Setelah puas menangis, Alisa keluar dari ruangan ICU. Ia berjalan ke kamar mandi dan mencuci wajahnya.
Dengan tubuh yang terasa lemas, Alisa berjalan menuju lift dan kemudian masuk ke dalam lift tersebut. Sesuai instruksi dari perawat rumah sakit Alisa berjalan ke arah pintu yang tertutup rapat. Alisa membaca tulisan yang terpampang di depan pintu tersebut. Setelah yakin bahwa ia tidak salah ruangan Alisa mengetuk pintu itu.
Alisa mengusap air matanya sebelum membuka pintu saat mendengar sahutan dari dalam.
Alisa masuk ke dalam ruangan dengan menundukkan kepalanya. Orang yang akan ditemuinya saat ini begitu sangat ditakutinya.
Attar memandang gadis yang saat ini menundukkan kepalanya. Attar merasa Kasihan saat mengetahui apa yang terjadi terhadap gadis itu.
Kaki Alisa gemetar saat berada di dalam ruangan yang tidak bisa diperhatikannya dengan jelas. Alisa berd
"Isa akan cari tahu di google om," jawabnyasambil memandang pria di depannya. Alisa seakan bermimpi saat ini."Bagus," ucap Attar.Alisa diam tanpa berani memandang wajah pria yang saat ini duduk di depannya. Alisa masih tidak mengerti dengan apa yang saat ini terjadi dengannya. Bagaimana mungkin hanya hitungan jam dia akan menikah. Ini semua tidak pernah ada dalam pikirannya. Dadanya berdebar-debar dan merasa grogi saat merasakan tatapan pria yang tertuju padanya. "Apakah orang kaya memang seperti ini, aneh," pikirnya dalam hati."Kamu bilang saya aneh?" tanya Attar.Alisa menelan air ludahnya yang terasa begitu sangat kering. Alisa tidak menduga pria itu mendengar ucapan yang tidak dikeluarkannya. Seingatnya, Ia hanya berbicara di dalam hati. Alisa mengangkat kepalanya dan memandang pria yang duduk di depannya tanpa berbicara.Attar memandang
Alisa memandang pria yang akan menjadi suaminya. Air matanya menetes saat mendengar ucapan calon suaminya. Perkataan pria itu begitu sangat menyentuh hatinya. Bagaimana mungkin pria yang berwajah tampan itu meminta menikah dengannya, bila pria itu tidak mencintainya. Alisa masih belum bisa menjawab pertanyaan dari apa yang ada dipikirannya.Attar memegang tangan Alisa dan meletakkan tangan calon istrinya di tangan calon mertuanya. "Kita akan menikah jadi minta restu sama mama kamu," ucapnya.Alisa menangis dan menganggukkan kepalanya. "Mama restui Isa, doakan Isa bahagia ma," ucapnya dengan terisak."Namanya Attar, Dia pria yang baik. Isa yakin ma, Isa gak akan menyesal menikah dengannya," ucap Alisa di dalam hatinya. Hanya Isak tangisnya yang terdengar di dalam ruangan yang begitu sangat senyap tersebut.Attar mengusap kepala calo
Attar menyandarkan kepala istrinya di dadanya. Tangannya mengusap-usap punggung istrinya. "Berdoa sayang," ucapnya. Alisa mengangkat kepalanya saat mendengar ucapan suaminya. Alisa tahu suaminya pasti hanya berusaha untuk memberikan semangat kepadanya. Alisa menganggukkan kepalanya menyandarkan kepalanya di dada suaminya terasa begitu sangat nyaman baginya. "Apa kamu capek?" Tanya Atar setelah lebih 1 jam mereka duduk di depan ruangan tersebut. Alisa menggelengkan kepalanya. "Isa nggak capek Om, kalau Om capek Om istirahat aja. Isa tunggu mama di sini," ucapnya yang menundukkan kepalanya. Alisa tidak mampu memandang wajah suaminya. Setiap kali memandang wajah Suaminya, detak jantungnya semakin kuat. "Saya akan temani kamu, kita menunggu berdua," ucap Attar yang tidak ingin meninggalkan istrinya. "Terima kasih ya om," ucap Alisa.
