Ethan meraih handuk nya dan mengeringkan tubuh nya yang basah kuyup karena mencoba menyelamatkan bocah itu.
"Lekaslah keluar dari bathtub itu, kau bisa masuk angin jika berlama-lama berendam di sana." Ucap Ethan dengan suara datar nya, berpura-pura kalau diri nya baik - baik saja saaat ini.
Padahal asli nya, jantung Ethan pun berdetak sama kerasnya dengan Adaline saat ini. Bahkan kalau bisa jantung Ethan ingin melompat keluar dan menghampiri jantung Adaline, yang kompakan berdetak kencang.
Ethan meletakkan tangannya di dada. Dia merasa ada yang tidak beres di dalam sana.
"Apa ini efek karena aku terjatuh tadi? Heem..aku rasa aku harus segera memeriksa diri ke dokter." gumam Ethan pada diri nya sendiri.
"Aku harus menelpon dokter pribadi nya dan meminta nya datang." Ujar Ethan dalam hati.
Ethan pun akan beranjak pergi namun baru selangkah Ethan melangkah Adaline memanggil nya.
"Heem...Ethan." Panggil Adaline, membuat detak jantung Ethan semakin cepat.
"Apa lagi ini Tuhan??" Seru Ethan dalam hati.
Ethan berhenti dan tidak berbalik untuk melihat ke arah Adaline. Dia bahkan tidak berkata apapun seakan-akan menunggu Adaline untuk melanjutkan perkataannya.
"Eheem..." Adaline berdehem kecil dulu sebelum melanjutkan perkataannya."Handuk?" ucapnya singkat.
"Handuk?" Ulang Ethan dalam hati, yang saat ini masih sulit mencerna apapun dengan otak nya yang membeku usai terendam di bathtub bersama Adaline tadi.
"Can I have it? " tanya Adaline terdengar ragu-ragu.
Tapi otak Ethan benar-benar lemot saat ini hingga dia masih tidak bisa mengerti dengan apa yang Adaline katakan.
"Ethan...aku butuh handuk." Ucap Adaline sekali lagi.
"Damn!!" rutuk Ethan dalam hati yang merasa kalau diri nya semakin bodoh entah karena apa.
"Ini." ujar Ethan sambil memberikan handuk yang dia gunakan untuk mengelap badannya tadi pada Adaline tanpa membalikkan tubuh nya.
"Kau ingin aku keluar lagi dari bathtub ini?" Ucap Adaline yang kemudian membenamkan kepala nya hingga hidung karena terlalu malu telah berkata seperti itu pada Emmanuel Ethan .
"Astaga bodoh nya aku!!" Rutuk Emmanuel Ethan sekali lagi pada diri nya sendiri.
Ethan pun mengambil tongkat baseball milik nya. Lalu menyangkut kan handuk itu di ujung stik baseball itu kemudian mundur beberapa langkah ke belakang. Dan mengulurkan nya pada Adaline.
"Tutup mata mu! di depan mu ada cermin." Ujar Adaline.
Ethan pun mengangguk dengan cepat dan langsung menutup mata nya.
Begitu melihat Ethan menutup mata nya, Adaline langsung berdiri lalu keluar dari bathtub itu. Adaline pun meraih handuk yang diberikan oleh Ethan dan mulai mengelap tubuh nya.
Tapi satu hal yang Adaline tidak ketahui bahwa saat Adaline terlalu fokus mengering kan tubuh nya, Ethan ternyata malah membuka mata nya dan menatap lekat ke arah cermin yang ada di depan nya.
Tanpa berkedip Ethan melihat setiap inci tubuh seksih Adaline White yang dibasahi oleh air di sekujur tubuh nya.
Jakun Ethan naik turun saat menelan saliva nya.
Saat Adaline akan selesai mengelap tubuh nya, Ethan kembali menutup mata nya, seakan-akan dia memang dari tadi dia terus menutup mata nya.
Adaline melihat ke arah cermin dan merasa tenang karena mengira Ethan sama sekali tidak mengintip.
Adaline pun berkata,
"Heeem... kau boleh membuka mata mu."
