Aksa melangkahkan kaki lebih cepat saat melihat orang - orang yang sedikit berkerumun di tempat terakhir ia bersama Kinan. Hatinya sedikit was - was dan berharap bukan kekasihnya yang menjadi sumber kerumunan. Namun, harapannya sirna kala tubuh tingginya menangkap keberadaan Kinan di tengah - tengah sana. Langkahnya pun kian lebar kala mendengar makian kasar seorang wanita. Aksa segera menerobos kerumunan itu dan langsung berdiri di samping Kinan. "Ada apa ini?" Tanya Aksa dengan suara tegas sambil menatap tajam ke arah pria dan wanita di hadapannya. Sementara Kinan langsung menoleh ke arah Pria yang berdiri di sampingnya. "Mas..." Lirih Kinan hampir tak terdengar. Gadis cantik itu langsung memeluk pinggang Aksa saat Aksa merengkuh tubuhnya ke dalam pelukan. "Iya, Mas disini, Sayang. Maaf ya, Mas agak lama." Ujar Aksa sambil mengusap - usap kepala belakang Kinan. "Ada apa, Dek? Kok ada dia di sini?" Tanya Aksa. "Gak tau, Mas. Dia tiba - tiba nyamperin aku." Jawab Kinan sambi
"Kinan..." Suara seseorang memanggilnya. Kinan pun secara refleks langsung menoleh saat mendengar namanya di panggil. Namun, ia terkejut saat melihat siapa yang sudah memanggilnya. "Faris..." Lirih Kinan hampir tanpa suara saat mendapati pria berbadan tegap itu sudah berdiri di dekatnya. "Kinan tunggu!" Faris menahan keranjang belanja Kinan saat gadis itu hendak pergi untuk menghindar. "Jangan mendekat, Faris!" Tegas Kinan dengan raut wajah sedikit panik. Tentu saja ia masih trauma dengan kejadian beberapa waktu lalu di Kantor Dinas Kesehatan. "Aku rindu kamu, Kinan. Allah menjawab doa ku, kita ketemu lagi di sini." Ujar Faris dengan wajah bahagia. "Sadar diri, Ris! Kamu sudah menikah dan aku gak ada urusan lagi sama kamu." Ujar Kinan dengan tegas. Kinan terus berusaha mengatasi rasa takutnya sembari berharap agar Aksa cepat kembali. "Awas, Ris. Aku mau pulang." Kata Kinan sambil berusaha menarik keranjang belanjanya yang di tahan Faris. "Kinan, ayo kita mengobrol dulu. Aku be
"Waah... Wahh... Mas, ini beneran bagus banget." Kata Kinan dengan takjub saat melihat taman bunga di hadapannya. Ratusan macam jenis bunga yang berwarna warni, tumbuh dengan indah di taman itu. Tak hanya itu, bunga - bunga itu di susun membentuk beraneka ragam bentuk seperti love, bintang, dan lainnya. Di sana juga ada sebuah terowongan yang di tutupi oleh bunga air mata pengantin. Pemandangan yang sangat indah itu, tentu tak mungkin di lewatkan begitu saja. Mereka berdua nampak mengambil beberapa foto berdua di taman bunga itu. "Mas nemu tempat kayak gini dari mana? Tapi kok sepi sih, Mas?" Tanya Kinan. "Sepi lah, Dek. Ini kan belum di buka untuk umum. Kebetulan Mas kenal dengan pengelola taman ini dan pernah lihat postingan dia." Jawab Aksa. "Jadi bakal di buka untuk umum?" Tanya Kinan. "Njih, Sayang. Makanya Mas buru - buru ajak kamu ke sini, sebelum rame pengunjung nantinya. Walaupun harus via orang dalam." Kekeh Aksa. "Whooaa, makasih ya, Mas. Effort banget sih, P
