Share

Pertengkaran

"Selamat pagi Senor!" Pilot dan co-pilot serta para kru pesawat menyapa Ale dengan ramah.

"Selamat pagi!" Ale pun tersenyum dengan ramah dan mengajak mereka berbincang sebentar, sebelum duduk di kursinya.

Satu hal yang menjadikannya sebagai kesayangan publik adalah sikapnya yang ramah dan perhatian pada orang-orang di sekelilingnya. Ale duduk seorang diri menatap pemandangan dari balik jendela jet pribadinya.

Menatap kesibukan di luar sana. Lebih tepatnya dia melamun, membayangkan sesuatu yang tidak pernah bisa diungkapkannya dengan gamblang.

"Selamat pagi Senora!" Terdengar sapaan ramah para awak jet pribadi nya.

Semestinya Alicia-lah yang mereka sapa. Ale menoleh, dan dapat melihat wanita itu diam membisu, mengabaikan sapaan ramah dari para awak pesawat. Dia berjalan dengan mengangkat dagu. Angkuh, itulah kesan yang tertangkap dari gerak-geriknya.

Ale menghela napas kasar. Mengusap wajahnya dan akhirnya mengambil kacamata hitamnya dan mengenakannya. Bersedekap tangan dan memasang earphone, mendengarkan musik. Dia bahkan tidak menyadari Alicia telah duduk di sebelahnya.

"Ale!" Alicia memanggilnya.

Sayangnya Ale sama sekali tidak mendengarnya. Dia masih menikmati salah satu lagu favoritnya. Lagu yang selalu mengingatkannya akan seseorang.

"Ale!" Kini Alicia bukan hanya memanggilnya tetapi juga menyentuh lengannya.

Ale hanya menoleh sekejap, membuka kacamata hitamnya sebentar dan kembali lagi mendengarkan musik sembari menatap keluar jendela.

Pesawat perlahan membumbung tinggi, lepas landas. Meninggalkan kota Madrid menuju Singapura, tanpa transit di salah satu bandara yang biasanya menjadi transit perjalanan udara antara Eropa dan Asia.

Alicia sangat kesal melihat sikap acuh Ale terhadapnya. Akhir-akhir ini hubungannya dengan sang pesepakbola sedang tidak baik-baik saja.

"Ale!" Alicia menarik earphone di telinga Ale.

"Hei!" Ale terkejut dan melepaskan earphone-nya.

Menatap tajam Alicia. Sementara Alicia hanya melengos dan membuang muka seakan-akan enggan untuk menatapnya.

"Kendalikan dan jaga sikapmu! Aku tidak ingin kita mengundang perhatian dengan sikapmu yang seperti ini!" Ale berbicara datar tetapi penuh penekanan.

"Jika kau lelah hidup denganku, aku tidak keberatan jika kita break untuk sementara waktu," lanjutnya lagi dengan tenang.

Alicia seketika menoleh dan menatapnya tajam. Tiba-tiba wanita itu memukulnya dengan tas yang ada di pangkuannya.

"Begitu! Karena kau sudah mengencani ratu kecantikan itu maka kau akan membuangku?" Alicia memukulinya membabi buta.

"Alicia, kau gila ya!" Ale menangkis pukulan wanita itu.

Keributan yang terjadi di antara mereka mengundang perhatian para awak pesawat. Mereka berbisik-bisik dan menduga-duga.

Meski ini bukan pertama kalinya, Ale dan Alicia bertengkar, tetapi selalu saja menjadi bahan pergunjingan mereka. Sikap Alicia yang terkadang berlebihan dan Ale yang hampir tidak pernah menanggapinya dengan serius membuat orang-orang di sekitar mereka kerap menggelengkan kepala.

"Cukup Alicia!" Ale berteriak keras.

Bukan hanya Alicia yang terkejut tetapi hampir seluruh awak pesawat dan Antonio serta Leandro, dua pengawal pribadi Ale, tersentak mendengar teriakannya.

"Pindahlah, dan jangan ganggu aku!" Ale menurunkan nada suaranya.

Menyadari suasana seketika menjadi hening. Sekali ini dia terlepas kendali dan tidak bisa menahan emosinya.

Alicia menatapnya sebentar, berdiri dan pindah duduk di kursi seberang bersama Mikaila. Gadis itu menundukkan kepalanya sedari tadi. Dia hampir terlonjak saat mendengar teriakan Ale yang mengelegar tadi.

Ale mendesah lega, kembali memasang earphone-nya dan melanjutkan mendengarkan musik favoritnya. Sejujurnya suasana hatinya memang tidak sedang baik-baik saja.

"Aku tidak bisa seperti ini, kehilangan kendali di waktu yang tidak tepat," gumamnya dalam hati.

"Senor!" Antonio menyapanya dan menyentuh lengannya.

Ale menoleh, melepaskan earphone-nya dan kacamata hitamnya. Antonio tidak akan mengganggunya jika tidak ada hal yang penting untuk disampaikan padanya.

