Home / Romansa / Terjerat Cinta Pesepakbola Tampan / Bertemu Kembali Setelah Dua Puluh Tahun

Share

Bertemu Kembali Setelah Dua Puluh Tahun

Author: Aspasya
last update Last Updated: 2023-06-19 12:28:36

"Senor, silakan!" Antonio mempersilakan Alejandro Castillo untuk memasuki lift yang akan membawa mereka menuju tempat gala dinner diadakan.

"Tunggu!" Tiba-tiba seorang wanita berteriak, menahan pintu lift yang hampir tertutup rapat.

Antonio segera menyentuh tombol untuk kembali membuka pintu lift lebih lebar.

"Terima kasih!" Wanita itu mengucapkan terima kasih dalam bahasa inggris yang lancar dan menganggukkan kepalanya dengan sopan padanya setelah masuk ke dalam lift.

Antonio hanya mengangguk dan menatapnya datar. Mengawasi gerak-geriknya dari balik kacamata hitamnya. Wanita itu berdiri di sebelah Ale, tanpa memperhatikannya.

Bahkan sepertinya dia tidak menyadari siapa pria yang berdiri di sebelahnya. Dia sama sekali tidak tertarik untuk sekadar menoleh apalagi berbasa-basi menyapanya.

"Dia?" Ale bergumam dalam hati saat menatap wanita yang berdiri di sebelahnya.

Rasanya dia tidak asing dengannya. Meski sudah hampir dua puluh tahun lalu, tetapi dia tidak akan pernah lupa pada wanita yang pernah begitu memikat hatinya.

"Sasmaya Emily Salim," desisnya pelan tetapi cukup untuk didengar siapapun yang ada di dalam lift bersamanya.

Sontak wanita di sebelahnya menoleh dan menatapnya. Mata sebening embun dan tatapan tajam Ale, sesaat bertemu. Mereka saling beradu pandang dan membeku.

"Alejandro Castillo," gumamnya lirih.

"Baguslah kau masih mengingatku." Ale tertawa dan mengembangkan tangannya mengundang wanita itu ke pelukannya.

Wanita itu tertawa terkekeh dan bersedekap tangan. Menatapnya lekat-lekat dari ujung rambut hingga ke kaki.

"Kau masih saja penuh percaya diri Senor Castillo," sahutnya dengan ramah.

"Tidak ingin memelukku? Cukup lama kita tidak bertemu, apa kabarmu mi amor?" Ale masih tetap berharap wanita itu akan menghambur ke pelukannya.

Wanita itu tersenyum dan akhirnya mendekat kemudian memeluknya. Ale tertawa dan merengkuhnya erat-erat.

"Dua puluh tahun lamanya, aku kira tidak akan pernah bertemu denganmu lagi, mi amor," Ale berbisik dengan lembut.

"Aku kira kau sudah melupakan aku." Wanita itu tertawa dan melepaskan diri dari pelukannya.

"Tentu aku tidak akan melupakanmu karena aku masih menunggumu, Senorita Sasmaya." Ale menatapnya dengan serius.

Sasmaya, wanita itu, menatap Ale dan mendesah pelan. Tidak mengira pria di hadapannya ini masih mengingat ucapannya dua puluh tahun lalu yang dikiranya hanya bercanda semata.

"Menungguku? Apa yang kau tunggu Ale?" Sasmaya mengerutkan keningnya menatapnya penuh rasa ingin tahu.

"Menunggumu melepaskan cincin di jarimu dan kau sendiri lagi," sahut Ale dengan santai.

Sasmaya mendesah pelan. Dia sendiri lupa akan semua yang dikatakannya pada pria yang lebih muda empat tahun darinya itu.

"Jangan kau katakan kau lupa apa yang kau ucapkan waktu itu." Ale kembali berbicara dengan serius.

"Sejujurnya aku memang lupa." Sasmaya meringis, salah tingkah.

Ale mendesah kesal, sayangnya lift berhenti di lantai yang ditujunya.

"Senor, kita sudah sampai!" Antonio yang sedari tadi terdiam menyaksikan percakapan mereka berdua, memperingatkannya.

"Sebentar! Hei, beri aku nomor kontakmu!" Ale menatap Sasmaya penuh harap.

"Aku akan mengikuti salah satu akun media sosial official-mu. Kita bisa saling berkirim pesan nanti." Sasmaya tersenyum dan menunjukkan smartphone-nya.

"Baiklah! Jika kau menghilang lagi, kali ini aku akan mencarimu meski ke ujung dunia." Ale menggoyangkan jarinya tanda dia serius dengan ucapannya.

