Share

Salah Paham

last update Last Updated: 2021-12-02 23:16:24

Sebenarnya kedatangan saya kesini."

"Karina."

Belum sempat Karina menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke rumah Dehan, terdengar suara bariton yang memanggil nama Karina, lalu menghentikan perkataannya, mata Karina dan Bu Eno, refleks menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Nah itu Dehan, udah bangun," seru Bu Eno.

"Han, sini, ada yang nyariin," teriak Bu Eno, kepada putranya yang baru bangun tidur.

Dehan segera turun dan menghampiri Karina, dia takut Karina mengatakan, yang seharusnya tidak dia katakan.

"Kamu udah lama di sini?" tanya Dehan kepada Karina, sorot matanya penuh selidik.

"Baru aja dateng," jawab Karina.

"Kalian ngobrol aja dulu ya, Mamih mau ngambil minuman dulu ke dalam," ucap Bu Eno.

Setelah Bu Eno berlalu, Dehan langsung menarik tangan Karina dengan kasar, agar sedikit menjauh dari rumahnya.

"Pelan-pelan Han, sakit." Karina merintih kesakitan, karena perlakuan kasar Dehan.

"Ngapain sih kamu ke sini, tahu dari mana kamu alamat rumah aku?" Dehan memberondong beberapa pertanyaan kepada Karina.

"Aku udah nggak bisa sabar lagi Han, aku nggak kuat mendem semua ini sendirian, aku butuh kepastian, aku cuma mau minta pertanggung jawaban dari kamu, mungkin jika orang tua kamu tau, mereka bisa ngasih solusi buat semua masalah ini," tutur Karina.

"Aduh gila kamu, sama aja kamu mau bunuh aku, kalau kamu ngadu ke orang tuaku, bisa-bisa aku diusir dari rumah, bukannya nyari solusi, yang ada kamu malah bikin masalah baru," sungut Dehan.

"Terus aku harus gimana lagi, nggak mungkin aku pulang kerumah orang tuaku, Mereka nggak bakalan mau nerima aku dalam keadaan kayak gini," ungkap Karina, bulir bening mulai membasahi pipinya.

"Pelan-pelan ngomongnya, nanti Mamih denger, sekarang mending kamu pulang dulu, sebelum Mamih aku datang, bisa panjang nanti urusannya."

"Tapi, Han."

"Udah sana pulang, jangan bikin masalah di sini," potong dehan.

Mau tidak mau Karina menuruti perintah Dehan, dengan langkah gontai, Karina mulai berjalan meninggalkan pelataran rumah Dehan.

"Karin mau kemana? Ini diminum dulu, masa mau langsung pulang aja, baru juga datang," panggil Bu Eno.

Karina yang sudah mulai menjauh, langsung berbalik badan, dan kembali menghampiri Bu Eno yang sedang membawa nampan berisi air jeruk dan makanan ringan.

"Iya Bu, maaf gak bisa lama-lama, soalnya masih ada urusan," tutur Karina.

"Yah, padahal Ibu pengen ngobrol, mau nanya nanya nih, soal si Dehan, kalau di kampus kayak gimana, nakal nggak dia."

"Lain kali aja ya Bu, soalnya saya lagi buru-buru," ucap Karina, sambil tersenyum getir.

"Baiklah, hati-hati di jalan, kalau ada waktu main lagi ya ke sini," ucap Bu Eno.

Pikiran Karina kacau balau, dia tidak bisa berpikir jernih, yang ada dipikirannya saat ini adalah bagaimana cara mengatasi kehamilannya agar tidak diketahui oleh orang banyak, saat hendak menyebrang jalan, Karina hampir saja tertabrak oleh Motor yang sedang melintas, karena melamun dia tidak memperhatikan jalannya.

"Kalau mau mati jangan di sini Mbak, noh disono di rel kereta api, biar kerasa matinya!" teriak si pengendara motor, sambil menunjuk dan memaki wajah Karina.

"Maaf Pak, saya lagi kurang fokus." balas Karina.

"Cantik-cantik kok kayak orang linglung," cibir si pengendara motor, seraya melajukan kembali motornya yang sempat terhenti oleh Karina.

"Mbak nggak apa-apa?" tanya seorang pria, sambil menyodorkan tangannya, mencoba membantu Karina untuk berdiri

"Nggak papa, saya baik-baik aja kok," jawab Karina.

"Mending duduk dulu aja Mbak, kelihatannya Mbak lagi kurang sehat."

Karina tidak menggubris pertanyaan lelaki itu, dan dia mencoba menghindarinya.

"Tenang Mbak, saya bukan orang jahat, saya cuma mau nolongin aja, takutnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujar sang pria.

"Perkenalkan nama saya, Satria," ucap si pria yang bernama Satria, sambil menyodorkan tangannya.

Dengan ragu-ragu Karina menjabat tangan lelaki itu, dan memperkenalkan dirinya.

