Beranda / Romansa / Terjerat Cinta Masa Lalu / Selamat Jalan Ibukota

Share

Selamat Jalan Ibukota

Penulis: kheisa aurelia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-03 00:07:19

Dengan langkah gontai, Karina berjalan meninggalkan kostan, tempat yang selama ini menjadi saksi bisu perjalanan cintanya dengan Dehan, suka duka telah dia lalui bersama, niat hati ingin bersanding di pelaminan, namun nyatanya cintanya harus kandas di tengah jalan.

"Karina," panggil Tia.

"Tia," seru Karina.

"Mau kemana kamu?"

"Aku mau pulang kampung."

"Jangan lupa oleh-olehnya ya," ucap Tia, sambil cengengesan.

"Kayaknya kita nggak bakalan ketemu lagi deh," ujar Karina dengan sedih.

"Loh kenapa? Emang kamu nggak mau balik lagi? Nanti kuliah kamu gimana? Kerjaan kamu gimana? Sayang loh kalau di tinggal gitu aja." Tia terus melontarkan berbagai pertanyaan kepada Karina.

"Itu ojol pesananku udah dateng, aku pamit ya, jaga diri baik-baik." Karina lalu memeluk Tia, sebagai tanda perpisahan.

"Hati-hati di jalan, jangan lupain aku ya, sering-sering ngasih kabar."

Tia melambaikan tangannya, dia tidak menyangka bahwa Karina akan meninggalkan semua yang sudah dia capai dengan susah payah, dan merelakannya begitu saja.

Karina turun dari motor, dan memberikan helm kepada driver ojol, setelah itu dia langsung berjalan menuju loket antrian.

"Sidareja satu, Mbak," ucap Karina, sambil menyodorkan dua lembar uang pecahan berwarna biru.

"Ini Mbak tiketnya, dan ini kembaliannya."

"Keretanya berangkat jam berapa, Mbak?" tanya Karina kepada penjaga loket.

"Jam 20:30, Mbak."

"Makasih ya, Mbak."

"Sama-sama."

Setelah membeli tiket, Karina berjalan meninggalkan loket, perutnya terasa keroncongan, karena dari pagi belum ada makanan yang masuk ke dalam perutnya.

"Baru juga magrib, berarti berangkatnya masih lama, dua jam lagi, mana tiba-tiba pengen banget makan batagor, sambil nunggu kereta, mending nyari batagor dulu lah, udah laper juga ini perut," gumam Karina.

Karina mencari kesana kemari berharap ada pedagang yang menjual batagor, cukup lama Karina mencari, namun tetap saja tidak ada yang menjual batagor, Karina memutuskan untuk duduk di pinggiran anak tangga, saat sedang melamun lewatlah tukang batagor, dengan penuh semangat Karina berteriak memanggil si pedagang agar berhenti.

Jam menunjukan pukul 20:25 wib, kereta yang ditumpanginya telah bersiap untuk berangkat meninggalkan stasiun Senen, menuju kota kelahirannya, sepanjang perjalanan Karina sibuk dengan lamunannya, sampai-sampai dia terlewat satu stasiun dari tempat pemberhentiannya.

"Ini udah nyampe mana ya, Mas? Kalau stasiun Sidareja masih berapa stasiun lagi?" Tanya Karina kepada salah satu penumpang yang duduk disampingnya.

"Udah kelewat Mbak, ini mah udah arah ke Gandrung, emang Mbaknya nggak denger tadi ada pemberitahuan?"

"Aduh pake acara kelewat segala," keluh Karina merutuki dirinya yang teledor.

"Mbak baru pertama kali bukan ke Sidareja?"

"Iya soalnya udah beberapa tahun nggak pulang, jadi lupa lagi, padahal saya asli orang Sidareja, saya lagi kurang merhatiin aja makanya sampai kelewat," jelas Karina.

"Baru pulang dari kota ya, Mbak?"

"Iya."

"Kerja apa habis liburan?"

"Kerja sambil kuliah," jelas Karina.

"Wah.. hebat banget Mbaknya, bisa kerja sambil kuliah, jarang banget loh ada yang mau kuliah sambil bekerja, biasanya cuman ngandelin duit dari orang tua doang."

Karina menanggapinya dengan senyuman, dia mulai jenuh dengan obrolannya, tak berselang lama kereta berhenti di stasiun Gandrung dan Karina pun ikut turun.

"Masih subuh, udah ada belum ya angkutan yang ke Sidareja?"

"Mbak, mau nyari angkutan ya?" tanya pria yang ternyata tadi sebangku dengan Karina.

"Eh si Mas lagi, iya saya lagi nyari angkutan, Masnya turun di sini juga?" tanya Karina.