Ethan tidak menjawab perkataan Adaline. Dia hanya membuka mata nya lalu mengambil pakaian ganti untuk dirinya lalu pergi dari kamar itu.
Tepat setelah Ethan menutup pintu kamar itu, ia segera bersandar lemas di pintu itu sambil memegangi dadanya.
"Aku pasti sudah gila." ucap nya lalu masuk ke kamar satu lagi untuk membersihkan diri sekaligus menghilangkan hawa panas yang membakar diri nya dari dalam.
***
Hari sudah mulai masuk malam saat Ethan sudah bisa tenang tapi masih belum mau beranjak dari kamar itu.
Sebenarnya Ethan ingin keluar untuk makan tapi mau bagaimana, dia tidak berani. Dia terlalu gugup untuk bertemu dengan Adaline setelah kejadian tadi.
“Huuf!! Apa yang sebenarnya aku pikirkan sehingga aku berani membuka mata ku tadi.” Serunya pelan.
Ethan bersandar di sandaran kepala tempat tidur. Jantungnya yang tadi sudah mulai bisa berdetak normal tiba-tiba mulai tidak normal kembali setelah teringat lekuk tubuh Adaline.
“Aku tidak boleh membiarkan pikiran kotor ini terus bersarang di kepala ku!” Ujar Ethan, memutuskan untuk bermeditasi saja untuk mendapatkan ketenangan jiwa.
Namun baru sedetik Ethan memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara ponselnya.
“Mr. Sean?” serunya setelah melihat siapa yang menelpon.
Ketika Ethan akan menjawab panggilan itu, panggilan itu tiba-tiba berakhir. Dan sebuah pesan pun masuk ke ponsel Ethan.
Ethan membuka pesan dari Mr. Sean, dan ternyata ada sebuah misi yang harus dia kerjakan malam ini.
“Hufft.. kemana dia? Apa dia masih di luar?!” Seru Adaline yang ragu-ragu untuk keluar sebab saat ini dia hanya mengenakan handuk saja. Secara pakaiannya basah total karena cipratan air saat dia dan Ethan jatuh ke dalam bathup.Adaline mengelus-elus kedua lengannya. Mungkin karena ia baru saja selesai bermain air maka nya suhu yang sudah dingin di kamar Ethan terasa semakin dingin di kulit nya.“Aku harus bagaimana sekarang?” ujar Adaline, yang masih belum bisa memutuskan untuk keluar atau tidak.Adaline ingat di rumah itu sebenarnya ada banyak anak buah Ethan, hanya saja tidak semua dari mereka yang diperbolehkan masuk ke dalam rumah oleh Ethan.Itu lah mengapa hanya satu atau dua orang saja yang terlihat di dalam rumah itu sejak Adaline tiba di sana.Tapi ya tetap saja! Mau di luar ataupun di dalam, mereka semua laki-laki. Dan satu-satunya wanita di rumah itu hanyalah Adaline seorang. Tentu saja hal ini tetap membuat Adaline merasa was-was.“Keluar? Tidak?” ujar nya, berpikir keras.
