Setelah selesai mandi berdua di bawah shower bersama Deasy. Leeray mengeringkan tubuhnya lalu melilitkan handuk ke sekeliling pinggangnya. Dia pun berjalan ke arah ranjang milik Deasy.
Bercak darah di seprai itu seolah menyadarkannya bahwa Desy masih perawan. Leeray pun merutuk dalam hatinya. Bagaimana dia bisa tidak tahu bahwa Deasy masih belum pernah terjamah oleh pria sebelumnya!? Gadis itu yang menawarkan dirinya sendiri pada Leeray tadi siang. Dia pun berdiri bertolak pinggang dengan kesal.
Deasy berjalan dari arah kamar mandi masih memakai selembar handuk di tubuhnya melewati Leeray yang berdiri di tengah kamar tidurnya. Pria itu mencekal lengannya dan menariknya hingga menabrak tubuhnya yang kekar dan membuat Deasy terkesiap.
"Deasy, katakan padaku sejujurnya, apa kau masih perawan sebelum bercinta denganku tadi?" tanya Leeray dengan serius sambil menatap ke dalam mata biru Deasy.
"Yes, Sir." jawab Deasy sambil menyengir bandel.
Leeray pun berkata dengan tegas tak ingin dibantah, "Sekarang kau harus setuju menjadi wanitaku. Menikahlah denganku, Deasy."
"Aku tak mau," balas Deasy tanpa berpikir.
Leeray menyeret Deasy ke tepi spring bed, merengut handuk di tubuh Deasy lalu memposisikan tubuh Deasy membelakanginya. Dia pun memasukkan miliknya ke tubuh Deasy hingga membuat gadis itu merintih.
"Aku tidak menerima ketidakpatuhan. Aku ingin mendengar jawaban yang tepat. Maukah kamu menjadi wanitaku?" ucap Leeray dengan tegas sambil memacu tubuhnya di dalam milik Deasy yang begitu sempit, hangat dan basah.
"Tidak. Aaakhhh ...," balas Deasy yang tersiksa dalam gairahnya.
"Jawabanmu salah, Nona!" ejek Leeray sambil terus memacu tubuhnya dengan ritme perlahan yang membuat Deasy begitu tersiksa.
"Kumohon, Lee."
"Aku ingin mendengar jawaban yang benar, Cantik," balas Leeray sengaja menghentikan gerakan pinggulnya.
Pria ini memiliki ego setinggi langit, pikir Deasy sambil memutar bola matanya.
Deasy pun menyerah pada gairahnya. "Baik. Aku mau menjadi wanitamu."
"Bagus! Besok kita akan mendaftarkan pernikahan secara negara," ujar Leeray dengan santai. Kemudian dia memacu tubuhnya dengan cepat hingga mencapai puncaknya bersama Deasy.
Deasy menyesali perkataannya tadi. Dia pun mengejar Leeray yang berjalan ke kamar mandi. "Tunggu Lee, kurasa kita terlalu cepat untuk menikah. Aku masih ingin meneruskan sekolahku dan berpetualang yang tentunya tidak sama seperti kebiasaanmu yang lebih berhati-hati dalam segala hal."
Dengan tenang seraya mengeluarkan aura dominasinya. Leeray memojokkan Deasy ke dinding dan mengungkung tubuh perempuan itu dengan kedua lengannya yang kekar. Mereka berhadapan sangat dekat.
"Keberatan ditolak. Kau sudah menyetujuinya tadi, Sayang. Kujamin besok siang kau sudah menjadi Nyonya Leeray Amadeus Indrajaya. Dan ... untuk seterusnya kau harus tinggal bersamaku. Ingat! Tidak ada kata 'tapi'," ucap Leeray menatap tajam bola mata biru yang tampak terkejut itu.
Leeray menyatukan bibir mereka secara tiba-tiba dan membuat Deasy bergelanyut lemah di tubuhnya yang kekar. "Lihatlah ... tubuhmu itu menyukai sentuhanku. Aku pun tak bisa berhenti menyentuhmu. Deasy ... kau membuatku kecanduan. Aku tak akan melepaskanmu sampai kapan pun!"
"Lee ... kau membuatku takut," bisik Deasy dengan gemetar.
"Deasy, sekarang aku mulai berpikir bahwa gadis-gadis keluarga Carson selalu membuat anak lelaki dari klan Indrajaya tergila-gila dan kecanduan dengan tubuh mereka," ucap Leeray menyimpulkan apa yang terjadi saat ini.
Dia pun melanjutkan, "Dulu aku merasa James sangat irrational dan konyol dengan segala kecintaannya pada Laura. Tapi, kini aku mengerti apa yang dia rasakan."