"Enggak, saya seharusnya turun di Kawunganten, cuman saya agak kepikiran sama si Mbaknya, takut kenapa-napa, soalnya ini masih pagi banget, pasti belum banyak angkutan yang beroperasi," jelas si pria.

"Makasih ya Mas, atas perhatiannya, panggil saya Karina, keliatannya kita seumuran," tutur Karina, sambil menyodorkan tangannya, memperkenalkan diri.

"Oh Karina, sebenarnya dari tadi juga pengen tahu namanya sih cuman malu mau nanyanya," ucap si pria, sambil nyengir kuda.

"Kalau boleh tahu Mas namanya siapa?"

"Nama saya Anam, kita ke depan yuk, kali aja udah ada ojek atau angkot yang udah mangkal," ajak Anam kepada Karina.

Mereka berjalan keluar dari stasiun, terlihat beberapa bapak-bapak yang sedang ngobrol di warung kopi, Anam lalu menghampiri mereka untuk bertanya.

"Lik maaf, mau numpang nanya, disini angkutan adanya jam berapa ya?" Tanya Anam, kepada salah satu bapak yang sedang merokok.

"Bentar lagi juga ada ojek, habis subuh baru pada datang, emangnya Adek mau kemana?"

"Saya lagi nyariin tumpangan buat teman saya ke Sidareja, kalau saya mah pulangnya ke Kawunganten," tutur Anam, sambil menunjuk ke arah Karina.

"Oh begitu, tunggu aja nanti juga ada ojek kalau Sidareja kan lumayan dari sini, nggak jauh-jauh amat, udah duduk dulu aja di situ, kalau ke Kawunganten nanti ada angkot yang jurusan ke sana."

"Makasih ya Lik, kalau begitu saya numpang duduk ya di sini."

"Iya monggo."

"Gimana?" tanya Karina.

"Ada, tunggu aja bentar lagi juga ada tukang ojek, kamu mau minum dulu nggak?"

"Nggak usah, makasih."

"Nah itu ojeknya udah ada," tunjuk Anam.

"Eh iya, kebetulan banget."

"Ayo kita tanya dulu si Mas ojeknya, mau nggak dia nganterin ke Sidareja."

"Iya." Karina mengekor di belakang Anam.

"Mas, ojek ya?" tanya Anam.

"Iya Mas, mau ngojek Mas, ayo biar saya anter, sampai depan pintu rumah," ucap Parjo, tukang ojek yang menawarkan jasanya kepada Anam.

"Bukan saya Mas tapi ini teman saya yang mau ngojek."

"Oh si Mbak Ayu yang mau ngojek, mau ke mana emang, Nduk?" tanya Parjo.

"Bapak bisa anterin saya ke Sidareja nggak?"

"Sidarejanya dimana?" Tanya Parjo, karena takut sewanya kejauhan.

"Pondok Wungu, Pak," jawab Karina.

"Oh Pondok Wungu, saya juga ada sodara di sana, yaudah ayo Nduk biar Bapak anter," ucap Parjo dengan ramah.

"Anam aku duluan ya, makasih udah mau nganterin," ucap Karina, sambil berpamitan dengan Anam.

"Hati-hati di jalan, titip ya Lik, anterin nyampe depan rumahnya dengan selamat," tutur Anam, seraya melambaikan tangannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Rahasia yang terungkap

    "Sudah diam, jangan bertengkar lagi!" bentak Karina.Satria dan Dehan yang semula adu mulut kini mendadak diam, tidak ada yang berani berbicara.Tubuh gadis kecil itu terbujur di liang lahat."Siapa yang akan mengadzani almarhum?" tanya seorang Ustad."Saya Ustadz," jawab Dehan."Bohong, saya Ustadz, dia anak saya, jadi saya yang berhak mengadzani almarhum," sanggah Satria."Status kamu hanya Ayah sambung, akulah yang berhak karena aku adalah Ayah biologisnya," balas Dehan."Biar saya saja Ustadz."Semua mata tertuju ke arah sumber suara tersebut, Pak Agung turun ke liang lahat dan mengadzani Cucunya untuk terakhir kalinya.Bu Ayu dan Karina berpelukan saling menguatkan, tubuh mungil Cahya telah hilang di timbun tanah, kini tinggalah sesal yang tersisa."Sudah ayo pulang, biar

