Alisa pulang ke rumahnya membawa kantong yang berisi sate madura kesukaan mamanya. Hari ini Alisa gajian sehingga bisa membelikan makanan favorit mamanya.
"Assalamu'alaikum, Mama Isa pulang," ucap yang menyalami tangan mamanya.
“Wa'alaikumussalam," ucapnya yang tersenyum. Nur begitu sangat senang saat melihat putrinya itu sudah pulang, sejak tadi ia tidak mau tidur karena menunggu putrinya pulang ke rumah. Nur tahu jadwal kerja putrinya, Ia tahu bahwa hari ini putrinya tidak bekerja di pom bensin. Sehingga putrinya bisa pulang lebih cepat untuk beristirahat serta tidur di rumah bersama dengannya.
"Mama Isa bawain Mama sate madura," ucap Alisa yang mengangkat kantong plastik di tangannya.
Nur begitu sangat senang saat melihat putrinya itu datang membawakan sate. "Mama sangat ingin sekali makan sate madura," ucap Nur yang terlihat begitu sangat senang.
"Hari ini Isa gajian ma, Jadi bisa beli sate," ucap Alisa yang mengeluarkan sate dari dalam plastik bening.
Nur tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Uangnya di hemat-hematkan," ucapnya mengingatkan kepada putrinya.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Iya ma, mama mau makan Isa suapin," ucapnya yang masih memakai baju seragam kerjanya.
Nur menggelengkan kepalanya. "nggak usah, Mama makan sendiri. Isa ganti baju biar kita bisa makan sama," ucapnya.
Alisa tersenyum saat mendengar ucapan mamanya "beneran mama mau makan sendiri, nggak mau disuapin nih?" ucap Alisa memberi penawaran.
Nur menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, Mama makan sendiri. Isa beli berapa bungkus?" tanyanya.
"Sate madura porsinya sedikit jadi kita nggak bisa makan berdua, nanti mama gak kenyang. Jadi Isa beli dua bungkus," ucap Alisa yang senyum dan mengangkat dua jarinya.
"Sudah cepat buka bajunya, biar kita makan bersama," ucap Nur.
Alisa menganggukkan kepalanya. Ia kemudian pergi meninggalkan kamar mamanya tersebut. Alisa mengganti baju seperti yang diperintahkan oleh mamanya.
Alisa mengambil piring dan juga sendok untuk perlengkapan makannya. Alisa kembali kedalam kamar mamanya dan duduk disamping tempat tidur. Alisa mendudukkan mamanya dan menyandarkan punggung mamanya di kepala tempat tidurnya yang sudah di tumpuknya beberapa bantal. Ia membukakan sate madura untuk mamanya tersebut mereka makan bersama di dalam kamar itu.
Alisa tidak ada henti-hentinya bercerita dengan mamanya. Mamanya tidak tidur-tidur hingga jam 12.00 malam.
Nur akan memanfaatkan waktu seperti ini, seperti ini bila putrinya libur, ia akan memuaskan untuk bercerita dengan putrinya.
"Mama lupa kalau Isa kurang tidur, mama malah cerita terus," ucapnya yang tersenyum memandang putrinya yang berbaring di atas tempat tidur nya.
Alisa hanya bisa tersenyum memandang mamanya. “Iya nggak apa-apa ma. Isa belum ngantuk juga," ucapnya tersenyum memandang putrinya.
"kita tidur ya," ucapkan
“Iya Ma, ayo tidur sudah malam," ucap Alisa.
Nur mulai memejamkan matanya begitu juga jangan Alisa namun ia tidak benar-benar tidur ia hanya menunggu sampai Mamanya itu tertidur.
Yang mana wajah mamanya yang sudah tertidur dengan nyenyak. Alisa kemudian turun dari atas tempat tidur itu dengan sangat berhati-hati Dia berjalan menuju ke kamarnya. Ia melihat jam yang menunjuk pukul 12.30 malam. ia mengganti bajunya dengan baju kaos kemudian memakai sweater, celana jeans dan sepatu. Alisa membawa helmnya.