Setelah membersihkan tubuh, mereka berdua pun keluar untuk mencari makan malam. Leeray mengajak Deasy ke daerah Elizabeth Quay dimana terdapat banyak restaurant outdoor yang menjual berbagai jenis menu makan malam.
"Sayang, kau ingin makan apa?" tanya Leeray sambil berjalan melihat-lihat jenis restaurant yang ada di sana. Dia melingkarkan lengannya dengan posesif ke pinggang ramping Deasy.
Deasy sebenarnya sudah terbiasa dengan sentuhan posesif dari Leeray karena mereka berpacaran. Tetapi hari ini pria itu mendesaknya untuk menikah, bukan gayanya, menerima kekangan apalagi menjadi milik seseorang.
"Kurasa aku ingin makan pasta, biasanya aku memesan Fusili Creamy Cheese Bolognaise di Sandy's Kitchen," jawab Deasy datar, dia berusaha melepaskan lengan Leeray dari pinggangnya, tapi sepertinya sia-sia.
Ia masih merasa aneh dengan kondisi yang berubah begitu cepat. Deasy berjanji dalam hatinya untuk segera menelepon kakak kandungnya, Laura, untuk menanyakan tentang pria klan Indrajaya yang totally freak. Deasy bingung harus bagaimana menerima pinangan Leeray yang begitu mendadak.
Memang bos nya itu tampan dan mempesona, tentunya juga tajir melintir. Selain itu Leeray memiliki performa yang luar biasa di ranjang. Dan ... yang paling penting adalah pria itu masih single di usia 35 tahun.
Tapi, menikah itu sesuatu yang serius. Apa mereka tidak perlu meminta izin orang tua? Deasy tahu pernikahan secara negara di Australia sangat mudah, mereka hanya butuh visa dan usia yang sesuai dengan hukum pernikahan di negara itu dengan status single tentunya.
"Hey, memikirkan sesuatu, Sayang?" tanya Leeray ketika mereka duduk di meja restaurant.
Deasy pun bertanya, "Apa kita tidak perlu meminta izin orang tua untuk menikah, Lee?"
"Tidak. Ini akan menimbulkan konflik besar bila papamu tahu kau melepas keperawananmu denganku. Kupikir kau sudah terbiasa dengan pergaulan bebas di sini karena kau mengajakku bercinta dengan mudahnya tadi siang," jawab Leeray sambil menghela napas.
Situasi ini sungguh rumit, tapi bukan sifatnya untuk melepas tanggungjawab setelah menghilangkan status perawan seorang gadis. Apalagi mereka masih berelasi, Deasy adalah adik istri James, adik bungsunya.
"Tapi aku tidak menuntutmu untuk bertanggungjawab. Ohh Lee, ayolah batalkan niatmu untuk menikah denganku," pinta Deasy mengiba dengan wajah imutnya.
"Maaf, aku tidak pernah menarik kata-kataku. Mana ada CEO yang plin-plan?" ujar Leeray seraya tertawa sinis.
Deasy pun mencebik melihat usahanya gagal total membujuk Leeray untuk membatalkan rencana pernikahan mereka.
"Jangan coba-coba untuk kabur dariku, Nona! Pokoknya besok pagi aku akan menjemputmu untuk menikah di biro catatan sipil Perth," pesan Leeray dengan serius menatap Deasy yang menghindari tatapannya.
"Apa kau ingin memakai gaun pengantin?" tanya Leeray lagi.
"Tidak. Aku ... tidak yakin ...," balas Deasy dengan pikiran yang kacau. Dia tak siap menjadi istri siapa pun dalam waktu dekat. Dia masih berusia 20 tahun.
Menu makan malam mereka pun datang. Leeray memesan Fetucine Alfredo with Smoked Beef untuk dirinya. Sementara Deasy memesan fusili.
Mereka makan dengan tenang. Leeray memandangi Deasy sambil tersenyum penuh arti mengunyah makanannya.
Wajah Deasy merona karena dipandangi dengan begitu intens oleh Leeray. Ia teringat ketika awal bekerja justru dia yang sering mencuri pandang pada Leeray, mengagumi ketampanan Leeray.
Pria itu sangat mempesona ketika sedang bekerja, auranya begitu kuat dan mendominasi membuat lawan bicaranya tunduk pada keinginannya. Cara Leeray berbicara halus, tapi tegas kadang seolah dia mampu membaca pikiran lawan bicaranya.Akhirnya, Deasy memutuskan untuk menerima permintaan Leeray untuk menikah dengannya. Dia memang menyukai pria itu. Tetapi, bila pernikahan itu tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan, dia akan mengakhirinya ... dengan seizin Leeray atau tidak!