“Apa sampai sekarang kalian masih belum bisa menemukan Adaline?” seru Beldiq White pada anak buah nya.“Maaf tuan White, sampai saat ini kami masih belum bisa menemukan keberadaan nona Adaline.” Lapor nya.“Bodoh!! Bodoh kalian semua!! Apa saja kerja kalian! Sampai anak ingusan itu bisa lolos dari misi kalian!” Bentak Beldiq, sangat murka sebab Adaline yang menjadi target utama nya malam itu lolos.“Beldiq sayang, tenang lah dulu. Jangan sampai tekanan darah mu naik karena ini.” Ujar Jenny yang merangkap pacar sekaligus sekertaris Beldiq.“Aku tidak akan bisa tenang sayang, selama aku belum tahu di mana keberadaan putri tiri ku itu!” Seru Beldiq.“Aku harus yakin seratus persen dia mengikuti jejak ibu nya ke dunia lain, baru setelah itu aku bisa tenang. Tenang menguasai semua harta peninggalan ibu nya. Terutama perusahaan itu!! Aku membutuhkan perusahaan itu untuk tempat bisnis ku!!” Lanjut Beldiq yang mengira kalau Ainsley telah meninggal.“Kalau dia masih tidak dapat diketahui rimba
“Hallo Mr. Sean........” Sapa Adaline.“Hai.. Adaline, bagaimana kabar mu? Ethan mengatakan pada ku kalau kau tadi pingsan.” Ucap Mr. Sean, meresepon sapaan Adaline.“Benar, tapi saat ini aku sudah baik-baik saja.” Jawab Adaline.“Bagus lah kalau begitu...” jawab Mr. Sean, terdengar sangat ramah.“Sean.. I mean, Mr. Sean.. bisa kah aku meminta bantuan mu untuk sesuatu?” tanya Adaline.“Katakan saja Adaline. Kalau aku bisa membantu mu maka akan aku bantu.” Jawab Mr. Sean.“Apa aku boleh meminjam Ethan untuk satu bulan ini?” Ucap Adaline, terdengar ragu.“Kau ingin apa?” Tanya Mr. Sean sedikit tidak yakin dengan pendengarannya.“Hmmm... Apa boleh aku meminjam Ethan untuk menjadi pengawal ku?” Ulang Adaline sekali lagi.“Kau bermaksud meminjam Ethan untuk menjadi pengawal mu? tapi untuk apa?” tanya Mr. Sean lagi.Adaline menarik nafas nya sejenak lalu mulai menceritakan rencana nya pada Mr. Sean. Adaline memang belum pernah bertemu langsung dengan Mr. Sean. Tapi satu hal yang pasti, Adal
“Misi mu adalah menjadi suami Adaline White selama sebulan. Bagaimana menurut mu? Sebuah misi yang seru Dan luar biasa kan???” Ujar Mr. Sean terdengar seperti mengucapkan hal yang biasa-biasa saja.Padahal barusan dia baru saja memerintahkan Ethan secara tidak langsung untuk menikah dengan Adaline. Walaupun pernikahan itu hanya untuk sebulan saja. Tapi tetap saja itu adalah sebuah pernikahan.“Whats?!” Seru Ethan shock setengah mati mendengar misi yang baru saja Mr. Sean berikan untuk nya.Dari sekian banyak misi di luar nalar yang Mr. Sean berikan pada nya selama ini, Ethan merasa ini yang paling tidak masuk akal. Dan sebanyak apapun Ethan berpikir, otak nya tetap tidak bisa menerima apa yang dikatakan oleh Mr. Sean barusan sebagai sebuah misi.“Apa bos ku mulai gila?” batin Ethan.“Bagaimana Ethan?” Ulang Mr. Sean bertanya. Benar-benar tidak merasa kalau dia telah mendzolimi pengawal pribadi nya.“Mr. Sean, kau saat ini ada di mana?” tanya Ethan, tidak menjawab sama sekali pertanyaa