Alisa mendapatkan pesan w******p dari Ferdian dengan cepat yang membuka pesan w******p tersebut.
Ferdy.
Sa, Aku udah di depan gang rumah kamu cepat keluar.
Alisa.
oke
Ia melihat mamanya yang sedang tertidur. Ia berjalan mendekati pintu dengan sangat pelan pelan dan hati-hati agar tidak mengeluarkan suara. Ia membuka pintu dengan sangat berhati-hati dan kemudian menutup pintu itu kembali.
Ia berjalan kaki ke Simpang di mana Ferdi menunggunya. Ia melihat pria itu duduk di atas motor dengan memakai helm dan jaket kulitnya. Alisa berjalan mendekati motor besar milik pria itu.
"Ayo naik," Ucap Ferdi ketika Alisa sudah sampai di dekatnya.
"Iya," jawab yang naik ke atas motor gede tersebut.
Ferdi melajukan motornya ke tempat tujuan mereka ya kemudian memberhentikan motornya ketika mereka sudah sampai di tempat tersebut.
"Sa ingat ya ya baca bismillah dan dua kalimat syahadat," ucapnya yang memasangkan helm di kepala gadis tersebut. Sebagai seorang pembalap mereka selalu melakukan hal tersebut karena mereka tahu bisa saja mereka mati di atas aspal hitam.
Alisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya
"Jangan terlalu dipaksakan untuk menang kalau rasanya berbahaya mengalah saja," ucap Ferdi mengingatkannya.
Alisa tersenyum dan mengangkat jempolnya. "Sip," ucapnya.
Ferdi memeriksa semua pengaman yang dipakai Alisa. Ia memakaikan pengaman lutut, pengaman siku, sepatu. Ia juga membetulkan helm yang dipakai Alisa. Ia memeriksa satu persatu tanpa ada yang dilewati nya. Alisa juga membawa motor balap yang dimiliki oleh pria itu, mereka memang sering melakukan balap liar seperti saat ini. Bila Alisa ikut balap liar guna mendapatkan uang. Berbeda dengan Ferdi yang mengikuti balap liar karena hobi.
Ferdi menyingkir dari motor Alisa, Ketika bendera sudah akan dikibarkan. Ia memandang Alisa. Ia akan merasa sangat kasihan setiap kali melihat gadis itu. ia merasa sedih saat melihat Alisa duduk di atas motor.
Hanya ada beberapa perempuan yang mengikuti balapan tersebut.
suara mesin motor mulai terdengar begitu sangat ribut gas yang turun naik sepeda balap akan segera dimulai.
Alisa mulai menaikkan gas motornya ketika bendera sudah dikibarkan. Ia berdoa sebelum ia melakukan motor tersebut.
"Mama doakan Isa pulang bawa uang, agar mama besok bisa berobat," ucapnya saat ia menaikkan gas motornya. Ia menaikan gas di tangannya hingga gas itu habis tanpa sisa. Ia mengendarai motor itu dengan kecepatan tinggi. Motor yang di bawanya melaju sempurna di jalan yang sunyi tersebut.
Beberapa motor sudah berada di belakangnya, berusaha untuk mengejarnya . Ia membawa motornya begitu sangat lincah dan juga gesit. Bak seorang pembalap profesional, Ia meliuk sempurna di tikungan tajam. Ia begitu sangat konsentrasi melihat jalan yang ada di depannya. Ia memberhentikan motornya Ketika ia sampai di garis finish yang ditentukan.
Air matanya menetes saat ia menyadari bahwa ialah orang pertama yang sampai di garis finis tersebut. Ia mendengar suara tepuk tangan yang begitu sangat kuat.
"Alisa keren," ucap penonton.