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Cahya meninggal

    Semua keluarga tidak ada yang menyangka Cahya akan pergi secepat ini, gadis kecil yang sangat periang, ternyata memendam suatu penyakit yang mematikan, Karina sangat terpukul atas kepergian anak semata wayangnya, dia terus menangis meratapi tubuh Cahya yang sudah terbujur kaku."Ibu-ibu ayo kita angkat jenazahnya ke belakang, pemandiannya sudah siap," ucap Bu Rini, dia orang yang sudah biasa memandikan jenazah orang yang meninggal."Apakah ada anggota keluarga yang mau ikut memandikan jenazah?" tanya Bu Rini."Saya akan ikut memandikan jenazah anak saya," ujar Karina, dia bangkit dari duduknya, dengan badan yang masih lemas, Karina dibantu oleh Bu Ayu berjalan ke arah pemandian.Proses pemandian telah selesai, jenazah Cahya sudah siap untuk di kafani, saat semua orang sedang larut dalam kesedihannya masing-masing, tiba-tiba seorang pria bertubuh kekar berlari menghampiri jenazah Cahya dan meraung-rau

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Cahya Kritis

    "Ada yang ingin saya sampaikan, ini menyangkut penyakit yang di derita oleh anak Bapak dan Ibu," ujar dokter Irfan, dia menggeser kursi dan memperbaiki posisi duduknya.Tatapan mata dokter Irfan terlihat sangat serius, membuat jantung Karina berpacu dengan cepat."Dari hasil pemeriksaan yang kami lakukan, anak Ibu harus menjalani pengobatan rutin.""Emangnya anak saya kenapa, Dok?" tanya Karina."Anak Ibu mengidap penyakit gagal ginjal," ucap dokter Irfan.Degh…Jantung Karina seperti berhenti berdetak, nafasnya mendadak sesak, dunia Karina runtuh, saat mendengar anak semata wayangnya mengidap penyakit kr

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Cahya tenggelam

    "Assalamualaikum," ucap Karina saat memasuki rumah yang terlihat sepi.Saat Karina hendak masuk ke dalam kamar, samar-samar terdengar suara gaduh dari arah belakang, dia seperti mendengar suara Bu Ayu memeriaki nama Cahya.Karina melempar paper bag ke atas kasur, dengan tergesa-gesa Karina berjalan dengan cepat ke belakang rumah, disana terlihat Satria dan Bu Ayu yang sedang menangis histeris.Karina tidak mengerti mengapa mereka menangis, dia melepas sandal heels nya kemudian berjalan ke arah Bu Ayu, persendian Karina terasa lemas saat melihat putrinya tengah tergeletak lemah tak berdaya diatas rumput, Bu Ayu terus mengguncang tubuh Cahya, namun gadis kecil itu tetap diam dengan bibir yang sudah pucat.Karina panik sambil ngomel dia mengangkat tubuh Cahya, dan membawanya ke dalam rumah."Cahya kenapa Ma? jawab Mas? Kalian kenapa diam saja? Kenapa putriku bisa sampai seperti ini?

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Ketemu lagi

    "Kamu mau kemana? Tumben pagi-pagi begini sudah rapi, pake make up, emm wangi lagi, jadi curiga aku," tegur Satria, yang baru saja bangun dari tidurnya.Satria mengucek matanya sambil menguap, ciri khas orang yang baru saja bangun tidur, dia bangun dan memeluk Karina dari belakang."Mandi dulu Mas, nanti nular baunya," ledek Karina dia berbalik dan memegang dagu Satria."Aku berangkat dulu ya, sarapan juga udah aku siapin di meja makan," ujar Karina, sambil melepaskan pelukan Satria."Kamu mau kemana?" tanya Satria, dia menahan tangan Karina, dan menariknya kembali ke dalam pelukannya."Mas minta maaf soal kemarin, Mas khilaf, dan Mas janji akan berubah, hari ini Mas akan mulai bekerja di perusahaan Papa, jangan marah lagi ya," bujuk Satria."Aku nggak marah kok Mas, tapi tolong kali ini jangan larang aku, hari ini aku akan melamar pekerjaan."

  • Terjerat Cinta Masa Lalu   Pov.Karina

    Hari ini suasana hatiku sedang tidak baik-baik saja, makin kesini sikap Satria makin menyebalkan.Iseng-iseng kubuka aplikasi berwarna biru, saat sedang asyik berselancar di dunia maya, mataku tertuju pada salah satu akun yang meminta pertemanan, kupikir itu hanya akun palsu jadi aku melewatinya begitu saja.Saat aku membuka messenger, kulihat banyak pesan spam yang masuk, salah satunya dari akun yang bernama Sep Dehan Lintang Tsuryo, akun yang tadi sempat kulihat di barisan permintaan pertemanan.Karena penasaran aku iseng membalas pesannya, sebenarnya siapa pemilik akun ini, foto profilnya sepertinya aku pernah melihatnya, seorang pria yang sedang berdiri membelakangi kamera dan menghadap ke pantai, dengan baju kemeja bermotif daun yang sedang tren pada masanya.[ Hay cantik, boleh kenalan ] begitulah isi pesannya.[ Iya ] jawabku singkat, tentu karena aku tidak ingin terlihat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status