"Mau kemana, Mas?" Tanya Kinan pada pria di sebelahnya yang sedang mengemudikan mobil. "Kencan, Sayang. Kita kan gak pernah kencan." Jawab Aksa. "Ya maksudnya kemana gitu perginya?" Tanya Kinan. "Ke lokasi yang bagus. Kamu pasti suka nanti." Jawab Aksa. "Mas ini aku gak kebanting kan kalo jalan sama Mas?" Tanya Kinan yang sedikit insecure. "Enggak lah, Dek. Kebanting gimana? Kamu cantik gini, tanpa make up juga memang dasarnya cantik." Jawab Aksa. Memang benar apa yang di katakan Aksa kalau Kinan itu cantik walaupun tanpa make up atau riasan apapun di wajahnya. Wajahnya memang tak membosankan saat di pandang. "Ini jauh tempatnya, Mas?" Tanya Kinan yang nampak tak sabar. "Lima belas menit lagi, Dek." Jawab Aksa. "Mas..." "Dalem, Sayang." "Aku mau nanya sesuatu, boleh?" Tanya Kinan. "Boleh lah, Dek. Mau tanya apa memangnya?" Kata Aksa. "Bangunan yang lagi di bangun di sebelah Bengkel itu, punya Mas?" Tanya Kinan penasaran. "Njih, Sayang. In Syaa Allah itu nan
Kinanti mengamati hiruk pikuk kesibukan di Bengkel dan Toko. Hari week end, membuat Bengkel dan Toko menjadi lebih ramai. Seperti biasa, Aksa akan ikut turun tangan membantu di Toko jika sedang ramai pembeli seperti ini. Kinan sendiri hanya duduk sambil memantau kondisi Toko. Sesekali ia ikut membantu mengambil beberapa peralatan yang ada di dekatnya. "๐๐ช๐ฉ, ๐ฏ๐จ๐จ๐ฐ๐ธ๐ฐ ๐ค๐ข๐ญ๐ฐ๐ฏ ๐ฃ๐ฐ๐ซ๐ฐ ๐ฌ๐ช, ๐๐ข๐ด. (Wih, bawa calom istri nih, Mas.)" Ujar salah satu pelanggan yanh biasa berbelanja di tokonya. "In Syaa Allah, Pak. ๐๐ข๐ณ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ช ๐ฅ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฐ๐ฏ๐ฆ ๐ฎ๐ข๐ธ๐ฐ๐ฏ. (Berikan doanya saja.)" Jawab Aksa sambil terkekeh. "๐๐ซ๐ฆ๐ฏ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฏ๐จ ๐๐ฃ๐ข๐ฌ, ๐ฐ๐ญ๐ฆ๐ฉ ๐๐ข๐ด ๐๐ฌ๐ด๐ข. ๐๐ข๐ฉ ๐ฆ ๐ณ๐ข๐ซ๐ช๐ฏ ๐ฑ๐ฐ๐ญ, ๐ข๐ด๐ญ๐ช. ๐๐ข๐ฌ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฏ๐ฅ๐ถ๐ธ๐ฆ ๐ข๐ฏ๐ข๐ฌ ๐ธ๐ฆ๐ฅ๐ฐ๐ฌ ๐ฏ๐จ๐ฐ๐ฏ๐ฐ, ๐ธ๐ฆ๐ด ๐ต๐ข๐ฌ ๐ฑ๐ฆ๐ฌ ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ต๐ถ ๐๐ข๐ด ๐๐ฌ๐ด๐ข ๐ช๐ฌ๐ช. (Kamu beruntung Mbak, dapet Mas Aksa. Anaknya rajin banget, beneran. Kalau aku punya anak perempuan gitu, sudah aku jadikan menantu Mas Aksa ini.)"
Aksa keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Ia mengeringkan rambutnya yang sedikit basah dengan menggunakan handuk hingga rambutnya nampak berantakan. Kinan memandangi Aksa yang nampak sepuluh kali lipat lebih tampan saat rambutnya basah dan berantakan seperti itu, menurut Kinan. "Kamu kenapa lihatin Mas kayak gitu? Bikin baper aja." Kekeh Aksa. "Terpesona sama pacar sendiri." Jawab Kinan yang juga ikut terkekeh. "Ada - ada aja kamu ini, Dek." Sahut Aksa yang mendadak salah tingkah. "Mas kenapa pake beliin baju aku segala? Mana lengkap lagi, kayak ngasih seserahan." Cicit Kinan. "Emang kamu udah siap di lamar, Dek. Ngomongin seserahan segala." Kekeh Aksa. "Ya belum sih, Mas. Sabar ya, nunggu Kak Raka Nikah dulu." Jawab Kinan yang ikut terkekeh. "Tenang aja, Mas sabar kok nungguin kamu." Jawab Aksa sambil tersenyum. "Sengaja, Mas minta tolong Ayu belikan baju di pasar untuk kamu ganti, Dek. Emang nyaman gak ganti baju gitu?" Ujar Aksa. "Nyaman, asal sama Ma