"Alisa hebat, I love you," ucap penonton tersebut yang 85% laki-laki.
Ferdi berlari mendekati nya, "Kamu keren," ucapnya yang tersenyum dan menepuk-nepuk pundak gadis cantik tersebut.
Alisa tersenyum memandangnya. “Fer apa aku dapat juara 1," ucapnya.
"Iya sa, kamu benar-benar Keren sumpah. Selamat ya Sa," ucap Ferdi yang menjabat tangan nya.
"Ya Allah Alhamdulillah besok aku bisa bawa Mama ke rumah sakit untuk berobat," ucapnya yang mengusap air matanya. Ia tidak menyangka bahwa ia bisa dapat meraih juara pertama. Selama ini ia hanya memegang juara 2 dan 3.
Ferdy membukakan helm Alisa, Ia begitu sangat senang dan juga bangga melihat keberhasilan Alisa. "Ayo Sa turun," ucapnya yang menarik tangan gadis tersebut.
Alisa tersenyum dan turun dari atas motornya. Motor Ferdi tersebut dialihkan oleh asistennya.
Mereka duduk ditepi sambil menyaksikan balap yang lain. Ia masih menunggu giliran Ferdi yang ikut serta menjadi peserta balap tersebut.
Malam ini ada 3 putaran yang akan bermain dan Ferdi kebetulan di putaran terakhir.
Alisa memandang Ferdi yang sudah duduk di atas motornya. Ia tersenyum memandang sahabatnya itu. “Semangat Fer, semoga sukses," ucapnya yang mengepalkan tangannya dan mengangkat tangannya ke udara memberi semangat untuk sahabatnya itu.
***
"Mau gendong depan atau belakang?" Ferdi tersenyum memandang gadis kecil nan cantik tersebut."Depan," ucap Azahra.Ferdi menjongkok di depan Azahra dan mengembangkan tangannya.Azahra tersenyum dan melingkarkan tangannya di leher Ferdi. Gadis kecil itu begitu sangat senang ketika tubuhnya yang bulat terangkat oleh pria yang berubah tinggi tersebut."Rara gak sangka kalau Abang akan pulang," Azahra berkata dengan memandang wajah tampan pria tersebut.“Abang udah janji akan pulang ulang tahun adik. Jadi Abang harus tepati janji," Ferdi berucap dengan tersenyum.“Rara senang Abang pulang. Rara rindu Abang. Rindu rindu rindu serindu-rindunya." Azahra berkata dengan tersenyum lebar.“Mana bukti rindunya,” tanya Ferdi yang menarik hidung milik Azahra.Azahra memeluk Ferdi dengan sangat erat,
"Assalamu'alaikum," ucap Attar saat ia masuk ke dalam kamar."Wa’alaikumsalam." Alisa tersenyum saat melihat suaminya yang baru pulang dari kantor. "Tasnya hubby Isa bawain," ucap Alisa yang ingin mengambil tas milik suaminya."Gak usah sayang, hubby aja yang bawain. Baru lepas melahirkan, tuh gak boleh angkat yang berat-berat," ucapnya sambil mengusap pipi istrinya, dan meletakkan tas tersebut ke tempatnya."Kalau cuma tas Isa bisa, Isa kuat kok angkat tas," ucap Alisa yang memegang manja lengan suaminya."Jangan dulu sayang.""Hubby tangannya di cuci dulu," Alisa berucap saat melihat suaminya yang ingin mengambil putrinya.Attar membatalkan niatnya, pria itu menganggukkan kepalanya."Bajunya wajib ganti dulu, nggak boleh pakai baju yang dari luar langsung megang anak," ucap Alisa itu yang sudah mulai cerewet.