*4 bulan sebelumnya*Suara penghuni hutan yang bersahut-sahutan terdengar ketika dia menembus rimbunnya tumbuhan yang terhampar di hadapannya. Sinar matahari keemasan menembus di antara tingginya pepohonan yang dia lewati.Dia memegang sebuah busur dengan anak panah terpasang yang siap untuk dibidik. Dengan langkah tenang seolah dia tahu dimana hewan buruannya berada dia terus melangkah.Hingga dia melihat di tepi sungai berair jernih, makhluk yang dia cari sedang berdiri minum dengan begitu anggun.Seekor rusa betina bertanduk yang cantik jelita itu menoleh menatapnya.Mereka bertatapan, jantungnya berpacu saat dia melepaskan anak panah yang berdesing menembus udara hingga menancap tepat di dada rusa betina bertanduk itu.Makhluk cantik itu roboh ke tanah. Dia segera berlari mendekati rusa betina itu dan berlutut di sebelahnya. Seketika itu juga tubuh rusa betina itu menghilang berganti debu berkilau yang terbang dit
Jamuan makan sederhana digelar di Chateu D'Allegre fine dining restaurant untuk merayakan pernikahan James dan Laura.Tamunya pun hanya keluarga inti dari kedua mempelai ditambah Philip, mantan kekasih Laura yang kini menjadi sahabat James. Dan Brandy, kekasih Michael, puteri tunggal Enrico Tanurie, sahabat papinya.Leeray memilih tempat duduk di sebelah Deasy, dia memang sengaja melakukannya karena dia ingin berkenalan dengan gadis itu.Aroma tubuh gadis itu benar-benar membuatnya penasaran, aroma dedaunan hijau di hutan yang mengingatkannya akan mimpi anehnya belakangan ini tentang rusa betina bertanduk cantik di dalam hutan.Ternyata Deasy tinggal di Perth, Australia. Dia masih menyelesaikan studi S2-nya di University of Western Australia jurusan desain. Gadis itu sangat cerdas menurut Leeray karena usianya baru 20 tahun, artinya sepanjang pendidikan dasarnya dia telah menjalani banyak akselerasi pendidikan.Leeray suka gadis y
Seminggu setelah pernikahan James dan Laura, Leeray mengirim pesan WA kepada Deasy. Dia sedang rehat siang setelah menjalani rapat dengan tim bagian pemasaran perumahan Indrajaya Realty wilayah Jakarta Barat.Belakangan ini penjualan unit perumahan perusahaan mereka sangat bagus, Leeray puas melihat laporan pemesanan unit perumahan hingga akhir tahun lalu. Dia berharap di tahun yang baru ini, perusahaan Indrajaya Realty akan mencapai hasil yang lebih baik lagi.Dengan gelisah, Leeray menunggu balasan dari gadis itu. Seharusnya di Perth saat ini sudah sore, tentunya Deasy akan memiliki banyak waktu untuk membalas pesannya.Ponselnya berbunyi!Leeray segera mengecek WA nya. Ternyata benar itu pesan balasan dari Deasy. Dia pun membaca pesan itu lalu tersenyum sendiri. Segera dia membalas pesan itu lagi.Deasy ternyata mengiriminya email berisi beberapa desain kaca patri. Leeray pun membuka Macbook-nya. Ada cukup banyak foto contoh desain yang ba
Pagi itu Leonard mengadakan meeting dengan beberapa rekanan perusahaan. Dia ingin mewujudkan obsesinya untuk merambah bisnis ke luar negeri. Pasar dalam negeri sudah tidak menantang baginya.Meeting itu dihadiri oleh Alfred Harper dan Donovan Harper, putera tunggalnya,pengusaha dari Australia yang memiliki usaha di bidang properti juga seperti Indrajaya Realty.Selain itu, Leonard mengundang Enrico Tanurie sahabat dekatnya yang bisnisnya bergerak di bidang department store, perhotelan, dan transportasi taksi."Baik, Mr. Alfred. Besok putera saya, Leeray akan berangkat ke Perth untuk memulai kerjasama bisnis kita. Dia akan menetap sementara waktu di sana untuk mengurus jalannya proyek pembangunan superblock ini," ujar Leonard dalam bahasa Inggris yang fasih kepada Tuan Alfred Harper yang tampak di layar LCD besar ruang meeting.Tuan Alfred Harper pun menjawab, "Itu ide yang baik, Tuan Leonard. Kami akan menunggu kedatangan Mr. Leeray Indrajaya untuk