Sasmaya mengangguk dan melambaikan tangannya. Ale meninggalkan lift diiringi pengawal pribadinya, Antonio. Sasmaya menyentuh tombol dan pintu lift pun tertutup kembali.

"Aku tidak pernah melupakan wajah orang-orang yang pernah bertemu denganku meski hanya sekali Toni," ucapnya pada sang pengawal pribadi yang mengiringinya menelusuri lobi.

Membawa mereka pada sebuah ruangan yang merupakan tempat diadakannya gala dinner. Sebuah gala dinner yang diadakan untuk menyambut kedatangannya sebagai brand ambassador sebuah yayasan amal di negeri singa. Peran yang telah dilakoninya selama enam tahun belakangan ini.

"Wanita tadi?" Antonio bertanya dengan hati-hati.

"Sasmaya Emily Salim, itu nama lengkapnya. Apakah kau tahu siapa dia?" Ale menoleh menatap sang pengawal.

Antonio menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengenal nama yang baru saja disebutnya. Selama hampir sepuluh tahun menjadi pengawal pribadi sang bintang sepakbola, dia belum pernah mendengar nama itu di antara deretan wanita yang pernah menjadi kekasih atau dekat dengannya.

"Dia salah satu orang yang mempercayai bakatku. Sayang kami terlambat bertemu." Ale terlihat murung saat menceritakan salah satu kisah masa lalunya.

"Aku masih terlalu muda dan dia telah menikah, sewaktu kami pertama kali bertemu," lanjutnya.

Antonio hanya terdiam. Mendengarkan curahan hati sang bintang lapangan hijau itu. Sesuatu yang jarang terjadi.

"Aku tidak mengira akan bertemu dengannya lagi setelah dua puluh tahun lamanya." Ale tersenyum simpul, memasukkan kedua lengannya ke dalam saku celananya.

Bersiap untuk menerima sambutan dari penyelenggara gala dinner. Harus bersikap ramah, sopan dan penuh antusias. Sesuatu yang menjadi ciri khas Alejandro Castillo.

Pesepakbola yang berada di jajaran atlet terkaya di dunia dan memiliki segudang prestasi yang tidak main-main. Namun selalu rendah hati dan dermawan.

"Selamat datang Senor Castillo!" Seorang wanita menyambutnya dengan ramah.

Memimpinnya untuk membaur dengan para tamu undangan dan menikmati acara yang memang dikhususkan untuk menyambut kedatangannya dan juga merayakan kebersamaannya dengan yayasan yang telah berlangsung selama enam tahun.

Berbasa-basi menyapa beberapa orang, berbincang dengan penuh antusias dan tentunya menikmati hidangan istimewa dan hiburan spesial, menjadi sesuatu yang membuatnya cukup sibuk malam ini.

"Toni, aku membutuhkan udara segar." Ungkapnya pada sang pengawal pribadi sembari menjauhi pesta.

Ale menuju ke balkon untuk menghirup udara segar. Keriuhan pesta terkadang membuatnya terasa sesak dan pengap.

Sebuah pemandangan yang tidak diduganya menyambutnya saat kakinya melangkah di area terbuka yang lengang. Hanya ada seorang wanita yang tengah duduk di sebuah kursi, bertopang dagu menatap Marina bay di kejauhan. Sebotol wine dan sebuah gelas cocktail menemaninya.

"Sasmaya, kita bertemu lagi," tegurnya dengan hati-hati sembari melangkah mendekatinya.

Wanita itu menoleh dan membelalakkan matanya saat melihat Ale berdiri di depannya. Tak menduga mereka akan bertemu lagi setelah pertemuan tanpa sengaja di lift tadi.

"Sepertinya hari ini aku melihatmu ada di sekelilingku." Sasmaya terkekeh menatapnya.

"Mungkin ini yang disebut takdir." Ale terkekeh dan duduk di kursi di sebelahnya.

"Mungkin. Hei lihat, cantik sekali bukan Marina bay di malam hari?" Sasmaya tersenyum dan menunjuk pada pemandangan di hadapan mereka yang didominasi pendar lampu-lampu di bangunan tinggi yang menjulang dan di sekitar Marina bay.

"Secantik dirimu," Ale tersenyum, menatapnya lekat-lekat.

"Kau masih seperti yang aku ingat. Apakah waktu tidak berlaku pada dirimu? Sepertinya justru aku yang semakin menua," lanjutnya seperti tengah berkeluh kesah.

Sasmaya tersenyum dan menyentuh lengannya. Menatapnya sebentar seakan-akan mencoba untuk menilai dirinya.

"Tidak juga, sewaktu pertama bertemu denganmu, kau masihlah seorang pemuda dan sekarang kau telah menjadi pria," ucap Sasmaya sepenuh hati.