"Setelah dari bandara Chang'i, kita akan langsung pergi ke Somerset Liang Court, Clarke Quay. Mr. Andrew Kim menunggu kita di sana." Antonio mengingatkannya.

"Baiklah! Hubungi Vin untuk mempersiapkan segalanya," sahutnya dengan tenang.

Antonio mengangguk dan hendak kembali ke tempatnya tadi. Namun Ale tiba-tiba memanggilnya kembali.

"Toni, begitu tiba di Chang'i, minta Leandro untuk membawa Alicia terlebih dahulu. Dia harus beristirahat agar bisa mendinginkan kepalanya." Perintahnya pada pria bertubuh tinggi gempal itu.

"Baik Senor!" Antonio mengangguk dan bergegas menghubungi rekannya, Leandro untuk menyampaikan perintah dari Ale.

"Apa maksudmu Ale?" Alicia menatapnya nanar.

"Bersantailah dan berbelanja, agar pikiranmu tidak melanglang buana tidak menentu." Ale menyahut datar tanpa menatap sang kekasih.

Alicia mendengus kesal tetapi tidak membantah ucapannya. Berbelanja adalah salah satu hal yang digemarinya. Keuntungan utama dari menjadi kekasih seorang Alejandro Castillo adalah hidup mewah bergelimang harta.

Sesuatu yang menjadi impiannya sedari dahulu. Masa lalunya yang suram, membuat Alicia haus akan segala hal yang beraroma mewah dan glamour. Kini semua menjadi kenyataan setelah dia menjadi kekasih pesepakbola paling bersinar dalam satu dekade ini.

Untuk beberapa saat, suasana kembali tenang. Alicia memilih untuk beristirahat agar sesampainya di Singapura nanti dia dapat tampil maksimal dengan gaya glamournya yang sudah mendunia.

Sedangkan Ale masih mendengarkan musik. Melamun menatap awan-awan di balik jendela. Ada sesuatu hal yang akhir-akhir ini mengganggunya.

"Senor dan Senora, kita telah tiba di bandara Chang'i." Seorang pramugari memberitahu mereka berdua.

"Oke!" Ale tersenyum ramah dan melepaskan earphone-nya, mengenakan kacamata hitamnya.

Sedangkan Alicia merapikan rambut dan make-upnya. Memastikan dirinya tampil sempurna.

"Senora, mari!" Leandro terlebih dahulu membawa Alicia turun dari jet pribadi milik sang bintang sepakbola dan membawanya ke hotel yang telah disiapkan untuk pasangan itu.

Sedangkan Ale diiringi Antonio di sambut dengan meriah oleh penyelenggara acara dan juga fansnya. Setelah berfoto bersama dan berbincang sebentar dengan fans dan media, Ale bersama Antonio meluncur menuju tempat yang sudah dipersiapkan untuk menyambutnya secara resmi.

Andrew Kim, pemilik yayasan yang mengkhususkan diri mengabdi untuk anak-anak penderita disabilitas, menyambutnya secara langsung. Setelah acara yang hanya seremonial semata, menjelang malam Ale baru bisa beristirahat.

"Melelahkan tapi cukup menyenangkan," ucapnya pada Antonio saat mereka menelusuri lobi menuju lift.

"Betul Senor! Setelah ini anda dapat beristirahat dengan tenang," sahut Antonio tersenyum kecil.

"Kau benar, tanpa Alicia aku bisa tidur dengan nyenyak malam ini." Ale tertawa pelan.

Antonio tersenyum simpul. Dia cukup mengerti dengan situasi pria yang memperkerjakannya sebagai pengawal pribadi sekaligus juga asisten. Kehidupan Ale tidak seindah yang para netizen tahu.

"Pemandangan yang aku suka!" serunya sembari menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa empuk nan mewah.

Menatap Marina bay dari jendela kaca lebar yang membatasi kamarnya dengan pemandangan di luar sana. Tempat ini, sebuah penthouse di salah satu gedung termegah di negeri Singa, selalu menjadi tempatnya beristirahat selama tinggal di sini.

"Besok malam anda harus menghadiri gala dinner bersama Senora," Antonio kembali mengingatkannya.

"Tidak perlu, besok pagi bawa dia pergi berlibur ke Amerika. Aku tidak ingin melihatnya untuk beberapa waktu atau kalau tidak rasanya kepalaku akan bertambah sakit," sahutnya sembari memijit pelipisnya.

"Baik Senor! Saya akan mempersiapkannya!" Antonio tersenyum dan meninggalkannya sendirian untuk beristirahat.

Ale menatap Marina bay yang dipenuhi Kilauan lampu dan terlihat begitu indah. Seperti sebuah gugusan bintang yang berkilau.

"Kenapa akhir-akhir ini aku merindukanmu?" Ale bergumam lirih.

Mengeluarkan smartphone dari saku celananya, menyalakannya dan menyentuh layarnya. Mencari sesuatu yang sedari kemarin mengganggu hatinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status