Alisa tidak ada henti-hentinya tersenyum memandang mamanya yang sudah berada di atas tempat tidur pasien. Saat ini mamanya masih di dalam ruangan ICU untuk pemantauan Kondisinya lebih lanjut. Bila nanti mamanya sudah sadar dan kondisi detak jantung dan sebagainya sudah baik maka akan dipindahkan ke ruangan pasien. Alisa duduk di kursi yang diseret nya di samping tempat tidur mamanya. Tangannya tidak ada henti-hentinya memegang tangan mamanya dan mencium punggung tangan mamanya tersebut. "Nanti Saat Mama bangun pasti Mama akan merasa ada yang aneh. Tapi nanti Isa bakalan jelaskan semuanya ke mama, biar mama jangan kaget," ucapnya sambil tersenyum. "Sebenarnya ini semua seperti mimpi bagi Isa ma. Kehadirannya seperti seorang malaikat yang menyelamatkan hidup Isa dan juga mama," ucapnya yang menyebut suaminya. "Isa benar-benar nggak nyangka kalau mama masih ada untuk Isa," ucapnya.  
Attar hanya tersenyum tipis dan pergi meninggalkan istrinya. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi. Berada berdua dengan wanita yang baru saja menjadi istrinya, membuat pria itu cukup gugup, jantungnya berdetak dengan kencang. Disaat malam seperti ini, Attar memutuskan untuk berendam di dalam air dingin guna mendinginkan tubuhnya yang terasa panas saat berada berdua dengan istrinya. Selama ini ia selalu berfantasi dan berhalusinasi bisa berjumpa dengan gadis yang saat ini sudah menjadi istri. Saat memandang foto istrinya yang disimpannya diponselnya, ia selalu berharap bisa mengecap rasa manis bibir yang kecil dan tipis tersebut. Cukup lama ia berendam di dalam air dingin dan kemudian keluar dari dalam kamar setelah ritual mandinya selesai. Attar Melihat Istrinya yang masih duduk di atas tempat tidur. "Apa kamu tidak mandi?" tanya nya. "Iya om, Isa mau mandi. tapi Isa gak bawa baju ganti
"Suhu air panasnya sudah saya turunkan. Maaf tadi saya lupa. Apa Kamu terkena siraman air panasnya?" ucap Attar yang terlihat begitu sangat panik "Gak Om, Isa nggak jadi megang airnya waktu lihat asapnya banyak," ucap Alisa. Alisa sangat aku memberitahu suaminya bila tadi dirinya sempat menyentuh air panas tersebut. Attar tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa," ucapnya sambil dengan sengaja mengintip istrinya dari balik pintu yang menjadi tempat istrinya bersembunyi. "Om jangan genit, om jangan intip Isa,"' ucap istrinya yang mendorong pintu tersebut agar suaminya keluar. Attar tersenyum saat melihat pintu kamar mandi yang sudah ditutup rapat istrinya. Alisa membuka handuk yang dipakainya dan menggantung handuk tersebut. Alisa berdiri di bawah cucuran air sh
Attar memandang istrinya yang duduk di atas tempat tidur. "Kamu mau apa?" tanya Attar yang akan mengambil makan malam untuk istrinya. "Terserah aja Om," ucapnya. Attar mengambil steak daging dan meletakkannya di atas tempat tidur. “Apa kamu suka ini?" tanyanya. "Suka," jawab Alisa. Atar memotong-motong daging tersebut dan memberinya saus yang berwarna kuning kecoklatan. "Di sini yang menjadi chef, wajib memiliki sertifikat memasak tingkat dunia. Kamu boleh bebas merequest makanan apa saja yang kamu inginkan," ucapnya yang menusukkan daging dengan garpu dan mengarahkannya ke bibir istrinya. Alisa hanya menganggukkan kepalanya saat mendengar ucapan suaminya tersebut. Attar makan secara bergantian dengan istrinya. "Tadi masuk ke kamar ini, Isa lihat om pakai sidik jari." Alisa memandang suaminya. Alis
"by Isa tidur ya," ucapnya. Attar menganggukkan kepalanya. Alisa mengambil posisi paling pinggir dan membelakangi suaminya. Selimut yang dipakainya, ditariknya hingga ke atas menutupi kepalanya. Attar memandang istrinya yang sudah hilang di dalam selimut. Tangannya yang kekar menarik-narik selimut istrinya. "Isa ngantuk Om," ucap Alisa. Attar menarik turun selimut istrinya hingga kepala istrinya keluar dari dalam selimut. Pria itu menarik tangan istrinya agar tubuh istrinya menghadap ke arahnya. "jangan cium Isa lagi, bibir Isa sudah bengkak," Alisa menutup wajahnya dengan telapak tangannya. "Saya merasa bahwa kamu sangat suka saya cium, sehingga dengan sengaja kamu mengulangi k