"Karina," jawab Karina datar.

"Ini diminum dulu, Mbaknya dari mana emang, kok mukanya kelihatan pucat banget?" tanya Satria.

"Saya habis dari rumah teman."

"Mbaknya tinggal di mana, biar saya antar pulang, kalo mbak pulang sendiri dengan kondisi seperti ini takutnya kenapa-napa di jalan."

"Saya tinggal di Jalan Anggrek, terimakasih atas tawarannya, saya masih sanggup untuk berjalan."

"Kebetulan kita searah, saya juga tinggal di daerah dekat situ, ya udah kalau gitu, ayo biar saya antar pulang, nggak baik loh kalo nolak niat baik seseorang, udah ayo ikut aja, itu mobil saya ada di seberang," ajak Satria, sambil menunjuk mobil yang di maksud.

"Nggak usah makasih," tolak Karina.

"Nggak perlu takut, saya nggak bakalan macam-macam," timpal Satria.

Cukup lama Karina berpikir, dia memandang lelaki di hadapannya, lalu dia mengiyakan ajakan Satria untuk mengantarnya pulang.

Selama di perjalanan Karina diam saja, Satria mencoba mencairkan suasana, dan mengajak Karina berbicara.

"Tinggal sama siapa, Mbak?" tanya Satria.

"Sendiri."

"Nggak ngekos sama temennya emang, biaya kos di sana kan lumayan mahal?"

"Memangnya kenapa, kamu pikir saya nggak mampu bayar kalau ngekost sendiri!" sungut Karina, sedikit meninggikan suaranya.

"Maksud saya bukan gitu Mbak, cuman kan enak aja gitu kalau ngekos ada temennya, kalo lagi sakit bisa ada yang bantu ngurusin," jelas Satria.

"Saya lebih nyaman sendiri, privasi saya lebih terjaga, dan satu lagi jangan panggil saya Mbak, umur saya masih muda."

"Terus saya manggilnya apa dong kalau nanti ketemu di jalan."

"Kan tadi udah kenalan, nama saya Karina, masa kamu langsung lupa."

"Hehehe.. Lupa aku Karina," sahut Satria.

Satria kembali fokus mengemudikan mobilnya, sementara Karina kembali terdiam, dan sibuk dengan lamunannya.

"Kosannya sebelah mana?" tanya Satria.

"Eh iya, kenapa?"

"Tuhkan ngelamun lagi, kita udah di Jalan Anggrek, kosan kamu sebelah mana?"

"Masuk lagi ke dalam, Nanti juga ada pagar besi warna hitam, cat rumahnya warna hijau muda," jelas Karina.

Tak sampai lima menit Karina berbicara, mobil Satria sudah terparkir di depan rumah yang disebutkan Karina, pagar besi warna hitam dan cat rumah berwarna hijau muda.

"Mau mampir dulu nggak?" tanya Karina.

"Nggak usah lain kali aja, kosannya kelihatannya lagi sepi, takutnya nanti jadi fitnah."

Karina terdiam mendengar jawaban dari Satria, sangat berbeda dengan Dehan, yang kadang dengan sengaja langsung nyelonong masuk.

"Aku pamit ya, jaga kesehatan, jangan bengong terus nanti cantiknya ilang," goda Satria sambil menghidupkan mesin mobilnya.

"Makasih ya, udah mau nganterin aku pulang."

"Iya sama-sama."

Mobil Satria semakin menjauh, Karina berjalan masuk ke dalam kosan, dan betapa terkejutnya dia saat membuka pintu, ternyata sudah ada seseorang yang sedang menunggunya di dalam kamar.

*Siapakah dia?

Ikuti terus kisahnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Rahasia yang terungkap

    "Sudah diam, jangan bertengkar lagi!" bentak Karina.Satria dan Dehan yang semula adu mulut kini mendadak diam, tidak ada yang berani berbicara.Tubuh gadis kecil itu terbujur di liang lahat."Siapa yang akan mengadzani almarhum?" tanya seorang Ustad."Saya Ustadz," jawab Dehan."Bohong, saya Ustadz, dia anak saya, jadi saya yang berhak mengadzani almarhum," sanggah Satria."Status kamu hanya Ayah sambung, akulah yang berhak karena aku adalah Ayah biologisnya," balas Dehan."Biar saya saja Ustadz."Semua mata tertuju ke arah sumber suara tersebut, Pak Agung turun ke liang lahat dan mengadzani Cucunya untuk terakhir kalinya.Bu Ayu dan Karina berpelukan saling menguatkan, tubuh mungil Cahya telah hilang di timbun tanah, kini tinggalah sesal yang tersisa."Sudah ayo pulang, biar

