukannya menjawab Kasih malah memalingkan wajah dari Wilson. Tentu membuat laki-laki itu mengernyit bingung.“Tidak sopan! kalau orang bertanya itu jawab.”“Kenapa harus bertanya seperti itu memang nya tidak ada pertanyaan lain?” ucap Kasih dengan ketus.“Hei, kau sudah berani ya membantah omonganku, hem,” ucap Wilson sembari ikut berbaring memeluk Kasih dari samping.“Tuan sana, Tuan kan belum pakai baju.” Kasih mendorong tubuh Wilson agar menjauh, namun Wilson malah semakin mepet dan menggesekkan senjatanya pada punggung Kasih.“Ternyata benar wanita yang sedang datang bulan hawanya emosi saja,” ucap Wilson membuat Kasih menoleh. Kini mereka saling berhadapan. Kasih menatap manik cokelat itu yang terlihat lelah.“Tuan?”
Sesampainya di rumah sakit, Kasih langsung lari tergesa-gesa tidak peduli banyak pasang mata yang memperhatikan nya dengan heran. Ia langsung bertanya pada receptionist dimana keberadaan sang Ayah.Kasih begitu panik dan hampir menangis.“Suster, kamar nomor berapa Ayah di rawat?” Kasih bertanya dengan nafas yang terengah-engah.“Kasih,” ucap Suster yang mengenali siapa wanita di hadapannya. Ia adalah anak dari Pak Baron, kepala rumah sakit di sini.“Pak Baron tidak sedang di rawat. Beliau lagi bertugas di ruangan,” ucap Suster menatap manik Kasih yang terlihat sembab.DegKasih terdiam beberapa saat, mana mungkin sang Kakak berbohong padanya.“Suster yakin Ayah tidak kenapa-kenapa, tapi kata Kak Karin...”“Kasih.” suara bariton dari arah belakang membuat Kasih menoleh.“Ayah.” Kasih langsung menghambur memeluk Baron dengan erat.“Ayah tid
Pukul lima sore, Wilson dan Kasih keluar dari ruangan. Wilson membenarkan jasnyadengan gagah lalu memakai kacamata hitamnya kembali. Ia menggandeng Kasih menuju parkiran.“Serasa di gandeng Om-Om,” gumam Kasih melirik tangan Wilson.“Ngomong apa kau?” Wilson menyentil bibir Kasih membuat gadis itu manyun-manyun.“Tidak sayang, eh...” Kasih langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.“Nakal,” ucap Wilson. “Aku tinggalin kau di sini!”“Tidak mau! kalau aku di godain para cowok di sini bagaimana?” ucap Kasih membuat Wilson terkekeh.“Tidak ada yang mau dengan mu, apaan dua gunungnya saja masih kecil.”“Tapi aku cantik,” ucap Kasih menjulurkan lidahnya.“Tidak!”“Cantik!”“Kata siapa?”“Kata aku,” ucap Kasih terkekeh.Keduanya saling beradu mulut, tanpa
“Tidaakkkkk.....!!” teriak Alin dan Karin tatkala Wilson ingin mengarahkan pentungan besi ke wajahnya.Wilson mengambil langkah manakut-nakuti mereka. Ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu melempar pentungan besi ke sembarang arah hingga kedua wanita itu terlonjak kaget dan langsung pipis di celana.Wilson mendekat mencengkram dagu Alin sangat kencang.“Dengar aku!” ucap Wilson dengan sorot mata yang memerah. “Ini terakhir kali aku memberimu kesempatan, jika sampai kau berbuat salah lagi aku tidak akan segan-segan membunuhmu!” ucap Wilson menekan kata “membunuh” membuat Alin bergidik ngeri.“I-iya Wil aku janji,” sahutnya gemeteran.“Sam,” panggil Wilson.“Iya, Tuan?”“Siapkan paspor untuk keberangkatan wanita ini ke luar negri!” titah Wilson.“Tidak Wil aku tidak ingin meninggalkan Ibu kota.” Alin memohon bersujud di kaki