"Apakah itu ada bedanya bagimu?" Ale tertawa.

"Tentu saja, aku lebih suka seorang pria. Jauh lebih dewasa dan seksi." Sasmaya tertawa diiringi gelak tawa Ale.

"Masih ingat kapan dan di mana pertama kali kita bertemu?" Ale bertanya dengan serius.

"Sejujurnya aku lupa. Aku hanya ingat kita bertemu untuk membicarakan tawaran klub untukmu. Hanya itu." Sasmaya menyentuh dahinya.

"Itu benar, apalagi yang kau ingat?" Ale kembali bertanya.

Sasmaya menyibakkan rambutnya dan menundukkan kepalanya. Bagaimana dia bisa lupa kapan dan di mana bertemu dengan pria ini?

"Ternyata benar, kau tidak pernah mengingatku." Ale mendesah pelan.

Sasmaya mendongakkan kepalanya dan seketika merasa bersalah. Ale terlihat sangat kecewa.

"Maafkan aku. Hanya satu hal yang aku ingat dirimu, bakatmu. Bukankah waktu itu aku pernah berkata kelak kau akan menjadi pesepakbola yang hebat dan itulah yang terjadi." Sasmaya tersenyum lembut.

Ale tersenyum dan menyentuh jari jemarinya dengan lembut. Meraihnya dan mengecupnya. Sasmaya menatapnya dan tidak menolak tindakan pria itu.

Tiba-tiba saja kenangannya kembali ke masa-masa sembilan belas tahun lalu, saat seorang pria mengecup ujung jarinya dan berkata akan menunggunya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Pesepakbola Tampan   Memulai Kisah Baru

    "Buenos días!" Sasmaya menyapa Ale begitu memasuki kamar. Dia membawa nampan berisi sarapan untuk mereka berdua, sedangkan Paloma di belakangnya menggendong Isabella."Buenos días, mi amor!" Ale menegakkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya meraih Isabella ke pelukannya.Paloma menyerahkan bocah perempuan itu pada Ayahnya. " Pergilah, sarapan dahulu bersama yang lain." Sasmaya tersenyum padanya dan memintanya untuk meninggalkan mereka.Paloma mengangguk dan melambaikan tangan pada Isabella. Bocah itu menjerit, tertawa memamerkan giginya yang belum lengkap."Sarapan dulu!" Sasmaya meletakkan nampan di atas tempat tidur.Seperti kebiasaan orang Spanyol pada umumnya, tapaz selalu tersedia sebagai menu sarapan mereka. Kali ini Bibi Martha menyiapkan bocadillode huevos, sandwich ala Spanyol yang terbuat dari roti khas Spanyol yang mirip baguette dan bertekstur lembut, berisi scrambled egg.Selain itu ada bocadillo de queso, sandwich berisi keju dan bocadillo de calamares yang berisi cumi g

  • Terjerat Cinta Pesepakbola Tampan   Hiduplah Bersamaku

    [Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez mengumumkan perpisahan mereka secara resmi melalui juru bicara mereka masing-masing]Mikaila menatap smartphone-nya dan melirik Sasmaya yang tengah sibuk dengan laptopnya. Sementara Isabella bermain-main dengan Paloma."Apakah benar dia tidak mengetahui berita yang tengah hangat dan memenuhi hampir seluruh tajuk utama media hiburan dan olahraga?" Mikaila bertanya-tanya dalam hati.Berita mengenai perpisahan Alejandro Castillo dan Alicia Dominguez memang tengah menjadi bahan pembicaraan netizen dan media. Berbagai spekulasi mengenai penyebab perpisahan mereka bergulir liar tetapi sayangnya baik Ale maupun Alicia tidak mengeluarkan pernyataan selain sudah tidak ada lagi kecocokan di antara mereka berdua."Ada apa?" Sasmaya tiba-tiba saja menegurnya. Mikaila tergagap dan menjadi salah tingkah.Sasmaya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah asisten pribadinya itu. Mikaila terkadang

  • Terjerat Cinta Pesepakbola Tampan   Bagaimana Kalau Kita Berpisah?