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Cahya meninggal

    Semua keluarga tidak ada yang menyangka Cahya akan pergi secepat ini, gadis kecil yang sangat periang, ternyata memendam suatu penyakit yang mematikan, Karina sangat terpukul atas kepergian anak semata wayangnya, dia terus menangis meratapi tubuh Cahya yang sudah terbujur kaku."Ibu-ibu ayo kita angkat jenazahnya ke belakang, pemandiannya sudah siap," ucap Bu Rini, dia orang yang sudah biasa memandikan jenazah orang yang meninggal."Apakah ada anggota keluarga yang mau ikut memandikan jenazah?" tanya Bu Rini."Saya akan ikut memandikan jenazah anak saya," ujar Karina, dia bangkit dari duduknya, dengan badan yang masih lemas, Karina dibantu oleh Bu Ayu berjalan ke arah pemandian.Proses pemandian telah selesai, jenazah Cahya sudah siap untuk di kafani, saat semua orang sedang larut dalam kesedihannya masing-masing, tiba-tiba seorang pria bertubuh kekar berlari menghampiri jenazah Cahya dan meraung-rau

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Cahya Kritis

    "Ada yang ingin saya sampaikan, ini menyangkut penyakit yang di derita oleh anak Bapak dan Ibu," ujar dokter Irfan, dia menggeser kursi dan memperbaiki posisi duduknya.Tatapan mata dokter Irfan terlihat sangat serius, membuat jantung Karina berpacu dengan cepat."Dari hasil pemeriksaan yang kami lakukan, anak Ibu harus menjalani pengobatan rutin.""Emangnya anak saya kenapa, Dok?" tanya Karina."Anak Ibu mengidap penyakit gagal ginjal," ucap dokter Irfan.Degh…Jantung Karina seperti berhenti berdetak, nafasnya mendadak sesak, dunia Karina runtuh, saat mendengar anak semata wayangnya mengidap penyakit kr

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Cahya tenggelam

    "Assalamualaikum," ucap Karina saat memasuki rumah yang terlihat sepi.Saat Karina hendak masuk ke dalam kamar, samar-samar terdengar suara gaduh dari arah belakang, dia seperti mendengar suara Bu Ayu memeriaki nama Cahya.Karina melempar paper bag ke atas kasur, dengan tergesa-gesa Karina berjalan dengan cepat ke belakang rumah, disana terlihat Satria dan Bu Ayu yang sedang menangis histeris.Karina tidak mengerti mengapa mereka menangis, dia melepas sandal heels nya kemudian berjalan ke arah Bu Ayu, persendian Karina terasa lemas saat melihat putrinya tengah tergeletak lemah tak berdaya diatas rumput, Bu Ayu terus mengguncang tubuh Cahya, namun gadis kecil itu tetap diam dengan bibir yang sudah pucat.Karina panik sambil ngomel dia mengangkat tubuh Cahya, dan membawanya ke dalam rumah."Cahya kenapa Ma? jawab Mas? Kalian kenapa diam saja? Kenapa putriku bisa sampai seperti ini?

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Ketemu lagi

    "Kamu mau kemana? Tumben pagi-pagi begini sudah rapi, pake make up, emm wangi lagi, jadi curiga aku," tegur Satria, yang baru saja bangun dari tidurnya.Satria mengucek matanya sambil menguap, ciri khas orang yang baru saja bangun tidur, dia bangun dan memeluk Karina dari belakang."Mandi dulu Mas, nanti nular baunya," ledek Karina dia berbalik dan memegang dagu Satria."Aku berangkat dulu ya, sarapan juga udah aku siapin di meja makan," ujar Karina, sambil melepaskan pelukan Satria."Kamu mau kemana?" tanya Satria, dia menahan tangan Karina, dan menariknya kembali ke dalam pelukannya."Mas minta maaf soal kemarin, Mas khilaf, dan Mas janji akan berubah, hari ini Mas akan mulai bekerja di perusahaan Papa, jangan marah lagi ya," bujuk Satria."Aku nggak marah kok Mas, tapi tolong kali ini jangan larang aku, hari ini aku akan melamar pekerjaan."

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Pov.Karina

    Hari ini suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja, makin kesini sikap Satria makin menyebalkan.Iseng-iseng kubuka aplikasi berwarna biru, saat sedang asyik berselancar di dunia maya, mataku tertuju pada salah satu akun yang meminta pertemanan, kupikir itu hanya akun palsu jadi aku melewatinya begitu saja.Saat aku membuka messenger, kulihat banyak pesan spam yang masuk, salah satunya dari akun yang bernama Sep Dehan Lintang Tsuryo, akun yang tadi sempat kulihat di barisan permintaan pertemanan.Karena penasaran aku iseng membalas pesannya, sebenarnya siapa pemilik akun ini, foto profilnya sepertinya aku pernah melihatnya, seorang pria yang sedang berdiri membelakangi kamera dan menghadap ke pantai, dengan baju kemeja bermotif daun yang sedang tren pada masanya.[ Hay cantik, boleh kenalan ] begitulah isi pesannya.[ Iya ] jawabku singkat, tentu karena aku tidak ingin terlihat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status