Leeray membeli sebuah gedung perkantoran di CBD (Central Business District) di kota Perth, Australia. Gedung itu berlantai 8 dan ruang kerjanya terletak di lantai 8. Dia tidak pernah mau menempati lantai selain lantai tertinggi di setiap gedung kantornya dari dulu.Suatu sifat egosentrik yang mendarah daging untuk selalu berada di puncak kekuasaan, doktrin papinya sejak Leeray kecil.Sore ini, dia memimpin meeting kantor cabang klan Indrajaya di kota Perth. Mereka akan memutuskan pilihan desain untuk superblock yang akan dibangun di tengah kota Perth.Ada banyak desain bangunan yang menarik yang ditampilkan di layar LCD di ruang meeting.Sekretaris pribadinya, Andy mengoperasikan LCD dengan laptopnya menampilkan desain bangunan yang telah dikirim oleh para desainer ke surel kantor."No. No. Yes. No. Yes. No. Yes. No. No ...," ucap Leeray ketika melihat tampilan desain yang muncul bergantian di layar LCD.Andy pu
Bagian perlengkapan gedung menempatkan meja kerja Deasy di dekat meja kerja Leeray sesuai permintaan bos mereka itu.Sebenarnya Deasy tidak menyangka dia akan bekerja seruangan dengan CEO perusahaan ini. Dengan jarak yang sangat dekat pula. Sungguh tidak nyaman tentunya, seolah dia berada dalam pengawasan khusus sepanjang hari. Namun, itu keinginan bos barunya, dia tidak boleh protes.Deasy duduk di meja kerjanya lalu bertanya pada Leeray, "Apa yang harus aku kerjakan hari ini, Tuan CEO?"Pria itu tersenyum geli mendengar panggilan baru Deasy untuknya. Dia pun menjawab, "Kau harus mulai mengerjakan detail desain bagian dalam gedung. Bukankah di dalam desainmu ada 12 lantai? Kita memiliki jadwal yang ketat untuk proyek ini.""Oohh baiklah, aku akan mulai mengerjakan desain bangunan mulai lantai 1 hari ini. Apakah aku bisa meminta kertas gambar untuk menggambar sketsa desain, Pak?" balas Deasy seraya menatap Leeray."Sebentar ...," tukas Leeray
Seusai mandi, Leeray segera memakai Polo shirt dan celana panjang kainnya. Bagaimana pun dia masih berada di kantor, tidak layak rasanya memakai baju yang terlalu santai.Gadis itu masih tertidur pulas ketika Leeray mengeceknya di ranjang. Sekalipun dia bisa saja melakukan hal yang tidak-tidak terhadap gadis itu. Namun, Leeray tidak ingin melakukannya. Baginya bercinta melibatkan 2 pihak yang sama-sama menginginkannya.Dia pun keluar dari ruang tidur CEO berjalan menuju ke sofa lalu membaringkan tubuhnya yang lelah di sana. Saat ini masih pukul 01.35, Leeray masih memiliki cukup waktu untuk beristirahat.Setelah tidur dengan nyaman selama berjam-jam, Deasy pun akhirnya terbangun. Dia terkejut karena sedang berada di atas ranjang entah di mana. Namun, dia melihat bajunya masih lengkap seperti sebelumnya, dia pun bernapas lega. Dia pun teringat tadi masih di ruangan CEO mengerjakan desain superblock lantai 1, sepertinya dia tadi ketiduran.Deasy pun b
Setelah bekerja beberapa hari di kantor Leeray, Deasy pun mulai terbiasa dengan ritme kerja bosnya itu. Dia harus mengerjakan segalanya dengan cekatan, semua daftar pekerjaan selalu memiliki deadline yang pendek. Dan satu hal yang kadang membuat Deasy merasa kesal, pria itu tidak bisa menerima kata 'tidak' dari mulut karyawannya.Mungkin semalam sudah kelima kalinya dalam 5 hari, tubuhnya kelelahan bekerja hingga tertidur di meja kerjanya lalu digendong oleh pria itu ke ruang tidur CEO. Untungnya pria itu tidak pernah macam-macam padanya. Deasy selalu merasa nyaman ketika berada di dekat Leeray.Leeray sedang memandangi kertas sketsa desain milik Deasy dengan serius.Tok tok tok."Ya, masuk," ucap Leeray.Seorang pria bule masuk ke ruangan CEO kemudian duduk di hadapan Leeray.(Dialog dalam bahasa Inggris yang langsung diterjemahkan oleh author.)"Selamat pagi, Tuan Ferdinand Kinston," sapa Leeray seraya mengulurkan