Alisa sudah berada di dalam kamarnya. Alisa tidak ada henti-hentinya menatap wajah bayi mungilnya. Wajah yang begitu sangat cantik dan juga imut imut.Attar duduk di samping bayinya itu, menatap wajah putrinya, dan kemudian berpindah ke wajah istrinya.“Dari tadi lihatin Isa, terus lihatin anak,” ucap Alisa.“Sama,” ucap Attar.“Hidungnya punya hubby,” ucap Alisa yang memandang hidung putrinya.Attar tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu mencium kening putrinya, kemudian pipi putrinya kiri dan kanan. "Pipinya lembut sekali.” Attar merasakan betapa lembutnya pipi putrinya. Attar kemudian memandang istrinya, mencium kening istrinya, pipi istrinya kiri dan juga kanan, Ia juga mencium bibir istrinya.“Isa udah lupa by gimana rasa sakitnya melahirkan, rasa sakitnya hamil karena udah lihat muka
“Melahirkan normal memang seperti ini Pak Attar, jadi walaupun sakit tetap harus dibawa berjalan,” ucap dokter Sari berusaha menjelaskan.“Lakukan sesuatu," pria itu sangat marah ketika Dokter spesialis kandungan istrinya tidak melakukan apa-apa. "Istri saya sedang sakit dan saya disuruh melihat saja," Attar sangat marah terhadap dokter yang menangani istrinya. Attar memilih dokter Sari untuk menangani persalinan istrinya karena dokter Sari merupakan dokter spesialis kandungan terbaik di rumah sakitnya.Dokter Sari terlihat begitu sangat bingung untuk berkata. Gimana caranya dia menjelaskan kepada pria yang menjadi pemilik Rumah Sakit tempat dirinya bekerja. Berulang kali dokter Sari menarik nafasnya dan kemudian menghembuskannya. “Kenapa kemarin tidak sarankan cara lain saja,” pikirnya.“Saya belum bisa memberikan bantuan apa-apa karena saat ini masih bukaan dua, d
“Assalamu’alaikum,” ucap Attar yang berdiri di pintu kamarnya. Pria itu tersenyum memandang istrinya yang sedang duduk ditemani dengan Ibu Aminah.“Wa’alaikumsalam,” jawab Alisa dan Aminah."Hubby sudah pulang?" tanya Alisa yang tersenyum.“Baru saja sampai. Ibu," Pria itu menyalami tangan Aminah dan menempelkan punggung tangan wanita itu di keningnya. Attar duduk di tepi tempat tidur di samping istrinya. Attar tersenyum ketika istrinya mencium punggung tangannya. Pria itu mencium kening istrinya. "Gimana apa sakit,” tanya Attar.“Iya by sakit, tapi kata Ibu enggak apa-apa, soalnya itu tanda bayinya lagi cari jalan,” Alisa berucap dengan tersenyum. Sudah beberapa hari ini Ibu Aminah selalu menemani Alisa. Wanita Itu merawat Alisa seperti merawat putrinya sendiri. Saat Alisa mengatakan perutnya sakit, Ibu Aminah mengusap-usap pe
Attar tersenyum memandang istrinya yang duduk dengan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.“Baju hubby ini," Alisa menunjukkan pakaian suaminya yang sudah disiapkannya.Attar tersenyum ketika melihat setelan jas, baju kemeja, dasi, dan pakaian dalam, yang sudah disiapkan Istrinya. Istrinya tetap menyiapkan semua perlengkapannya sebelum berangkat ke kantor seperti ini.Attar memakai pakaiannya duduk di atas tempat tidur, dengan menurunkan kakinya di lantai. Sedangkan istrinya akan duduk di atas pangkuannya, memasangkan dasi di lehernya. Melihat wajah istrinya yang sudah tampak menahan rasa sakit, membuat pria itu merasa sangat tidak tega. Namun Attar memang tidak mengerti apa-apa mengenai persalinan. Berulang kali dirinya meminta penjelasan dari dokter, namun terkadang apa yang diucapkan oleh dokter itu hanya memberikan rasa tenang sementara untuknya. Bila melihat istrinya mengatakan sakit, Attar sungguh