    "Kita perlu bicara!" Ale menatap Alicia yang tengah duduk memunggunginya, menghadap kaca rias. Dia hanya mendesah pelan dan menatap bayang Ale yang terpantul di cermin.Wajah tampan, tubuh kokoh dan atletis, dua hal yang membuatnya menggandrungi pria yang waktu itu masih berjaya di lapangan hijau. Pria yang juga menghujaninya dengan cinta dan tentu saja kemewahan yang kemudian membuatnya jatuh cinta dalam arti sebenarnya."Ada apa?" Alicia bertanya tanpa menoleh. Enggan untuk saling bersitatap dengan tatapan Ale yang terkadang membuatnya gugup, seperti saat pertama mereka bertemu.Gugup, canggung, tidak percaya diri sekaligus ragu saat dia menyadari Alejandro Castillo, sang bintang lapangan hijau, menatapnya tak berkedip. Waktu itu mereka menghadiri sebuah acara di kota Madrid."Apakah kau begitu sibuk hingga tidak memiliki waktu lagi untuk menemani Maria dan Julio?" Ale masih berdiri kaku di belakangnya.Tanpa berniat untuk mendekatinya, kemudian memegang bahunya dan menghujaninya de

  • Terjerat Cinta Pesepakbola Tampan   Maria Castillo

    "Di mana Alicia?" Ale bertanya pada gadis pengasuh yang kewalahan menenangkan tangisan Maria.Putri bungsunya dengan Alicia sedari tadi menangis dan rewel. Membuatnya khawatir sekaligus marah. Karena tidak biasanya anak-anak rewel dan mudah marah."Saya tidak tahu Senor." Gadis itu menjawab dengan takut-takut.Dia pengasuh baru yang dipekerjakan setelah kesibukan Alicia semakin tak terkendali. Biasanya cukup Bibi Luisa dan semua kerewelan anak-anak akan tertangani."Maria sayang." Ale yang telah berpakaian rapi dan bersiap hendak ke kantornya terpaksa turun tangan membujuk sang putri."Papa!" Gadis kecil berusia dua setengah tahun itu berlari menghambur ke pelukannya."Ada apa?" Dengan lembut Ale bertanya kemudian menggendongnya. Membawanya ke ruang makan mencari Alicia."Mau Mama." Gadis kecil itu menyahut di sela tangisnya dengan ucapan yang masih kurang jelas."Ah baiklah! Ayo kita cari Mama." Ale tersenyum dan mengecup pipi gembulnya.Sementara sang pengasuh mengikuti mereka berdu

  • Terjerat Cinta Pesepakbola Tampan   To Much Love Will Kill You

    [Film perdana Alicia Dominguez menjadi Box office dalam beberapa pekan ini di berbagai negara]Tajuk berita di salah satu media sosial menarik perhatian Sasmaya. Perlahan jarinya menyentuh layar smartphone-nya dan bergerak turun untuk membuka berita selengkapnya."Wah filmnya sukses," gumamnya pelan.Selama ini Sasmaya hampir tidak pernah mengikuti perkembangan berita mengenai Alicia Dominguez. Dia memiliki alasan tersendiri atas sikapnya itu."Semakin kau tahu mengenai dirinya itu akan semakin membuatmu sakit hati." Itu salah satu nasehat dari Tante Clarissa saat dia selalu memantau media sosial sang kakak yang tak hentinya mengumbar kedekatannya dengan suaminya waktu itu.Menuruti nasehat wanita yang telah melahirkan sosok pengusaha ternama di negeri Singa, Andrew Kim itu, Sasmaya semenjak awal menjalin kedekatan dengan Ale hampir tidak pernah mengikuti berita mengenai Alicia Dominguez."Hebat! Dia wanita pekerja keras," gumamnya lagi seraya menatap foto-foto Alicia yang kini terpamp

  • Terjerat Cinta Pesepakbola Tampan   Impian

    "Wah selamat ya!" Chloe tertawa dan memeluk Alicia. Kedua model cantik itu saling berpelukan dan tertawa riang."Aku tak mengira akhirnya mimpiku menjadi nyata!" Alicia tersenyum semringah, setelah duduk bersama Chloe."Kau sungguh beruntung. Banyak artis menginginkan peran itu dan kaulah yang mendapatkannya." Chloe mengacungkan jempolnya."Iya, ini loncatan besar dalam karirku." Alicia terlihat begitu bahagia. Senyum tak lepas dari bibir seksinya."Bagaimana dengan Ale?" Tiba-tiba Chloe teringat akan kekasih Alicia. Mantan pesepakbola yang kini menjadi pemilik klub yang juga tengah naik daun itu bisa saja keberatan jika sang kekasih terlalu sibuk dengan karirnya di dunia hiburan."Aku rasa dia akan mengerti selama aku masih memiliki waktu untuk keluarga." Alicia terlihat begitu percaya diri saat berkata demikian."Semoga saja begitu. Ini adalah sebuah kesempatan yang bagus dan akan sangat berpengaruh untuk kelanjutan karirmu di masa depan." Chloe kembali tersenyum cerah.Dia turut ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status