Ke esokan hari nya, matahari pun bersinar cerah hari ini, secerah senyum yang menghiasi wajah Adaline pagi ini.“Kau sudah siap?” tanya Ethan dari ujung pintu kamar nya.Ya.. Ethan dan Adaline memang tidur sekamar hanya saja tidak seranjang. Ethan tidur di sofa sedangkan Adaline tidur dengan nyaman di atas ranjang Ethan.“Ya, tentu saja.” Jawab Adaline yang terlihat sangat berbeda pagi.Jika di hari-hari biasanya Adaline terkesan tampil biasa – biasa saja tanpa polesan make up di wajah nya, hari ini Adaline tampil dengan tampilan sangat paripurna.Ethan yang melihat nya bahkan sempat pangling untuk sesaat.Pagi ini Adaline tidak terlihat seperti bocah yang belum matang yang ia temui selama ini. Adaline tampil bak wanita dewasa yang siap menghadapi kejam nya dunia.“Hem.. Kalau begitu ayo.” Ajak Ethan.Ethan terus menatap Adaline saat Adaline akan keluar dari kamar. Dalam hati nya Ethan berkata, “Untung saja aku memilih memakai jas tapi. Sempat aku memilih berpakaian unformal.. penampi
"Calon suami? Jadi kau sudah punya calon suami Adaline? Apa calon suami ini- Bukan kah pacar mu??" saat Beldiq hendak melontarkan pertanyaan berikut nya, tapi keburu terpotong ucapan Jenny yang tiba- tiba masuk ke dalam ruangan itu."Bikin sensasi saja." Tukas Jenny yang langsung mendapatkan kode mata dari Beldiq, yang kira- kira isi nya memerintahkan Jenny untuk diam nya.Setelah Jenny diam, Beldiq berkata, " Tolong tinggalkan kami Jenny."Jenny pun mematuhi perkataan Beldiq. Dia langsung berbalik badan pergi dari ruangan itu."Apa kau benar adalah calon suami Adaline?" Lanjut Beldiq bertanya untuk memastikan apa yang barusan Adaline akui.Beldiq menatapan Ethan dengan tatapan curiga. Seingat Beldiq, nama kekasih Adaline bukan lah Ethan. Meski dia sendiri tidak ingat siapa nama bocah yang selalu datang menjemput Adaline dahulu. Lantas bagaimana bisa ujug-ujug Adaline punya calon suami jika pacar saja tidak pernah terendus keberadaan nya.Ethan notice saat ini Beldiq sedang menilik di
Sesampainya mereka di luar gedung...Perlahan Ethan melepaskan tangan Adaline yang memegang erat tangan nya."Adaline... sebentar, aku mau menelpon." Ethan beralasan Ethan supaya dia bisa menjauh dari Adaline."Oh.. Ya, silahkan." Adaline pun melepaskan tangan nya.Ethan merogoh saku nya dan mengambil ponselnya. Namun setelah dia mendapatkan ponsel nya dia malah bingung mau menelpon siapa. Karena memang sebenarnya tidak ada yang ingin dia telpon. Itu cuma alasan untuk lepas dari Adaline."Telpon Dom saja." gumam nya dalam hati. Ethan pun memencet nomor Dom. Saudara angkat nya yang saat ini sama-sama bekerja di bawah Mr. Sean karena hutang budi seperti Ethan."Ya, Ethan..." Terdengar suara Dom cempreng seperti biasa nya."Kau dimana Dom?" Tanya Ethan pada Dom, yang sebenarnya sekedar untuk membuat nya terlihat dia sedang menelpon di depan Adaline."Memang nya dimana lagi diri ku? Aku sudah pasti sedang di rumah saat ini dengan Mr. Sean..." Jawab Dom, terdengar santai."Apa??? Mr. Sean
Sesaat kemudian telpon itu pun tersambung. "Ya Ethan ada apa?" Tanya MR. SEAN dari laboratorium nya."Hallo, ini aku Adaline White, Mr. Sean." Sapa Adaline."Heemm... Ya Adaline, apa ada masalah lagi?" Tanya Mr. Sean dengan nada suara penuh karisma."Ya, begitu lah Mr. Sean. Aku ada masalah baru lagi." Ujar Adaline terdengar santai berbicara dengan sambil melirik pada Ethan."Ya, katakan lah." Jawab Mr. Sean yang sebenarnya sedang terburu-buru saat itu."Mr. Sean kau ingat bukan, aku ingin meminjam pengawal mu Emmanuel Ethan untuk menjadi pengawal pribadi ku selama satu bulan ini? Adaline menanyakan itu sambil melirik Ethan dengan senyum tipis di bibir nya seolah berkata, JANGAN SAMPAI PINGSAN ETHAN!! DENGAR DAN TUNGGU DI SANA BAIK-BAIK."Ya.. aku masih ingat. Dan aku sendiri kan yang menyarankan pada mu supaya kau dan Ethan pura-pura menikah saja. Karena dengan pura- pura menjadi suami mu maka Ethan akan lebih mudah untuk menjaga mu." Mr. Sean mengulang kembali jawab nya.Mendengar